Pada Pengajian Ahad Pagi kali ini, Kiai Ashfiya' menghimbau kepada ummat Islam khususnya warga Nahdliyin untuk bersuka cita pada bulan ini. Bagaimana tidak di bulan ini, bulan Rabiul Awal atau yang lebih diakrab didengar di telinga orang jawanya dengan sebutan Bulan Mulud (red: Maulud), manusia yang paling sempurna dilahirkan di dunia ini.
Kiai
asal Kampung Baru, Tanjunganom, Nganjuk tersebut menceritakan kisah Abu Jahal
yang mana Al-Qur’an telah mengabadikan tentang kekejiannya saja bergembira atas
kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga dia memerdekakan budaknya yang bernama
Tsuwaibah. Dan dari kegembiran akan kelahiran Nabi Muhammad SAW itu, menjadi
sebab siksaan Abu Lahab diringankan pada hari Senin di akhirat.
Kiai
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum ini juga mengajarkan kepada jama’ah cara
pengimplementasian rasa gembira atas lahirnya dengan dua cara. Yakni, pertama
dengan banyak membaca sholawat, khususnya di bulan Maulid ini. Tetapi beliau
juga menyarankan kepada agar tidak membaca sholawat tidak hanya di bulan Maulid
saja. Sebaiknya dilaksanakan setiap saat khususnya selepas sholat maktubah
(red: sholat fardhu).
Tentunya
Beliau juga memaparkan hadits atau dalil yang menganjurkan untuk memperbanyak
bacaan sholawat. Di antaranya dalil-dalil berikut yang artinya:
“Barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka
ia akan banyak menyebutnya.”
“Barangsiapa
yang bersholawat kepadaku 1000 kali, maka tak akan meninggal dunia sehingga
diberikan kabar gembira masuk surga.”
“Barangsiapa
yang bersholawat seratus kali dalam sehari, maka Alloh menunaikan seratus
hajatnya. 70 untuk hajat akhiratnya dan 30 untuk hajat dunianya.”
“Barangsiapa
yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka
dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.”
Beliau
juga menceritakan bahwa pada saat mondok pernah diijazahi oleh Mbah Yai Mahrus
Aly Lirboyo, untuk melanggengkan membaca Sholawat Jibril 100 kali setiap hari
selepas sholat fardhu. Adapun bacaan Sholawat Jibril sebagaimana berikut:
صَلَّى اللهُ
عَلَى مُحَمَّد
Shalallaahu
‘ala Muhammad
Lalu
beliau menjelaskan cara kedua dalam rangka mewujudkan rasa cinta kepada Nabi
Muhammad SAW iala dengan menghidupkan sunnah-sunnah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Karena
dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia
telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya
di surga.” Beliau juga menghimbau untuk tidak meninggalkan sunnah yang
ringan, karena kebanyakan orang sering meremehkannya. Semisal sunnah masuk masjid
dengan kaki kanan terlebih dahulu, masuk ke WC dengan kaki terdahulu. Terkadang
kita berambisi mengerjakan sunnah yang berat tapi lupa dengan sunnah yang
ringan itu, padahal bisa hal yang diremehkan itu bisa jadi lantaran untuk masuk
surga. Tapi yang ringan itupun sebaiknya dilakukan dengan ajeg (red:
istiqomah).
Diakhir
Pengajian yang diselenggarakan tiap hari Ahad di Masjid Agung Baitul Hakim ini,
beliau membacakan satu maqolah dari kitab Nashoihul Ibad yang mana di dalamnya
memuat hadits dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang artinya:
“Akan
datang suatu masa pada ummatku yang mana pada masa itu mereka mencintai lima
perkara dengan melupakan lima perkara yang lain, yaitu
1.
Mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat;
2.
Mereka mencintai rumah megah dengan melupakan kubur;
3.
Mereka mencintai harta dengan melupakan hisab (pertanggung
jawabannya);
4.
Mereka mencintai keluarga dengan melupakan bidadari;
5.
Mereka mencintai dirinya sendiri dengan melupakan Alloh.
Mereka
yang seperti itu jauh dariku dan aku pun jauh dari mereka.”
Wallohu
a’lam bishshowab
Penulis:
Haris Saputro
Gambar:
M. Aziz EKa