Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Wednesday, December 22, 2021

Doa Bersama Lintas Agama di Akhir Tahun : Ajang Introspeksi dan Resolusi

Doa Bersama Lintas Agama di Akhir Tahun : Ajang Introspeksi dan Resolusi

Kamis (23/12) puluhan warga kota Madiun berkumpul di Rumah Dinas Walikota untuk mengikuti Doa Bersama Akhir Tahun 2021 yang diadakan oleh Pemerintah Kota Madiun bekerja sama dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Tak luput di sana warga Nahdliyin kota Madiun turut serta di dalamnya sebagai perwakilan dari agama Islam.


Acara yang dihadiri dari berbagai macam agama mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Penghayat Kepercayaan ini dimulai dengan penyerahan cindera mata kepada penjaga rumah ibadah seluruh agama di oleh Bapak Walikota Madiun.


Selanjutnya acara diikuti dengan sambutan dari Ketua FKUB, H. Muh Dahlan SH, dalam sambutannya beliau mengatakan, “Doa bersama ini dalam rangka wujud optimistis kita menyambut tahun baru dan sekaligus introspeksi diri akan satu tahun yang telah berlalu.”


Dalam acara yang dihadiri pula oleh Bapak Kapolres Kota Madiun dan Komandan Kodim 0803/Madiun ini,  Ketua FKUB bermunajat, “Semoga dengan doa bersama ini Tuhan Yang Maha Kuasa segera mengangkat wabah virus Covid-19 ini. Karena doa bersama ini juga termasuk salah satu upaya melawan wabah yang dua tahun melanda bumi ini.”


Selanjutnya acara disambung dengan sambutan dari Bapak Walikota Madiun, Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd. Orang nomor satu di kota pendekar ini menyampaikan, “Doa bersama seperti ini juga untuk mendoakan kota Madiun agar tetap dalam kondisi aman, nyaman dan damai.”


Mantan Sekretaris Daerah Kota Madiun ini juga berkata untuk agar selalu berintrospeksi, “Masa lalu yang baik menjadi referensi untuk membangun di masa yang akan datang. Sedangkan masa yang lalu tidak baik menjadi referensi untuk dijalankan di masa yang akan datang.”

 

Di penghujung acara, ditutup dengan Doa yang dipimpin oleh pemuka agama masing-masing. Dimulai dari agama Islam dipimpin oleh KH. Iskandar, agama Katolik dipimpin oleh Romo Joko, agama Kristen dipimpin oleh Pendeta Erman Ratnomo, agama Hindu dipimpin oleh Bapak Dewa Ketut Alit, agama Budha dipimpin oleh Pendeta Muda Samar Sudanu, agama Konghucu dipimpin oleh Bapak Lukito Wijoyo dan terakhir Penghayat Kepercayaan dipimpin oleh Bapak Jaka Saptana. 


Sementara itu salah satu warga Nahdliyin, Pandu Amanca, mengatakan bahwa, “Acara doa bersama lintas agama semacam ini sangat baik karena disamping kita bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa, di lain sisi acara semacam ini juga menjadi ajang untuk menjalin silaturahmi dan kerukunan antar umat beragama dan semoga di tahun 2022 nanti lebih baik dari tahun 2021 serta wabah pandemi segera diangkat oleh Allah SWT .”

 

Gambar : LTN NU Kota Madiun

Penulis : Haris S


Sunday, December 19, 2021

Inilah Harapan Rombongan Muktamirin PCNU Kota Madiun

Inilah Harapan Rombongan Muktamirin PCNU Kota Madiun

Senin (20/12) Muktamirin dari PCNU Kota Madiun berkumpul di Pondok Pesantren Al Mardliyyah Demangan. Pada helatan akbar yang sejatinya diadakan tahun 2020 yang lalu ini, dari PCNU Kota Madiun sendiri memberangkatkan 10 perwakilan walaupun nantinya yang jadi peserta hanya tiga orang dari Syuriah dan juga Tanfidziyah.


 

KH. Agus Mushoffa Izzuddin selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Madiun mengatakan, “Ini merupakan wujud keseriusan jajaran pengurus dalam meneruskan perjuangan para ulama dengan menghadiri Muktamar NU kali ini.”

 

Pembukaan Muktamar NU ke-34 ini akan dilaksanakan pada 22 Desember 2021 di Pesantren Darussa’adah, Gunungsugih, Kabupaten Lampung Tengah dan akan dibuka langsung secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, yakni Bapak Joko Widodo (red: Jokowi).

 

Muktamar kali ini mengusung tema “Satu Abad NU: Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia”. Sejalan dengan hal itu Gus Shoffa panggilan akrab Ketua PCNU Kota Madiun ini memaparkan, “Rombongan yang berangkat kali ini pun juga mengeluarkan dana secara mandiri dan ada dari beberapa instansi serta dari Bapak Kapolres yang turut andil dalam mensukseskan Muktamar kali ini”.

 

Muktamar tahun ini akan dihadiri perwakilan pengurus cabang, pengurus wilayah, pengurus cabang istimewa yang berada di luar negeri dengan jumlah peserta yang dibatasi mengingat perhelatan lima tahunan ini diadakan masih dalam masa pandemic Covid-19.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al Mardliyah menyampaikan harapannya pada perhelatanyang dilaksanakan 22-23 Desember nanti, yaitu “Semoga pemimpin yang terpilih nantinya sesuai dengan harapan warga Nahdliyin, dan mendapatkan barokah serta ridha dari Allah SWT. Sehingga Nahdlatul Ulama menjelang satu abad ini dapat berperan secara menyeluruh baik diniyyah, wathoniyyah dan perekonomian.”

 

Di akhir wawancara kami dengan beliau Ketua PCNU Kota Madiun, beliau memohon doa restu  kepada warga Nahdliyin khususnya di Kota Madiun atas keberangkatan rombongan PCNU Kota Madiun. Beliau mengatakan bahwa, “Muktamar ini bukan ‘gawe’nya orang NU tapi ‘gawe’nya bangsa dan Negara Indonesia.  Karena NU adalah tonggak keberlangsungan NKRI.”

Gambar : LTN NU Kota Madiun

Penulis : Haris S


Wednesday, December 15, 2021

Kunci Selamat: Ikut Ulama

Kunci Selamat: Ikut Ulama

 


 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Sebagai orang awam, kita belum mampu memahami sepenuhnya isi Al-Qur’an, sunnah dan ajaran Rasulullah SAW. Sementara itu, sebagai seorang muslim mukalaf, kita dituntut memiliki aqidah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Artinya, kita harus shalat, wudhu, zakat, manasik, dan beribadah lainnya, termasuk mencari rezeki yang halal sesuai dengan ajaran beliau.



 

Kita yang dituntut beraqidah, berislam, serta beribadah dengan sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun, kita ini awam, kita tidak mampu memahami isi Al-Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, bagaimana cara kita untuk tetap bisa mengikuti tuntunan Rasulullah SAW secara betul?

 

Dalam hal ini, ada cara yang sangat praktis, yaitu ikutlah yang ulama, bertanyalah kepada ulama, hormati para ulama, manut-lah kepada ulama. Sebab, Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa manut kepada ulama, maka matinya dijamin selamat.”

 

Dalam hadits lain, pada kitab Mukhtarul Ahadits hal. 27, no. 224, Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

“Muliakanlah (ikutilah) para ulama karena mereka ialah pewaris (ilmu) para nabi.”

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Al-Qur’an menyuruh kita bertanya pada ulama dalam hal apa pun, bertanya pada orang yang mengerti Al-Qur’an, mereka yang ahli dzikir, mereka yang menguasai hadits, dan mereka yang kita sebut ulama atau kiai. Allah SWT berfirman dalam surah an-Nahl ayat 43:

 

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

 

Bertanyalah kepada ulama yang ahli dzikir, dekat Allah SWT, jika kamu tidak mengerti. Mengapa harus bertanya kepada ulama yang sering berdzikir, ulama yang senantiasa dekat Allah SWT, sambung hati (dzikir) kepada Allah SWT? Karena, insyaAllah, mereka lebih takut kepada Allah SWT. Ketika mereka berfatwa, itu semata-mata karena takut Allah SWT. Mereka berfatwa bukan karena nafsu, bukan karena sedang marah, bukan karena kepentingan, bukan karena politik, bukan karena apa pun, melainkan semata-mata hanya karena Allah SWT.

 

Oleh karena itu, manusia yang menurut Al-Qur’an benar-benar takut kepada Allah adalah para ulama. Hal ini dijelaskan dalam Surah Fathir ayat 28:

 

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Sebaliknya, jika ada orang awam yang tidak mengerti Al-Qur’an, tidak mampu memahami  hadits, termasuk ilmu bahasa Arab, nahwu, dan sharaf, namun justru tidak mau mengikuti ulama, bahkan membenci ulama, lalu nekat memahami sendiri, insyaAllah malah sesat.

 

Allah SWT melarang kita ngawur seperti itu. Allah berfirman dalam surah an-Nahl ayat 116:

 

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”

 

Orang yang tidak mampu memahami wahyu Allah jangan ngawur (istilah Jawa: jangan sukur jeplak) kamu katakana, “Ini halal, ini haram,” tanpa dasar yang jelas.

 

Mungkin kamu tahu hadits dan ayat (secara tekstual), tapi sangat mungkin bahwa pemahamannya salah (secara kontekstual) karena belum tentu yang dimaksud seperti itu. Oleh karena itu, ikuti para ulama, insyaAllah apa yang disampaikan ulama benar. Nabi Muhammad SAW juga memberi peringatan kepada orang awam yang tidak dekat ulama, tidak manut ulama, tidak bertanya pada ulama, ada kemungkinan matinya dalam keadaan murtad dan kafir. Na’udzubillah min dzalik. Rasulullah SAW bersabda:

 

“Akan tiba suatu masa ketika ummat ini akan menjauhi para ulama dan fuqaha.”

 

Sekarang ada tanda-tanda seperti itu, ulama di-bully, ulama dicaci-maki, ulama dilegitimasi sehingga dampaknya adalah orang awam menjadi takut mau manut ulama. “Jangan-jangan kiai ini ngapusi, bohong,” padahal tidak pernah berbohong, tetapi karena sering di-bully lalu menimbulkan kecurigaan. “Jangan-jangan kiai korupsi,” padahal tidak korupsi; “Jangan-jangan kiai menerima dana kampanye,” padahal tidak. Pada akhirnya, ummat ini menjauh dari ulama. Kalau sampai ummat yang awam menjauh dari ulama, lalu termakan isu-isu seperti itu.

 

“Allah akan memberikan ujian dan musibah pada mereka dengan 3 macam musibah. Pertama, kerja mereka tidak berkah karena ngawur tidak mengerti halal dan haram. Kedua, Allah akan memberikan musibah dengan diberi pemimpin yang dzalim. Ketiga, mereka mati tidak membawa iman.”

Na’udzubillah min dzalik

 

Kenapa? Karena mungkin mereka Islam, tapi aqidahnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Itulah akibatnya jika tidak mampu memahami dalil sendiri, tapi tidak mau manut kepada para ulama. Sekali lagi, kunci selamat bagi ummat yang awam adalah mengikuti para ulama. Kunci selamat bagi ulama yaitu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, takut kepada Allah SWT dan jangan sampai berfatwa karena menuruti nafsu.

Sujud Ekstra Panjang

Sujud Ekstra Panjang

Q: Assalamu’alaikum wr wb. Apakah boleh ketika sholat Tahajjud saat sujud membaca “subhana robbiyal a’la wabihamdihi” sebanyak 10 kali dengan tujuan agar sujud lebih lama? Mohon jawabannya terima kasih.





A: Wa ‘alaikumussalam wr wb. Perlu kita ketahui bahwa dalam sholat itu ada yang namanya rukun sholat. Dan ini yang menentukan sah dan tidaknya sholat. Secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, rukun yang dilakukan di dalam hati (qolbi), yaitu niat. Kedua, rukun yang diucapkan (qouli) yaitu membaca takbirotul ihrom, membaca surat Al-Fatihah, membaca sholawat dalam tasyahud akhir dan mengucapkan salam yang pertama. Ketiga, rukun yang dilakukan dengan gerakan yaitu ruku’, sujud, I’tidal dan lain sebagainya.


Adapun doa yang dibaca ketika ruku’, sujud itu terserah kita dan kita boleh membacanya lebih dari tiga kali, atau sebanyak sepuluh kali. Jadi, hukumnya membaca lebih dari tiga kali agar sujudnya lama itu boleh, hanya saja jangan sampai lamanya sujud itu melebihi lamanya ketika berdiri. Karena di dalam sholat itu ada rukun yang qoshiroh (pendek) misalnya sujud, dan ada juga rukun yang thowilah (panjang) misalnya berdiri. Boleh juga setelah membaca doa sujud kita tambahkan doa-doa yang lain. Sebab sujud merupakan posisi yang sangat dekat antara hamba dan Allah SWT (aqrobul ‘abdi ilallah wahuwa saajidun).


Jawaban dari KH. Marzuki Musytamar Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur

Air Suci menyucikan namun makruh digunakan (air musyammas)

Air Suci menyucikan namun makruh digunakan (air musyammas)

Air suci yang menyucikan tapi makruh digunakan adalah air musyammas yakni air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Dalam hal ini air musyammas makruh digunakan apabila sengaja dipanaskan dan tidak makruh apabila panas dengan sendirinya (tidak sengaja dipanaskan). [Al Muhadzab fi Fiqh Imam Asy-Syafi’i (1/16)]



Bersuci menggunakan air musyammas meski makruh tetap dapat menghilangkan hadas. Penggunaan air musyammas dimakruhkan setiap dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit kusta. Karena matahari dengan intensitasnya dapat memisahkan karat dari bejana yang naik ke permukaan air, sehingga jika air tersebut mengenai badan dikhawatirkan menyebabkan penyakit kusta. [Al Bayan Muhadzab  Al Imam Asy-Syafi’i (1/13-14)]

 

Adapun air yang dipanaskan dengan api tidak makruh digunakan bersuci. Sebab air yang dipanaskan dengan api bisa menghilangkan karat logam dengan pengaruh kuatnya api. Perbedaan antara air yang dipanaskan dengan api dan yang dipanaskan dengan terik matahari adalah air yang dipanaskan dengan api disebut musakhkhan sedang air yang dipanaskan dengan sinar matahari disebut musyammas. [Al Haawi Al Kabiir (1/41)]

 

Imam Nawawi berpendapat bahwa air yang musyammas hukumnya tidak makruh secara mutlak. Beliau berargumentasi bahwa hadits Nabi yang berbunyi, “Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah yang memanaskan air dengan matahari; jangan engkau lakukan itu wahai perempuan yang merah pipinya, sebab hal itu bisa menyebabkan kusta” [HR. Imam Thabrani 5747] yang digunakan acuan menghukumi makruh air musyammas adalah lemah (dhaif). Kajian Imam Nawawi berkisar seputar dalil, meski yang menjadi pedoman madzhab Syafi’i adalah hukum makruh. [Hasyiyah Al Jamal Syarah Al Minhaj (I/36)]

 

Syekh Musthafa Dieb al-Bagha menyebutkan beberapa syarat di mana air musyammas bisa dihukumi makruh, di antaranya:

·         Wilayahnya beriklim sangat panas.

·         Air dipanaskan di dalam logam selain emas dan perak.

·         Air itu digunakan pada badan manusia atau binatang yang bisa terkena kusta, seperti kuda. [Al Fiqh Al Minhaj ‘ala Madzhab Al Imam Asy-Syafi’i (1/32)]

 

Air yang sangat hangat atau sangat dingin makruh digunakan, karena kedua air tersebut dapat menghalangi penyempurnaan bersuci, namun menurut kaul muktamad bahwa alasannya ialah khawatir membahayakan penggunaannya. [Haasyiyatul Baijuri ‘ala  Ibn Qosim Al Ghazi (1/56)]

 

Air yang dimakruhkan digunakan bersuci bukan hanya sebatas yang disebutkan di atas. Namun terdapat 8 air yang makruh digunakan sebagaimana berikut:

1.       Air yang dipanaskan dengan terik matahari;

2.       Air yang sangat hangat;

3.       Air yang sangat dingin;

4.       Air daerah kaum Tsamud;

5.       Air daerah kaum Lut;

6.       Sumur Barhut;

7.       Air daerah Babilonia; dan

Sumur Dzarwan yang menjadi tempat pembuangan sihir Rasulullah SAW. 

HUKUM BERJUALAN DEKAT DISKOTIK

HUKUM BERJUALAN DEKAT DISKOTIK

Q: Assalaamu’alaikum wr wb. Saya mau bertanya, bagaimana hukumnya berjualan makanan di dekat karaoke atau diskotik yang kebanyakan konsumennya pekerja dari karaoke atau diskotik tersebut. Apakah uang hasil penjualan itu halal? Terima kasih.


 

A: Wa’ alaikumussalaam wr wb. Kita diperintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik. Untuk itu, kita juga diperintahkan agar dalam mencari rezeki harus dengan cara yang benar sehingga hasilnya menjadi halal dan berkah. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah merasa terlambat datangnya rezeki, karena sesungguhnya seseorang sekali-kali tidak akan meninggal dunia sehingga ia sampai pada jatah rezekinya yang terakhir. Maka carilah nafkah dengan cara yang baik, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” [HR. Imam Al-Hakim dan Ibnu Hibban]

 

Masalah halal dan tidaknya jual beli itu tergantung dengan caranya. Selama caranya benar, tidak ada unsur penipuan atau kebohongan, akad atau transaksinya juga benar, dan barang yang kita jual juga berstatus halal, dan kita tidak mengetahui secara pasti pembeli itu membeli dengan uang yang haram. Maka jual beli sudah dianggap benar dan hasilnya halal.

 

Hanya saja, dalam menyangkut keberkahan, jual beli harus terhindar dari unsur-unsur kemaksiatan. Semakin dekat atau bahkan campur baur dengan kemaksiatan maka jual beli itu, meskipun sah karena memenuhi syarat dan rukunnya jual beli, akan tetapi keberkahannya berkurang. Jadi, sah dalam jual beli itu permasalahan lain dan keberkahan juga merupakan hal yang lain. Jual beli yang tidak sah, tidak halal tentu tidak mungkin berkah, dan jual beli yang sahpun juga belum tentu berkah. Kita upayakan mencari yang halal sekaligus berkah.

Air Suci Menyucikan Tidak Makruh Digunakan (Air Mutlak)

Air Suci Menyucikan Tidak Makruh Digunakan (Air Mutlak)

Air suci menyucikan adalah air suci pada zatnya (berdasarkan kepastian dari panca indra) yang bisa menyucikan benda lain dari hadas, najis atau yang semisalnya. [Hasyiyah Al-Baijuri (I/52)] Air yang memiliki karakteristik demikian hanyalah air mutlak. [Al Muhadzab fi Fiqh Imam Asy-Syafi’i (1/15)] 


Yang dimaksud dengan air mutlak di sini adalah air yang terbebas dari batasan yang mengikat (qayyim lazim) menurut orang yang memiliki kapasitas untuk mengetahui kondisi air tersebut, yakni ahli ‘urf dan ahli lisan. Yang dimaksud ahli ‘urf adalah para pakar fikih, sementara ahli lisan adalah para pakar gramatika Arab. Meski parameter pengukuran air tampak berdasarkan atas dua pendapat tersebut, namun pada dasarnya maksud dari ahli ‘urf dan ahli lisan adalah senada, yakni para pakar syarak. Dari sini dapat dipahami bahwa parameter status ‘air mutlak’ merujuk pada kaidah yang ditetapkan oleh ahli syarak. [Nihayatul Muhtaj Syarah Minhaj (I/79)]

 

Alasan status kemutlakan air berdasar adat (‘urf) pakar syarak, bukan pada ‘urf orang awam adalah agar tidak bias. Sebab air mustakmal meskipun jernih tidak berstatus mutlak danair sungai yang berubah warna tetap berstatus air mutlak yang suci menyucikan. [Hasyiyah Qalyubi Wa Umairah (I/20)]

 

Adapun yang dimaksud dengan “batasan yang mengikat” (qayyid lazim) dalam keterangan di atas adalah kata air yang dibatasi dengan idlafah (penyandaran pada kata yang lain) seperti air bunga mawar dibatasi dengan sifat seperti air mustakmal, air mutanajjis, atau lam ‘ahli, seperti Sabda Nabi SAW, “ya, apabila seorang perempuan melihat mani” (na’am, idza ro’at al-maa). Air demikian tidak termasuk air mutlak sehingga tidak menyucikan yang lain. Sementara air yang dibatasi dengan kata sumur atau air yang dibatasi dengan kata laut, tetap disebut air mutlak yang suci menyucika, sebab batasan tersebut muncul guna menjelaskan asal muasal air yang sifatnya tidak mengikat. [Nihayatul Muhtaj Syarah Minhaj (I/63)]

 

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa air suci menyucikan adalaha air mutlak yang mana status kemutlakan air sesuai dengan kaidah yang ditetapkan oleh pakar syarak. Artinya air yang dikategorikan sebagai air mutlak oleh pakar syarak, maka disebut air mutlak. Begitupun air yang dikategorikan sebagai air tidak mutlak, maka tidak bisa menyucikan. Contoh kasusnya adalah air mustakmal, meskipun jernih tidak disebut air mutlak oleh pakar syarak sehingga tidak menyucikan. Sebaliknya air sungai yang keruh disebut air mutlak oleh pakar syarak sehingga dapat menyucikan. [Sirajul Wahhaj]

Monday, December 13, 2021

Adzan Saat Bayi Lahir

Adzan Saat Bayi Lahir

Saat melahirkan anak dianjurkan untuk adzan dan iqomah seperti dalam kitab-kitab fiqih. Beberapa ulama seperti Imam an-Nawawi mengutip hadits:

من ولد له مولود فأذن في اليمنى في أذنه اليسرى لم تضره الصبيان. 

"Barangsiapa melahirkan anak, lalu diadzani di telinga kanan dan diiqomati di telinga kiri, maka akan selamat dari setan Umm ash-Shibyan." [HR. Imam Abu Ya'la dan Imam Ibn Sunni]



Selain itu, ada hadits lain yang memperkuat anjuran adzan untuk bayi yang baru lahir:

1) Dari Sahabat Abu Rofi' RA:

"Dari Abu Rofi', ia berkata:

عن أبي رافع قال: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أذن في أذن الحسن بن علي حين ولدته فاطمة بالصلاة. 

"Aku melihat Rasulullah SAW mengadzani Hasan bin Ali saat Faathimah melahirkan dengan adzan sholat." [HR. Imam At-Tirmidzi, ia menilainya shohih dan telah diamalkan]


2) Dari Sahabat Abdullah bin Abbas RAnhuma

عن ابن عباس: أت النبي صلى الله عليه وسلم أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد وأقام في أذنه اليسرى. 

"Sesungguhnya Nabi SAW mengadzani Hasan bin Ali saat dilahirkan, dan mengiqomahi di telinga kirinya." [HR. Imam Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman]

Doa Saat Hamil (Tingkeban dan Pitonan)

Doa Saat Hamil (Tingkeban dan Pitonan)

Selama masa kehamilan ada beberapa tradisi selamatan dan doa. Ada tingkeban (selamatan 130 hari, 4 bulan) dan pitonan (selamatan 7 bulan). Amaliah ini masuk dalam ayat:




۞ هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّىٰهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِۦ ۖ فَلَمَّآ أَثْقَلَت دَّعَوَا ٱللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَٰلِحًا لَّنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

"Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya, supaya dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Lalu tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sungguh jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentu kami termasuk orang-orang yang bersyukur." [QS. Al-A'rof: 189]


Rasulullah SAW mendoakan janin Ummu Sulaim dan Abu Tholhah:

 باب ما جاء في دعائه صلى الله عليه وسلم بالبركة لحمل أم سليم من أبي طلحة... وقد كان أصابها تلك الليلة، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: بارك الله لكم في ليلتكما، قال: فولدت له غلاما كان اسمه عبد الله، قال: فذكروا أنه كان من خير أهل زمانه. 

"Bab tentang riwayat doa Nabi Muhammad SAW dengan keberkahan untuk kehamilan Ummu Sulaim dari Abu Tholhah... Abu Tholhah bersetubuh dengannya, kemudian Nabi SAW mendoakan: "Semoga Allah memberkati kalian berdua di malam kalian". Ummu Sulaim melahirkan anak untuk Abu Tholhah, bernama Abdullah. Mereka menyebutkan, Abdullah termasuk orang terbaik di masanya."  [HR. Imam Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwah, VI/406]


Mendoakan anak-cucu juga dilakukan Nabi Ibrahim AS:

واجنبني وبني أن نعبد الأصنام. ينبغي لكل داع أن يدعو لنفسه ولوالديه ولذريته. 

"... Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrohim: 35). Ibnu Katsir berkata: "Dianjurkan bagi setiap orang yang berdoa untuk mendoakan dirinya sendiri, kedua orang tuanya dan anak cucunya."  [Tafsir Ibn Katsir, IV/513]

DICEKAL

DICEKAL

Rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dikenal sangat diskriminatif terhadap NU. Bahkan begitu rezim yang berkuasa selama 32 tahun ini gagal menggusur Gus Dur dalam Muktamar NU di Cipasung, pada kroni Soeharto langsung melakukan pencekalan di mana-mana terhadap tokoh NU itu. Meski demikian, tak semua pencekalan itu berhasil, sebaliknya malah terkesan konyol. Hal itu terjadi ketika Gus Dur diundang berceramah oleh PMII di sebuah daerah di Jawa Timur.



Begitu mendengar informasi bahwa Gus Dur akan berceramah, serentak para pejabat keamanan di daerah tersebut memerintahkan anak buahnya untuk membubarkan acara mengundang Gus Dur itu. Aparat, termasuk intel segera datang ke lokasi acara. Begitu sampai di tempat acara, para aparat tersebut langsung menginterogasi penyelenggara.


"Siapa yang ceramah itu?" tanya seorang petugas saat menunjuk seorang yang sedang berceramah di depan.

"KH. Abdurrahman Wahid, Pak," jawab salah seorang panitia.

"Oo., Kiai Abdurrahman Wahid," kata polisi tersebut keheranan. Ia kemudian memandang anak buahnya yang tampak selalu siaga di dekatnya.

"Tadi kamu lapor bahwa yang ceramah Gus Dur?" tanya si Komandan kepada anak buahnya dengan berbisik. Anak buahnya tiba-tiba menjawab, "Siap, Pak!"

"Kalau Abdurrahman Wahid itu orang baik. Dia itu Kiai yang dulu menerima asas Pancasila di Situbondo. Saya pikir Gus. Kalau Gus Dur tidak boleh diundang ke daerah. Soalnya dia terlalu vokal terhadap pemerintah," kata sang Komandan itu kepada anak buahnya.

"Sudah-sudah! Sekarang kita kembali ke kantor. Kalau bikin laporan yang akurat, ya!" kata sang Komandan itu lagi, kepada anak buahnya. Mereka pun langsung meninggalkan acara tersebut. Sementara panitia seminar yang berada di dekat peristiwa itu pun tertawa cekikikan.


---------------------


Folllow : 


Instagram : @nukotamadiun

Youtube : NUTV Kota Madiun

Twitter : @nukotamadiun

Facebook Page : NU Kota Madiun

Telegram : https://t.me/nukotamadiun

Tiktok : @nukotamadiun


#kisahmotivasi #kisahteladan #UlamaNusantara #UlamaSalaf #Nahdliyin #Nahdliyyin #NderekKyai #NderekYai #NU #NahdlatulUlama #nukotamadiun #pcnukotamadiun #gusdur #presidensoeharto #ordebaru #diskriminatif #pemudatersesat #Karom

Fir’aun Masih Ada di Sekitar Kita

Fir’aun Masih Ada di Sekitar Kita

Tertulis di TONGKAT NABI MUSA,

“ORANG BERILMU jika tidak mengamalkan ilmunya, dia dan IBLIS sama.

PEMIMPIN jika tidak adil pada rakyatknya, dia dan FIR’AUN sama.

PEDAGANG jika enggan membayar zakat dan melakukan cara-cara tidak halal, dia dan QARUN sama.

ORANG MISKIN jika tidak sabar dengan keadaannya, dia dan ANJING sama.”

[Kalam Al Habib ‘Alwi bin Syihab juz 2 hlm 208]

(…)


Mari belajar dari sejarah dan kesalahan orang lain.

Jika tidak ingin diusir dari surga seperti iblis, jangan meniru kesombongannya.

Jika tidak ingin hancur seperti Fir’aun, jangan tiru kezalimannya.

Jika tidak ingin semua hartanya ludes seperti Qarun, jangan mencoba menyamai kekikirannya.

Rejeki Seret

Rejeki Seret

Gus H. Ahmad Sampthon Masduqi memiliki pengalaman menarik bersama ayahandanya, al maghfurlah KH. Masduqi Mahfudz, tentang pentingnya sholat berjama’ah. Inilah penuturan kisahnya.


 

Di pondok dulu, gotha-an saya di lantai dua, dan abah setiap kali berkunjung ke pondok tidak pernah naik, tetapi memanggil saya via teman-teman santri yang lain.

 

Siang itu cucian saya banyak sekali sehingga terlewat jama’ah di musholla pondok. Terpaksa usai mencuci dan membersihkan diri saya sholat dzhuhur sendiri di depan gotha’an. Tiba-tiba baru satu roka’at, abah sudah di samping saya dan langsung menjewer kuping saya sambil berkata:

“Layak pirang-pirang dino rejekiku seret, lha anakku keset (males) jama’ah, wis ayo sholate digawe sholat sunnah rong roka’at ae, ayo ngawiti sholat maneh tak rewangi.” (Pantas beberapa hari rejekiku sulit, lha anakku malas berjama’ah. Sudah, ayo sholatnya dibuat sholat sunnah dua roka’at saja. Ayo mulai sholat lagi, aku temani).

 

Siang itu saya sholat lagi makmum abah di depan kamar sambil menggerutu, “Njewer wong sholat niku duso lho bah.” (ndak berani keras-keras dan abah tidak mendengar) begitu berharganya sholat jama’ah bagi abah.

(…)

 

Kita mengaku ahlissunnah tapi malas jama’ah. Semoga setelah membaca kisah ini bisa lebih istiqomah dalam menjalankan sholat fardlu dengan berjama’ah.

** Diceritakan oleh Gus H. Achmad Shampton Masduqie


Sunday, December 12, 2021

ADAB RASULULLAH SAW KETIKA MAKAN

ADAB RASULULLAH SAW KETIKA MAKAN

Rasulullah SAW memakan roti dan minyak samin. Beliau menyukai daging kambing terutama pada bagian lengan dan bahu. Dari makanan yang dimasak dalam periuk, beliau suka labu air. 


Sedangkan dari kurma, beliau suka jenis ajwah. Beliau pernah mendoakan keberkahan untuk kurma ajwah itu, “Ajwah itu dari surga dan obat penawar racun dan sihir.” [HR. Imam Al Bazzar dan Imam Thabrani]

 

Rasulullah SAW tidak memakan bawang merah, bawang putih dan jenis makanan yang berbau tidak sedap. Beliau sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila menyukai suatu makanan, beliau memakannya; jika tidak menyukai suatu makanan, beliau tidak memakannya.

 

Apabila merasa jijik dengan suatu makanan, beliau tidak membuat orang lain membencinya. Beliau tidak menyukai dhabb (hewan sejenis biawak yang hidup di Arab), namun tidak mengharamkan binatang itu.

 

Rasulullah SAW membersihkan sisa makanan di tempat makanan dengan jari-jemarinya dan mengatakan, “Makanan yang terakhir adalah yang paling banyak keberkahannya.” [HR. Imam al-Baihaqi dari Sayyidina Jabir]

 

Rasulullah SAW membersihkan sisa makanan dari jarinya. Beliau tidak membersihkan tangannya dengan sapu tangan sebelum mengilati jari jemarinya satu persatu seraya berdoa, “Sesungguhnya seseorang tidak mengetahui pada makanan yang manakah yang mengandung keberkahan itu.” [HR. Imam Muslim dari Ka’ab bin Malik]

 

Rasulullah SAW menghisap air secara perlahan-lahan dengan tiga kali tegukan. Beliau tidak pernah bernafas dalam tempat minuman. Beliau memberikan kelebihan air tersebut kepada orang yang berada di sebelah kanannya.

 

Apabila orang yang berada di sebelah kirinya lebih tinggi kedudukannya, beliau berkata pada orang di sebelah kanannya, “Kesunnahannya adalah engkau harus diberi (terlebih dahulu), tetapi jika engkau suka, utamakanlah mereka,” [Muttafaq ‘alaih dari Sahabat Sahal bin Saad]

AKHLAK RASULULLAH KETIKA MAKAN

AKHLAK RASULULLAH KETIKA MAKAN

Rasulullah SAW memakan makanan yang ada. Makanan yang paling disukainya adalah makanan yang dimakan secara bersama-sama sehingga disentuh oleh banyak tangan. 


Rasulullah SAW adalah orang yang tidak menyenangi kesombongan dalam hal makanan. Beliau mengatakan, “Aku hanyalah seorang hamba. Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba dan aku duduk sebagaimana duduknya seorang hamba.” [HR. Abdurrazzaq]

 

Rasulullah SAW tidak memakan makanan yang panas. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya memakan makanan yang masih panas itu tidak memiliki keberkahan. Dan sesungguhnya Allah tidak memberi (makan) api pada kita, maka dinginkanlah makanan itu.” [HR. Imam al-Baihaqi dari Sayyidina Abu Hurairah]

 

Rasulullah SAW memakan makanan yang ada di dekatnya. Beliau makan dengan menggunakan tiga jarinya. Kadangkala mengambil makanan dengan menggunakan empat jari. Beliau tidak pernah makan dengan dua jari karena yang demikian itu merupakan cara makan setan.

 

Rasulullah SAW biasa memakan roti yang dibuat dari gandum yang tidak ditapis. Beliau pernah juga memakan buah sejenis mentimun bersama dengan kurma yang dimakan dengan menggunakan kedua tangan. Menu makanan sehari-harinya adalah kurma dan air.

 

Beliau menggabungkan susu dan kurma dan menyebut keduanya sebagai “dua makanan yang paling baik”. Makanan yang paling disukainya adalah daging. Beliau pernah mengatakan bahwa daging itu dapat menambah pendengaran dan merupakan makanan utama di dunia dan di akhirat.

 

Rasulullah SAW makan roti berkuah bersama dengan daging dan labu air. Beliau suka labu air dan menyebutnya sebagai “pohon saudaraku Yunus AS.” [HR. Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Maajah]

Sunday, December 5, 2021

Harapkan Adanya Peningkatan Kapasitas Relawan, LPBI NU Kota Madiun Ikuti Workshop Operasi Logistik

Harapkan Adanya Peningkatan Kapasitas Relawan, LPBI NU Kota Madiun Ikuti Workshop Operasi Logistik

Senin (6/12) PC LPBI NU Kota Madiun mengirimkan personil untuk mengikuti Workshop Operasi Logistik Untuk Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh PP LPBI NU dengan PW LPBI Jawa Timur di Yayasan Pendidikan PP. Darut Tauhid Bangil.

Acara yang nantinya berlangsung selama tiga hari ini akan membahas tentang seluk ke-logistikan oleh Mas Yogi Mahendra, pegiat aksi kemanusiaan yang mumpuni di bidangnya bahkan sekarang berada di tingkat Internasional. 

Sementara itu pembukaan event ini diselenggarakan pagi tadi dengan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan Mahalul Qiyam oleh santri PP. Darut Tauhid lalu disambung dengan melantunkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya serta Mars Ya Ahlal Wathon.


Selanjutnya Pengasuh Yayasan Darut Tauhid, KH. Imam Haromain, dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Yayasannya untuk ditempati kegiatan sebesar ini yang dihadiri oleh relawan se Jawa Timur.  Beliau juga mendoakan semoga kegiatan ini berjalan dengan baik dan selepas workshop nantinya ilmu yang didapat bermanfaat bagi warga Jawa Timur khususnya dan pada khalayak ummat manusia.


Pada sesi berikutnya, Ketua PP LPBI NU KH. M. Ali Yusuf, S.Si mengucapkan "Pada saat ini semakin banyak warga Nahdliyin, sehingga banyak pula bantuan logistik pada setiap ada aksi kemanusiaan, akan tetapi masih ada kekurangan pada aspek kapasitas dari pengelolaan bantuan logistik itu sendiri. Belum lagi nanti aksi atau bencana terjadi saat krisis yang membuat relawan harus bekerja dan berpikir lebih keras, maka workshop seperti ini penting diselenggarakan."

Pada akhir acara Pembukaan Workshop ini ditutup oleh doa yang disampaikan oleh KH. Ahmad Rifa'i yang sebelumnya dilakukan Penyerahan Penghargaan kepada Beliau oleh Ketua PP LPBI NU sebagai Kiai Menginspirasi dalam Bidang Kemanusiaan.


Sementara itu Ketua PC LPBI NU Kota Madiun, Janus Indar PS mengatakan, "Relawan yang kirim ke sini untuk mengikuti Workshop ini sangat diharapkan untuk dapat mempraktikkan ilmu yang didapat agar bermanfaat untuk ummat. Dan tidak lupa untuk membagikan ilmunya kepada rekan-rekan yang lain agar peningkatan kapasitas bisa merata kepada mereka yang belum bisa mengikuti workshop semacam ini."

Penulis : Haris S
Gambar : LPBI NU KOTA MADIUN

Thursday, December 2, 2021

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


الحمدلله الذي وفق اولياءه للعمل بما يحبه ويرضاه وحقق على اهل معصيته ما قدره عليهم وقضاه. احمده سبحانه وتعالى على ما خوله من فضله واسداه. واشكزه على سوابغ نعمه وجزيل بره وآلاه. اشهد ان لا إله إلا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله. 


اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد وعلى أله وصحبه وسائر من نصره وتولاه. 


اما بعد: فيا ايها المسلمون رحمكم الله، اوصيكم ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون. واعلموا ان الامر بالمعروف والنهى عن المنكر من اعظم شعائر الدين. 


و اهم المهمات على المؤمنين. قال تعالى: ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر واولئك هم المفلحون.

Hadirin, jamaah Jum'at rahimahullah

Marilah kita selalu menambah taqwa kita kepada Allah SWT dengan senantiasa mentaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sungguh berbahagialah orang-orang yang bertaqwa. Sebaliknya, menyesallah orang-orang yang durhaka. 


Hadirin yang berbahagia

Betapa seringnya seruan untuk bertaqwa kepada Allah dan ajakan untuk menuju kepada kebaikan didengungkan kepada kita, baik melalui mimbar khotbah, ceramah-ceramah, pengajian-pengajian dan lain sebagainya. Akan tetapi kemaksiatan, kemungkaran dengan berbagai bentuknya masih saja kita jumpai, bahkan diri kita juga termasuk pelaku kemaksiatan dan kemungkaran itu. Akankah kenyataan seperti ini kita biarkan sehingga kemaksiatan dan kemungkaran ini meningkat dan terus meningkat dengan pesatnya? Ataukah mata hati telah tertutup sehingga kita tak peduli dengan apa yang terjadi? Padahal Allah secara jelas telah memerintahkan kepada kita kaum muslimin agar beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Amar ma’ruf artinya memerintahkan atau mengajak orang agar berbuat baik, berbuat kebajikan, berbuat sesuatu yang diridhoi Allah. Nahi mungkar artinya mencegah atau melarang orang berbuat kejahatan, kemaksiatan atau sesuatu yang mendatangkan murka Allah.



Perlu diketahui, bahwa syiar Islam sangat penting adalah tegaknya amar ma’ruf dan nahi mungkar. Semakin banyak kaum muslimin beramar ma’ruf dan nahi mungkar, maka akan semakin jaya dan bertambah syiarnya. Sebaliknya, seandainya kaum muslimin sudah enggan beramar ma’ruf dan nahi mungkar jangan diharapkan syiar Islam akan bertambah kelihatan di bumi ini. Bahkan agama Islam akan semakin suram karena tertutup oleh tindak kemaksiatan dan kemungkaran yang terus melanda dan merajalela di mana-mana. Orang sudah terbiasa bertindak kejahatan dan kemaksiatan, sementara ummat Islam sudah tidak peduli dan tidak prihatin dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi di lingkungannya. Ironis sekali bila kenyataan ini yang kita jumpai. Oleh sebab itu, marilah kita tegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar ini. Kita mulai dari diri kita sendiri, anak-anak, istri dan keluarga kita. Kemudian kita lebarkan kepada orang lain. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. At-Tahrim ayat 6:

قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”


Kita mulai amar ma’ruf dan nahi mungkar dari kita dan keluarga kita terlebih dahulu agar jangan sampai kita menyeru kepada orang lain, sementara kita dan keluarga kita sendiri ketinggalan. Kebajikan yang kita lakukan sudah mengandung misi amar ma’ruf itu sendiri. Karena kebajikan itu akan terlihat dan mungkin akan diteladani oleh orang lain.


Hadirin, jamaah Jum'at yang berbahagia

Memang, beramar ma’ruf dan bernahi mungkar ini suatu kenyataan dan tantangan yang harus kita upayakan. Sebab bagaimana pun kebajikan itu terlintas dipikiran kita, rasanya tak mungkin terwujud sebelum kita mau melaksanakan dan atau mengajak untuk ikut melaksanakannya. Begitu pula, kemungkaran, betapa pun kita rishi dan tak ingin melihatnya, tanpa kita berusaha menahan diri agar tidak melaksanakannya dan mencegah orang lain melakukan perbuatan itu, tak mungkin kemungkaran dan kemaksiatan akan surut dan sirna. Dan semua itu bukanlah merupakan hal yang sulit bila kita mau melangkah dan berusaha. Bahkan sudah menjadi kewajiban kolektif amar ma’ruf dan nahi mungkar ini bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah SAW bersabda:

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذلك اضعف الايمان. (رواه مسلم) 

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia mengubah dengan tangannya, bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan bila masih belum mampu, maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” [HR. Imam Muslim]


Hadits di atas memberi petunjuk kepada kita sekalian, bahwa meski dalam situasi bagaimanapun kita dituntut untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Jika ternyata kemungkaran sudah berani menantang sedang kita mampu memberantasnya dengan tangan kita, dengan kekuatan kita atau dengan kekuasaan kita, maka sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita memiliki. Apabila dengan kekuatan itu kita tidak mampu misalnya, kita tidak memiliki kekuatan itu, maka dengan lisan kita. Melalui nasehat yang baik, ceramah atau dialog. Dan bila dengan lisan ini pun tak mampu melakukan, maka minimal hati ini ingkar dengan kemungkaran yang terjadi dan berdoa mohon kepada Allah SWT semoga kemungkaran itu lekas lenyap dan tak terulang lagi. Ingkar dengan hati terhadap kemungkaran ini dinyatakan oleh Nabi SAW hanya bagi orang yang lemah imannya.


Sidang Jum'at yang berbahagia

Zaman kita sekarang ini yang biasa disebut dengan era globalisasi, era modern, era milenial, dan era teknologi, sementara setiap orang lebih banyak mementingkan segi duniawinya daripada segi akhiratnya. Sudah barang tentu keadaan seperti ini mengakibatkan orang mudah dan banyak yang terjerumus ke dalam dosa, sementara mereka tidak tahu atau mengerti tapi tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan itu adalah perbuatan dosa.


Kenyataan seperti ini mendorong kita untuk lebih giat beramar ma’ruf dan nahi mungkar sebagai upaya agar kemaksiatan dan kemungkaran tidak terus meningkat dan melanda di mana-mana, lebih-lebih di daerah yang masih baik.


Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahnya seolah-olah dalam ketakutan seraya memperingatkan kepada bangsa Arab atau ummatnya akan datangnya suatu masa di mana pada masa itu iman akan teruji. Yaitu ketika akhlaqul karimah melawan arus kerusakan moral yang dibawa oleh orang-orang yang anti agama. Para sahabat yang mendengar peringatan beliau itu bertanya: “Wahai Rasulullah, mungkinkah kami akan binasa padahal masih ada orang-orang yang saleh di tengah-tengah kita?” Beliau menjawab: “Ya, apabila kejahatan kelewatan banyak.”


Cerita di atas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim yang bersumber dari Zaenab binti Jahsy itu merupakan isyarat kepada kita sekalian, bahwa kalau kita sudah tak mau beramar ma’ruf dan nahi mungkar, sudah pasti kejahatan akan merajalela, sehingga akan mengakibatkan kita binasa ditelan kejahatan.


Senada dengan cerita di atas, Al-Qur’an juga telah memperingatkan agar kita takut dengan bencana yang tidak menimpa hanya kepada orang-orang yang dzholim saja. Surat Al-Anfaal ayat 25 menyebutkan:

وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzholim di antara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah itu amat keras siksaan-Nya.”



Betapa ngerinya jika hal itu benar-benar terjadi dan menimpa kita. Kita akan menerima siksa dari Allah lantaran kelalaian kita sendiri di dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Oleh sebab itu, sebelum apa yang kita khawatirkan terjadi, kita harus mengubah sikap untuk menjaga agar jangan sampai ditimpa siksa. Yaitu dengan giat melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar kapan saja dan kepada siapa saja, sekalipun orang itu atasan kita.


Demikianlah kewajiban kita dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar sesuai dengan ayat Al-Qur’an surah Ali Imron ayat 104:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”


   وَالْعَصْرِۙ - ١    اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ - ٢  اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ - ٣


بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. 




اقول قولى هذا واستغفروا الله العظيم لي ولكم ولسآئر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات. فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم.





Sunday, November 28, 2021

AKHLAK RASULULLAH KETIKA BERBICARA

AKHLAK RASULULLAH KETIKA BERBICARA

Rasulullah SAW adalah orang yang paling fasih bicaranya dan yang paling manis tutur kata-katanya. Suaranya sangat jelas dan bagus nadanya. Beliau berbicara dengan perkataan yang ringkas dan lembut. Apabila berbicara, tidak berlebih-lebihan. Tutur katanya laksana untaian mutiara.



 

Rasulullah SAW tidak berpanjang lebar ketika berbicara. Tutur katanya ringkas, namun padat. Kata-katanya tidak berlebihan dan tidak terlalu singkat, seolah-olah sebagian kata-katanya mengiringi sebagian kata-katanya yang lain. Di antara perkataannya, diselingi dengan pemberhentian sejenak, agar dapat dihafal dan dimengerti oleh para pendengarnya.

 

Rasulullah SAW lebih banyak diam. Beliau tidak berbicara melainkan untuk suatu keperluan. Beliau tidak berbicara dalam keadaan senang atau marah, kecuali dengan perkataan yang benar.

 

Rasulullah SAW berpaling dari orang yang membicarakan sesuatu hal yang tidak baik. Beliau berbicara dengan menggunakan bahasa sindiran bila terpaksa harus berbicara pada hal-hal yang tidak disukainya. Apabila beliau diam, teman-teman duduknya yang berbicara. Tidak ada yang berebut pembicaraan di sisinya. Beliau menyampaikan nasehat dengan sungguh-sungguh.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak tersenyum. Wajahnya senantiasa dihiasi dengan senyuman selama tidak sedang diturunkan Al-Qur’an kepadanya, atau tidak sedang menyebut dari hari kiamat atau selama berkhutbah yang berisi pengajaran.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling abik ketika dalam keadaan senang dan bergembira. Namun ketika memberikan nasehat, maka beliau menyampaikannya dengan sungguh-sungguh. Beliau tidak pernah marah kecuali karena menegakkan ajaran Allah. Pada saat seperti itu, tak seorang pun berani menghalanginya.

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG PALING BERANI

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG PALING BERANI

Rasulullah SAW adalah orang yang paling berani. Beliau berjalan seorang diri di antara musuh-musuhnya, tanpa seorang pengawal. Beliau tidak pernah gentar kepada orang kayak arena kekayaannya. Beliau menyeru mereka kepada Allah dengan seruan yang sama.



 

Rasulullah SAW senantiasa memuliakan para sahabatnya. Apabila bertemu dengan salah seorang sahabatnya, beliau mendahului mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Beliau tidak akan melepas tangannya sebelum sahabatnya itu terlebih dahulu melepaskannya.

 

Rasulullah SAW senantiasa peduli dengan keperluan orang lain. Tidak ada seorang pun yang menunggu di tempatnya mengerjakan shalat, melainkan beliau mempercepat shalatnya kemudian menemui orang itu dan bertanya, “Apakah engkau mempunyai suatu keperluan?” Apabila telah selesai keperluannya, beliau kembali meneruskan shalatnya.

 

Rasulullah memuliakan orang yang mendatanginya. Kadangkala beliau membentangkan kainnya untuk orang yang sama sekali tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. Orang tersebut beliau persilahkan untuk di atas kainnya itu dan memberikan bantal yang didudukinya. Apabila orang itu menolak, maka beliau bersikeras sehingga orang itu mau menerimanya.

 

Rasulullah SAW tidak memilih-milih tempat untuk duduk. Tidak ada bedanya antara tempat duduk beliau dengan tempat duduk para sahabatnya. Tidak pernah sekalipun menyelonjorkan kedua kakinya di antara para sahabatnya, kecuali jika terdapat tempat yang luas.

 

Rasulullah SAW memanggil para sahabatnya dengan nama kun’yah (julukan yang didahului kata Bapak/Ibu) mereka untuk menghormati dan menarik hati mereka. Beliau memberikan nama kun’yah kepada orang yang belum memilikinya, kemudian memanggil orang itu dengan nama kun’yah tersebut.

 

Beliau juga memanggil nama kun’yah kepada para perempuan yang sudah mempunyai anak dan yang masih belum mempunyai anak. Beliau juga memberikan nama kun’yah kepada anak-anak, maka hati mereka menjadi lembut.

 

Rasulullah adalah orang yang paling pengasih, paling baik untuk orang lain dan yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Wednesday, November 24, 2021

MANUSIA BUTUH ULAMA'

MANUSIA BUTUH ULAMA'

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


الحمدلله الحسيب الجليل. الشهيد الحق الوكيل. شهادة عبد تفكر بالنهار والليل اشهد ان لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى خلق العلماء بالعلم والفضآئل. وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله القائل: علمآء أمتى كانبيآء بنى اسرائيل، الذين يقيمون حق الله وحق عباده بالاقتصاد والعدل. 


اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم باعتقادهم الكامل.


اما بعد: فيا عباد الله. اوصيكم واياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah.

Melalui mimbar Jum'at ini saya mengajak kepada hadirin dan khususnya kepada saya sendiri, marilah senantiasa kita bertaqwa kepada Allah SWT. Artinya, apa yang menjadi perintah Allah, kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, apa yang dilarang-Nya kita cegah dan kita tinggalkan sejauh-jauhnya, agar hidup kita ini selalu mendapatkan petunjuk dan ridho-Nya. 


Jama'ah Jum'at rahimakumullah

Orang muslim bisa tahu dan mengerti akan sesuatu hukum, lebih-lebih syarak yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, semuanya berkat kehadiran ulama di sampingnya. Berangkat dari sini, muncul suatu pertanyaan: Siapa sebenarnya ulama? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita buka kembali firman Allah SWT dalam surah Faathir ayat 28:

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ

“Sesungguhnya yang takut kepada ALLooh di antara hamba-hamba-NYA, hanyalah ulama.”



Jadi, ulama adalah satu di antara hamba-hamba Allah yang memiliki rasa takut terhadap-Nya. Pada  diri ulama tempat mengadu ummat dari berbagai permasalahan dunia dan agama. Karena ulamalah ummat bisa menjadi tahu dan mengerti akan sesuatu. Maka apabila kita tidak tahu dan mengerti akan problema keagamaan, wajib bagi kita untuk bertanya. Firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 43 disebutkan:

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengerti.”


Ayat tersebut mengandung pengertian, bahwa setiap manusia yang merasa dirinya tidak tahu atau belum mengerti akan sesuatu hukum lebih-lebih hukum syarak, maka wajib baginya untuk bertanya kepada seseorang yang mengerti, yaitu ulama. Mengapa harus kepada ulama kita mengadu dari segala permasalahan keagamaan? Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya contoh ulama di muka bumi itu, bagaikan bintang yang ada di langit yang diambil petunjuknya di dalam kegelapan daratan dan lautan.” [HR. Imam Jaury]


Hadits di atas memberi penjelasan kepada kita bahwa ulama adalah penerang ummat, karena ulama itu adalah sinar petunjuk dari kegelapan dan kebodohan dari suatu hukum agama. Ia sebagai sinar keilmuan. Untuk itu, kepadanyalah kita bertanya segala masalah yang kita sendiri tidak tahu.


Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. 

Yang dimaksud ulama di sini adalah ulama ahli ijtihad, bukan semua ulama. Seperti Imam Syafii, Imam Achmad bin Hambal dan lain-lain. Sebab Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal adalah dua imam dari Imam Mahdzab yang di dalam menetapkan hukum menggali langsung dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, tidak atas pemikirannya sendiri.




Apabila kita semua langsung mengambil hukum dari Al-Qur’an dan hadits, kemungkinan besar banyak salahnya daripada benarnya. Sebab kita semua masih buta akan ilmu-ilmu yang bisa digunakan untuk menggali hukum, seperti ilmu mustholahul hadits, ushul fiqh, dan lain sebagainya. Sebab Rasulullah SAW telah mengingatkan kita dengan sabdanya:

“Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendapatnya sendiri, maka nerakalah tempat yang baik baginya.”


Jadi, apabila kita menemukan persoalan tentang sesuatu hukum, kita jangan lantas berusaha menjawab sebisa-bisanya dengan mengambil dan menggali hukum sendiri. Sementara ilmu yang kita miliki belum memungkinkan untuk istimbatul hukmi (menggali hukum) sendiri, dengan menggunakan metode atau cara tersendiri. Memang akhir-akhir ini muncul suatu anggapan bahwa keputusan hukum dan metode ushul yang dibuat oleh ulama mahdzab, sudah tidak efisien lagi. Akan tetapi kita jangan lantas ikut-ikutan, terus mempercayainya tanpa melihat dan mempertimbangkan lagi apakah anggapan seperti itu benar.


Untuk itu, dalam kesempatan ini saya mengajak kepada para jamaah untuk kembali merujuk kepada para ulama. Selama masih ada kesempatan, usahakan untuk bisa dekat dengan para ulama. Sebab lambat laun ulama tidak semakin banyak, akan tetapi makin menurun, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini bisa kita lihat dan saksikan sendiri bahwa sekarang ulama yang mempunyai ilmu dan kharismatik tinggi sudah banyak yang dipanggil Allah.


Hadirin,  Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah. 

Kalau ulama sudah banyak yang dipanggil Allah SWT, maka itu merupakan suatu pertanda bahwa ilmu agama sudah mulai berkurang dari muka bumi, sebab Allah tidak akan mencabut ilmu yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya, kecuali dengan wafatnya para ulama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Dari Sayyidina Abdullah  bin Amr bin Ash berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu yang telah diberikan kepada hamba-Nya, kecuali dengan wafatnya para ulama, sehingga ketika tidak ulama orang bodoh-bodoh menjadi kepala (kyai), maka ketika mereka ditanya tentang masalah lalu menjawab tanpa dasar ilmu, maka tersesatlah dan menyesatkan.”


Hadits tersebut, mengandung pengertian bahwa ilmu yang ada di muka bumi ini suatu saat akan dicabut oleh Allah dengan melalui wafatnya para ulama. Kalau semua ulama sudah tidak ada, maka muncul yang dinamakan ulama gadungan. Kalau hal ini sampai terjadi, maka masyarakat sudah kehilangan kendali, di mana yang dulunya ulama sebagai penampung permasalahan ummat, kini berubah haluan menjadi ulama permasalahan rakyat. Jelasnya, ulama sudah beralih fungsi.


Agar hal semacam ini tidak sampai terjadi, dalam kesempatan ini saya menghimbau kembali kepada para jamaah untuk selalu dekat kepada para ulama dan menitipkan anak-anak kita ke pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, yang di dalamnya tempat lahir dan berkembangnya para ulama. Hingga pada akhirnya nanti ulama yang telah gugur mendahului kita akan bangkit kembali (maksudnya keilmuan yang dia miliki), dengan munculnya ulama-ulama muda yang siap pakai di tengah masyarakat, negara dan bangsa, sebagai penerus perjuangan para nabi dan sebagai pelita. Sabda Rasulullah SAW:

“Para ulama itu adalah lampu di atas bumi, menjadi ganti para Nabi, sebagai pewarisku, pewaris para Nabi.” [HR. Imam Ibnu ‘Aadiy]


Hadits di atas memberi penjelasan pada kita, bahwa ulama adalah pelita dunia, dan sekaligus pewaris tali estafet perjuangan nabi. Kalau kita tidak mendekat kepadanya tentu kita tidak akan mendapat sinar penerangan dan kemungkinan pada hari kiamat nanti kita tidak mendapatkan syafaat dari ulama. Sebab ulama adalah satu di antara orang yang dapat memberi syafaat pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Maajah:

“Ada tiga golongan akan memberi syafaat besok hari kiamat, yaitu: para Nabi, para ulama dan para syuhada.”


Hadirin, Jama'ah Jum'at rahimakumullah

Begitulah peran dan fungsi ulama, tidak saja berfungsi saat mereka di dunia, tapi bahkan juga berperan kelak di akhirat. Untuk itu, semoga kita semua selalu berpijak di atas kebenaran yang telah diperjuangkan oleh para nabi dan rosul yang kemudian diteruskan oleh para ulama. Dan semoga kita selalu didekatkan kepada para ulama. Sebab dengan dekat kepada ulama, maka iman dan taqwa kita akan bertambah. Aamiin.



اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. ومن الناس والدوآب ولانعام مختلف الوانه كذلك انما يخشى الله من عباده العلموء ان الله عزيز غفور. 


بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. 


اقول قولى هذا واستغفروا الله العظيم لي ولكم ولسآئر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات. فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم.

Maksud Sholat Untuk Menghormat Waktu

Maksud Sholat Untuk Menghormat Waktu

Q: Assalaamu’alaikum wr wb. Saya kemarin ketika naik kereta api jurusan Malang Kertosono menjumpai orang yang tayamum layaknya orang sedang berwudhu untuk melakukan sholat. Akan tapi kata teman saya sebaiknya kalau di dalam kereta api itu sholatnya lihurmatil wakti saja dan saya bingung mohon dijelaskan apa maksud dari sholat lihurmatil wakti dan apa ada konsekuensi lain setelah kita sampai di rumah? Terima kasih.



A: Wa ‘alaikumussalaam wr wb. Perlu kita ketahui bahwa sholat lihurmatil waqti itu berlaku ketika kita sudah masuk waktu sholat dan kita dalam kondisi darurat sehingga kita tidak bisa melakukan sholat dengan sempurna misalnya ketika kita di dalam pesawat terbang, di dalam kereta api. Mungkin karena tidak air untuk berwudhu, begitu juga tidak ada debu untuk tayamum. Maka dalam kondisi seperti ini kita boleh sholat sebisanya dan ini semata-mata karena mulianya waktu sholat (lihurmatil waqti).


Adapun konsekuensinya, kita wajib mengulanginya jika kondisi sudah normal, bisa mendapatkan air atau debu di tempat lain. Intinya, bagi orang yang tidak mendapatkan dua alat bersuci yakni air dan debu, maka kita wajib sholat demi menghormati waktu sebisanya, dan wajib mengulanginya kembali jika mendapatkan salah satu dari keduanya. [Hasyiyah Al-Bajuri, 1/201, Quutul Habib Al-Ghorib/53]


Di antara hikmah dan fungsinya adalah kalau sewaktu-waktu kita meninggal misalnya pesawatnya mengalami kecelakaan dan kita sudah melakukan sholat lihurmatil waqti maka kita sudah lepas dari tanggung sholat.


Jawaban dari KH. Marzuki Musytamar Ketua PWNU Jawa Timur

Tuesday, November 23, 2021

Pembagian Air

Pembagian Air

Berikut adalah tujuh jenis air yang boleh dijadikan sarana bersuci, antara lain:



1. Air hujan;

2. Air laut;

3. Air sungai;

4. Air sumur;

5. Air sumber;

6. Air salju;

7. Dan air embun.


Ketujuh air tersebut dapat disimpulkan dalam sebuah definisi bahwa air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi dalam bentuk sifat apapun yang sesuai dengan aslinya. 


Adapun batasan dikatakan masih sesuai dengan aslinya yakni selama kondisi air masih menetapi sifat sebenarnya, meliputi rasa –seperti tawar atau asin-, warna –seperti putih-, atau aroma –seperti bau yang enak-

Sumber: Hasyiyah Al-Baijuri (I/52)

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-