Tuesday, October 5, 2021

Bid'ah di Masa Nabi hingga di Era Ulama

Bid’ah Hasanah di Masa Nabi Muhammad SAW

Bid’ah hasanah (baik) tidak hanya dilakukan ummat Islam saat ini, tetapi sejak masa Sahabat saat Rasulullah SAW masih hidup, sudah banyak yang melakukan bid’ah hasanah. [Dalam hal ini kata bid’ah digunakan dengan makna bahasanya] Di antaranya adalah ketika Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:

 

“Wahai Bilal, kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam Islam, karena aku elah mendengar kedua sandalmu di surga? Bilal menjawab: “Kebaikan yang saya harapkan pahalanya adalah saya selalu melakukan sholat sunnah dua roka’at setiap saya selesai berwudhu’ yang telah saya tentukan waktunya.” [Muttafaq ‘Alaih]



 

Sahabat Bilal sudah secara nyata melakukan bid’ah (sholat dua roka’at setelah wudhu) yang tidak diajarkan dalam Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Tapi beliau tidak mengatakan: “Kamu melakukan bid’ah karena melakukan sesuatu yang baru”, namun justru memujinya.

 

Bahkan ada tiga sahabat yang melakukan bid’ah berbeda-beda. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali RA bahwa:

 

“Abu Bakar melirihkan suaranya ketika membaca Al-Qur’an, sementara Umar mengeraskan bacaannya, dan Ammar apabila membaca al-Qur’an mencampur surat yang ini dengan surat yang lain. Lalu hal itu disampaikan kepada Nabi SAW, beliau bertanya kepada Abu Bakar: “Mengapa engkau membaca lirih?” Abu Bakar menjawab: “Alloh dapat mendengar suara saya meskipun lirih.” Nabi SAW bertanya kepada Umar: “Mengapa engkau membaca dengan keras?”Umar menjawab: “Saya mengusir setan dan menghilangkan kantuk.” Nabi SAW bertanya kepada Ammar: “Mengapa engkau mencampur dari surat yang ini dengan surat yang lain?” Ammar menjawab: “Apakah engkau pernah mendengarku mencampur dengan selain al-Qur’an?” Nabi SAW menjawab: “Tidak” Maka beliau bersabda: “Semuanya baik.”

 

Bid’ah Hasanah di Masa Sahabat

Contoh lain dari bid’ah hasanah yang dilakukan sahabat setelah Rasulullah SAW wafat adalah pembukuan Al-Qur’an menjadi satu mushaf yang tidak dilakukan di masa Rasulullah SAW (HR. Imam Bukhori), shalat Tarawih 20 rakaat berjamaah dengan satu Imam di masjid bahkan Sayyidina Umar bin Khattab RA berkata: “Ini adalah sebaik-baiknya bid’ah.” [HR. Imam Bukhori], azan Jum’at dua kali yang diperintahkan Sayyidina Utsman bin Affan RA. [HR. Imam Bukhori] dan sebagainya. Di antara Sahabat tidak ada yang saling menuduh bid’ah, karena mereka tahu, bahwa semuanya adalah bid’ah hasanah (baik).

 

Bid’ah Hasanah di Masa Tabi’in

Bid’ah hasanah yang dilakukan setelah generasi Sahabat di antara contohnya adalah pembukuan hadits-hadits Rasulullah SAW, sebagaimana para Sahabat membukukan al-Qur’an dalam bentuk mushaf. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

 

“Janganlah kalian menulis sesuatu dari saya selain Al-Qur’an. Barangsiapa yang menulis sesuatu dari saya selain al-Qur’an, maka hapuslah.” [HR. Imam Muslim dan Imam Achmad]

 

Dalam hadits ini Rasulullah SAW melarang menulis hadits, apalagi membukukan hadits, tapi Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Umayyah memerintah Ibn Zuhri (w. 124H) agar membukukan hadits, dan ternyata tidak ada satupun ulama yang mengatakan bid’ah yang sesat. (Walaupun demikian, ada riwayat yang menyatakan, Rasulullah SAW memerintah menulis hadits pada sebagai Sahabat. Musthafa as-Siba’I, as-Sunnah wa Makanatuha, 63-64)

 

Bid’ah Ulama Ahli Hadits

Pertama, Imam Malik, Imam Dar al-Hijrah, Imam di kota Madinah. Beliau shalat 800 rakaat setiap hari:

 

“Abu Mush’ab dan Ahmad bin Ismail berkata: “Malik bin Anas berpuasa sehari dan berbuka sehari selama 60 tahun dan ia shalat setiap hari 800 rakaat.”

 

Kedua, Imam Achmad shalat 300 rakaat setiap hari:

 

“Abdullah bin Achmad berkata: “Bapak saya (Achmad bin Hanbal) shalat dalam tiap sehari semalam sebanyak 300 rakaat.”

 

Ketiga, Imam al-Bukhori, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, shalat dua rakaat setiap menulis hadits:

 

“Al-Farbari berkata: “Al-Bukhori berkata kepadaku: “Saya tidak meletakkan satu hadits pun dalam kitab Shohihku, kecuali saya mandi terlebih dahulu dan shalat dua rakaat.”

 

Sedangkan hadits yang tertera di dalam Shohih al-Bukhori berjumlah 7563 hadits. Maka shalat yang beliau lakukan juga sesuai jumlah hadits tersebut atau sekitar 15.126 rakaat.

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-