Apa hukum merayakan Maulid dan berkumpul untuknya?
Merayakan Maulid merupakan wujud ekspresi untuk mengingat berbagai kisah yang diriwayatkan tentang permulaan dan perkembangan sejarah Nabi SAW, perkara-perkara luar biasa yang menunjukkan kenabian beliau, tanda-tanda kebesaran dan mukjizat-mukjizat yang terjadi pada kelahiran beliau. Berkumpulnya manusia dalam rangka itu termasuk perkara baru yang baik. Orang yang melakukannya beroleh pahala. Sebab di dalamnya mengandung pengagungan pada kedudukan Nabi SAW, menyatakan kegembiraan dan sukacita terhadap kelahiran beliau yang mulia, membagikan makanan, dan sisi-sisi bernilai ibadah, serta hal-hal menggembirakan hati.
Al-Qur'an al-Karim mensinyalir kisah kelahiran beliau dan pengagungan perihal beliau dalam surah Ash-Shoff yang dikisahkan melalui Sayyidina Isa bin Maryam AS, dalam firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَبَنِى إِسْرَاءِيلَ إِنِّى رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَالتَّورَىةِ وَمُبَشِّرَا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِن بَعْدِى ٱسْمُهُ، أَحْمَدُ
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, 'Wahai Bani Isroil! Sesungguhnya aku utusan ALLooh kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurot, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rosul yang akan datang setelahku, yang namanya Achmad (Muchammad)'." [QS. Ash-Shoff: 6]