Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Thursday, June 1, 2023

Bangun Semangat Perempuan agar Berpendidikan, Ning Rusdiana Tekun Ngaji hingga di Mesir

LTN NU Kota Madiun – Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Setiap perempuan berhak memperoleh pendidikan yang layak dan tinggi, sama seperti yang diperoleh oleh laki-laki.

Ning Rusdiana atau bernama lengkap Rusydiana Tsani Mudzakkir, Lc., M.H merupakan putri dari Ibu Nyai, Hj. Dr. Najahah, M.Ag., seorang perempuan yang aktif menjadi penggerak pendidikan baik untuk dirinya sendiri hingga lingkungan di sekitarnya.


Mengawali pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor selama 6 tahun, membuat Ning Rusdiana tergerak untuk terus mengobarkan semangat berpendidikan.


Menjalani masa pengabdian di Sulawesi Tengah selama 1 tahun, kemudian berlanjut untuk hafalan Al-Qur’an di Al-Hidayah Lasem , dan bermuara di Al-Furqon Kudus Jawa Tengah. Perjalanannya dalam memperdalam ilmu agama faktanya tidak berhenti sampai disitu saja.


Keinginan Ning Rusdiana untuk melanjutkan pendidikan tinggi cukup kuat, tetapi pada waktu yang diinginkan ternyata tidak ada ujian atau seleksi melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Semangat Ning Rusdiana tidak berhenti sampai disitu saja, Ning Rusdiana mencoba untuk mendaftar beasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Takdir Allah yang Maha Baik rupanya berpihak pada Ning Rusdiana, setelah mendaftar di UIN Jakarta pemerintah membuka seleksi masuk Al-Azhar Mesir dengan proses seleksi cukup ketat. Dari 300 mahasiswa yang mendaftar, hanya 40 mahasiswa yang dinyatakan lolos dan 4 diantaranya adalah perempuan.


Lika-liku menempuh pendidikan di Al-Azhar benar-benar dirasakan oleh Ning Rusdiana. Pasalnya dari 4 perempuan yang dinyatakan lolos, 3 diantaranya memutuskan untuk tidak berangkat ke Al-Azhar, sehingga Ning Rusdiana hanya perempuan seorang diri di samping banyaknya mahasiswa lelaki yang berasal dari Indonesia.


Di Al-Azhar Mesir, Ning Rusdiana memperdalam ilmu fikih atau hukum (Syariah Islamiyah), dengan mempelajari macam-macam fikih. Salah satunya adalah fikih madzhab, dimana ada berbagai madzhab yang disandingkan.

“Tetapi kalau di Mesir dan Turki itu mayoritas madzhab Hanafi,” ujar Ning Rusdiana.


Lebih lanjut, Ning Rusdiana juga menjelaskan bahwa sebenarnya menempuh studi di Al-Azhar Mesir itu lebih tepatnya semacam keran air, sehingga membuat mahasiswa bingung tetapi itulah hakikat pendidikan yang sesungguhnya.

“Menyandingkan berbagai madzhab tersebut sejatinya para ulama terdahulu hanya berbeda pandangan dalam melihat dalil saja, untuk itu tujuan belajar fikih di Al-Azhar ini adalah dibedah satu persatu. Sebab ilmu di Al-Azhar ini bukan hanya jam’iyyahnya saja, melainkan jami’. Banyak kran air disana, jadi kami sering bingung mengartikan,” imbuhnya.


Ning Rusdiana merupakan mahasiswa perempuan yang pandai membagi waktu, di sela-sela aktivitasnya belajar, Ning Rusdiana juga masih sempat untuk ngaji kitab di Al-Azhar Mesir.

“Karena dulu dari pondok Salaf, jadi merasa nyambung saja kuliah di Al-Azhar ini. Saya selalu aktif ngaji kitab, sebab disini ngajinya berbeda dengan di Indonesia. Disini selesai baca kitab langsung ijazahan, dimana sanad keilmuannya sudah terdokumentasikan dan nyambung,” kata Ning Rusdiana.


Bahkan di Al-Azhar Mesir, Ning Rusdiana juga memiliki kelompok kajian Al-Qur’an dan menjadi koordinator untuk menjalankan aktivitas ngaji kitab yang pada saat itu masih sangat jarang ditemui di Al-Azhar Mesir.

Tahun 2012 Ning Rusdiana resmi lulus dari Al-Azhar Mesir dan melanjutkan pendidikan pada jenjang S2. Menjadi sosok perempuan yang berpendidikan, tidak lantas membuat Ning Rusdiana merasa puas dengan pencapaiannya. Sebab hakikat hidup adalah belajar, maka seluruh waktu mudanya difokuskan untuk mencapai hal istimewa dalam hidup.

“Karena jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Terlebih karena memang saya berasal dari keluarga yang berpendidikan, maka sudah menjadi tugas saya untuk terus belajar. Maka pesan saya, perempuan harus berpendidikan, walaupun tidak bekerja maka tetap harus berpendidikan. Dengan begitu, maka bisa melahirkan anak yang berkualitas. Karena ibu yang berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan tetap berbeda dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya,” pungkas Ning Rusdiana.***

* * *

📝 (Intan Gandhini ) 

📷 (Ning Rusydiana Tsani) 

Monday, May 15, 2023

Berbagi Kebahagiaan Dengan Orang Lain

KH. Abdul Karim ditinggal wafat ayahnya ketika masih berusia 6 tahun. Beberapa waktu kemudian ibunya menikah lagi dengan orang lain. Karena ayah tirinya bukan orang kaya, bahkan hidupnya selalu dalam kekurangan, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ibunda Kiai Abdul Karim harus membantu suaminya berjualan di pasar.

Setiap perjalanan ke pasar, ibundanya berkali-kali melihat toko yang di sana menjual beragam kain jarik. Yang paling menarik perhatian adalah kain jarik dengan motif batik tulis yang sangat bagus. Namun sayangnya harganya sangat mahal. Setiap melihat itu, beliau hanya bisa mengelus dada sambil bergumam,

“Oalah kapan aku bisa membeli jarik yang sedemikian bagusnya.”


Setelah menunggu 3 tahun, karena mendapatkan rejeki dari Allah berkat hasil dari usaha berdagangnya yang mulai laris, ibudanya akhirnya bisa membeli kain jarik yang telah lama diimpikannya.


Satu bulan setelah berhasil membeli kain tersebut, saya berjalan berangkat ke pasar beliau melewati sebuah rumah. Di dalamnya ada anak yang menangis. Karena iba, didatangilah rumah itu. Didapati ada seorang ibu muda yang berusaha menenangkan bayinya yang terus menangis.


Beliau kemudian bertanya,

“Kenapa yu kok bayinya menangis?”

“Aku baru saja melahirkan. Aku hanya punya satu kain sarung. Jika aku pakai, tidak ada yang aku gunakan untuk menyelimuti anakku. Jika aku gunakan untuk menyelimuti anakku, aku tidak mengenakan sarung.”


Mendengar itu, jiwa kasih sayang seorang ibu muncul. Beliau lantas pulang ke rumah. Diambilnya kain jarik kesayangannya. Kain jarik yang diimpikan selama tiga tahun dan baru dipakai selama satu bulan dengan ikhlas diserahkan kepada ibu muda itu. Padahal beliau masih punya kain-kain yang lain.

“Sudah ini pakailah kain yang masih baik. Sarungmu yang lama biar dipakai sebagai popok anakmu.”


Wanita yang menggendong bayi itu menangis haru saking bahagianya. Sebagai ucapan terima kasih ibu muda itu berdoa,

“Semoga sampean dibahagiakan Gusti Allah lewat anak, karena aku memiliki anak yang sedang susah Anda buat bahagia.”

[Ditulis dari ceramah KH. Abdul Aziz Manshur di Krian Sidoarjo]

(***)

Bahagia bukan pada saat kita memiliki segalanya, melainkan saat kita bisa memberi apa yang kita miliki untuk orang lain.

“Memberikan barang sisa tidak disebut perbuatan dermawan.”


Keberhasilan Kiai Abdul Karim menuntut ilmu dan berhasil mendirikan pesantren dengan ribuan alumni yang saat ini terus mendakwahkan ilmunya, diyakini juga tidak lepas dari pengorbanan dan keikhlasan ibunya.


Dengan berbagi kebahagiaan kepada orang lain, kelak kita dan anak-anak kita akan dibahagiakan oleh Allah.

Sunday, May 14, 2023

4 TANDA PENDUDUK SURGA DAN NERAKA

Marilah kita sadari bahwa hidup di dunia yang fana ini adalah sementara, dan kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat kelak nanti. Namun dalam kehidupan di dunia inilah amal perbuatan kita menentukan tempat kita dalam kehidupan yang abadi itu, sebab: Ad-Dunya mazro’atul akhiroh. (Kehidupan dunia merupakan ladang tanaman yang akan kita petik di akhirat nanti).

Allah SWT menyediakan tempat bagi ummat manusia yang telah menabur benih-benih di dunia ini. Namun amal perbuatan yang bagaimanakah, yang sedikit bisa memberikan gambaran akan tempat tinggal kita dalam keabadian itu. Oleh karena itu marilah coba kita renungkan sabda Nabi SAW yang berbunyi: Innallah ja’ala Bani Adama ‘ala Tsamanin khisholin minha arbau’un li ahlil jannah, “Sesungguhnya Allah menjadikan anak cucu adam atas delapan tanda, empat tanda menujukkan golongan orang-orang yang ahli surga dan akan panen buah kenikmatan”.


Yang pertama wajhun malihun.

Yaitu orang-orang yang wajahnya selalu menaburkan senyuman kepada semua orang, wajah yang selalu menujukkan keramaian sikap dan perilakunya kepada siapapun saja sebangsa dan setanah air tanpa memandang statusnya. Wajah yang selalu menaburkan sikap toleransi antar sesama, dan mau menerima serta merangkul siapapun saja.


Yang kedua lisaanun faashihun.

Yaitu orang-orang yang mulutnya selalu terjaga dari kebohongan, dan mulut yang selalu digunakan untuk mengatakan yang baik dan benar. Mulut yang tidak menaburkan rasa sakit hati orang lain, dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Perkataannya selalu menentramkan jiwa bagi orang yang mendengarkannya.


Yang ketiga qolbun taqiyyun.

Yaitu orang-orang yang hatinya selalu merangkak naik untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Hati yang mau dan terbuka untuk menerima sebuah perbedaan, dan selalu menghargai antar sesama, tanpa adanya kecurigaan. Hati yang selalu melepaskan kedengkian dan permusuhan.


Dan yang terakhir yadun sakhiyyun.

Yaitu tangan yang selalu berbuat baik terhadap sesama tanpa melihat latar belakangnya, tangan yang selalu mudah untuk memberi dan bersedekah, tangan yang selalu menolong terhadap sesamanya, serta tangan yang selalu mengulurkan untuk memberi maaf kepada orang yang bersalah.


Sedangkan empat tanda yang lain menunjukkan golongan orang-orang yang ahli mereka dan akan panen buah kesengsaraan dan kepedihan di dalamnya. Arba’un li ahlinnaar.


Yang pertama wajhuh ‘abisun

Yaitu orang-orang yang wajahnya selalu cemberut dan beringas, wajah yang selalu menujukkan kemarahan dan ketidaksenangan kepada sesama, sikap dan perilakunya selalu merajut sebuah permusuhan dan pertengkaran dan tidak mempunyai jiwa toleransi antara sesama.


Yang kedua lisaanun faahisyun

Yaitu orang-orang yang mulutnya selalu terbiasa pada kebohongan dan kemunafikan, perkataannya selalu menyakitkan hati orang lain. Mulut yang selalu digunakan untuk mencemooh dan menghina antar sesama.


Yang ketiga qolbun syadiidun

Yaitu orang-orang yang hatinya keras bagaikan batu karang untuk menerima ajaran Tuhan, hati yang selalu enggan untuk menerima pendapat orang lain, dan hati yang selalu menunjukkan kesombongan dirinya dan enggan untuk menghargai orang lain. Dengan kata lain hati yang tidak mau Nguwongno uwong dan menolak perbedaan meskipun hal itu merupakan kehendak Tuhan.


Dan yang terakhir wayadun baakhilun

Yakni orang-orang yang enggan untuk berbuat baik dan tidak mau menolong terhadap sesama, tangan yang selalu menyembunyikan harta bendanya untuk membantu dan bersedekah.


Kebakhilannya selalu melekat erat di hati sanubarinya. Dengan demikian marilah kita introspeksi diri untuk selalu memperbaiki sikap dan tingkah laku kita sehari-hari.


Dan marilah kita akui dengan sportif bahwa sebenarnya yang harus kita benahi terlebih dulu adalah di dalam diri kita sendiri bukan orang lain, dan yang harus kita sulam kembali adalah ketebalan keimanan dan ketaqwaan hati kita sendiri kepada Allah SWT. Agar supaya tanda-tanda ahli surga itu selalu melekat dalam diri kita, dan akhirnya kita semua hanya bisa berdoa dan berharap semoga Allah SWT menjauhkan kita dari siksaan api neraka, yang mana kita semua tidak akan sanggup untuk menerimanya.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-