Bid’ah Hasanah di Masa Nabi Muhammad SAW
Bid’ah
hasanah (baik) tidak hanya dilakukan ummat Islam saat ini, tetapi sejak masa
Sahabat saat Rasulullah SAW masih hidup, sudah banyak yang melakukan bid’ah
hasanah. [Dalam hal ini kata bid’ah digunakan dengan makna bahasanya] Di
antaranya adalah ketika Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:
“Wahai
Bilal, kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam Islam, karena
aku elah mendengar kedua sandalmu di surga? Bilal menjawab: “Kebaikan yang saya
harapkan pahalanya adalah saya selalu melakukan sholat sunnah dua roka’at
setiap saya selesai berwudhu’ yang telah saya tentukan waktunya.” [Muttafaq ‘Alaih]
Sahabat
Bilal sudah secara nyata melakukan bid’ah (sholat dua roka’at setelah wudhu)
yang tidak diajarkan dalam Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Tapi beliau tidak
mengatakan: “Kamu melakukan bid’ah karena melakukan sesuatu yang baru”, namun
justru memujinya.
Bahkan
ada tiga sahabat yang melakukan bid’ah berbeda-beda. Diriwayatkan dari
Sayyidina Ali RA bahwa:
“Abu
Bakar melirihkan suaranya ketika membaca Al-Qur’an, sementara Umar mengeraskan
bacaannya, dan Ammar apabila membaca al-Qur’an mencampur surat yang ini dengan
surat yang lain. Lalu hal itu disampaikan kepada Nabi SAW, beliau bertanya
kepada Abu Bakar: “Mengapa engkau membaca lirih?” Abu Bakar menjawab: “Alloh
dapat mendengar suara saya meskipun lirih.” Nabi SAW bertanya kepada Umar:
“Mengapa engkau membaca dengan keras?”Umar menjawab: “Saya mengusir setan dan
menghilangkan kantuk.” Nabi SAW bertanya kepada Ammar: “Mengapa engkau
mencampur dari surat yang ini dengan surat yang lain?” Ammar menjawab: “Apakah
engkau pernah mendengarku mencampur dengan selain al-Qur’an?” Nabi SAW
menjawab: “Tidak” Maka beliau bersabda: “Semuanya baik.”
Bid’ah
Hasanah di Masa Sahabat
Contoh
lain dari bid’ah hasanah yang dilakukan sahabat setelah Rasulullah SAW wafat
adalah pembukuan Al-Qur’an menjadi satu mushaf yang tidak dilakukan di masa
Rasulullah SAW (HR. Imam Bukhori), shalat Tarawih 20 rakaat berjamaah dengan
satu Imam di masjid bahkan Sayyidina Umar bin Khattab RA berkata: “Ini
adalah sebaik-baiknya bid’ah.” [HR. Imam Bukhori], azan Jum’at dua
kali yang diperintahkan Sayyidina Utsman bin Affan RA. [HR. Imam Bukhori] dan
sebagainya. Di antara Sahabat tidak ada yang saling menuduh bid’ah, karena
mereka tahu, bahwa semuanya adalah bid’ah hasanah (baik).
Bid’ah
Hasanah di Masa Tabi’in
Bid’ah
hasanah yang dilakukan setelah generasi Sahabat di antara contohnya adalah
pembukuan hadits-hadits Rasulullah SAW, sebagaimana para Sahabat membukukan
al-Qur’an dalam bentuk mushaf. Padahal Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah
kalian menulis sesuatu dari saya selain Al-Qur’an. Barangsiapa yang menulis
sesuatu dari saya selain al-Qur’an, maka hapuslah.” [HR. Imam Muslim dan Imam
Achmad]
Dalam
hadits ini Rasulullah SAW melarang menulis hadits, apalagi membukukan hadits,
tapi Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Umayyah memerintah Ibn Zuhri (w. 124H)
agar membukukan hadits, dan ternyata tidak ada satupun ulama yang mengatakan
bid’ah yang sesat. (Walaupun demikian, ada riwayat yang menyatakan, Rasulullah
SAW memerintah menulis hadits pada sebagai Sahabat. Musthafa as-Siba’I,
as-Sunnah wa Makanatuha, 63-64)
Bid’ah
Ulama Ahli Hadits
Pertama,
Imam Malik, Imam Dar al-Hijrah, Imam di kota Madinah. Beliau shalat 800 rakaat
setiap hari:
“Abu Mush’ab dan Ahmad bin Ismail berkata: “Malik bin Anas berpuasa
sehari dan berbuka sehari selama 60 tahun dan ia shalat setiap hari 800 rakaat.”
Kedua, Imam Achmad shalat 300 rakaat setiap hari:
“Abdullah bin Achmad berkata: “Bapak saya (Achmad bin Hanbal)
shalat dalam tiap sehari semalam sebanyak 300 rakaat.”
Ketiga, Imam al-Bukhori, Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail, shalat dua rakaat setiap menulis hadits:
“Al-Farbari berkata: “Al-Bukhori berkata kepadaku: “Saya tidak
meletakkan satu hadits pun dalam kitab Shohihku, kecuali saya mandi terlebih
dahulu dan shalat dua rakaat.”
Sedangkan hadits yang tertera di dalam Shohih
al-Bukhori berjumlah 7563 hadits. Maka shalat yang beliau lakukan juga sesuai
jumlah hadits tersebut atau sekitar 15.126 rakaat.