Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Sunday, November 28, 2021

AKHLAK RASULULLAH KETIKA BERBICARA

AKHLAK RASULULLAH KETIKA BERBICARA

Rasulullah SAW adalah orang yang paling fasih bicaranya dan yang paling manis tutur kata-katanya. Suaranya sangat jelas dan bagus nadanya. Beliau berbicara dengan perkataan yang ringkas dan lembut. Apabila berbicara, tidak berlebih-lebihan. Tutur katanya laksana untaian mutiara.



 

Rasulullah SAW tidak berpanjang lebar ketika berbicara. Tutur katanya ringkas, namun padat. Kata-katanya tidak berlebihan dan tidak terlalu singkat, seolah-olah sebagian kata-katanya mengiringi sebagian kata-katanya yang lain. Di antara perkataannya, diselingi dengan pemberhentian sejenak, agar dapat dihafal dan dimengerti oleh para pendengarnya.

 

Rasulullah SAW lebih banyak diam. Beliau tidak berbicara melainkan untuk suatu keperluan. Beliau tidak berbicara dalam keadaan senang atau marah, kecuali dengan perkataan yang benar.

 

Rasulullah SAW berpaling dari orang yang membicarakan sesuatu hal yang tidak baik. Beliau berbicara dengan menggunakan bahasa sindiran bila terpaksa harus berbicara pada hal-hal yang tidak disukainya. Apabila beliau diam, teman-teman duduknya yang berbicara. Tidak ada yang berebut pembicaraan di sisinya. Beliau menyampaikan nasehat dengan sungguh-sungguh.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak tersenyum. Wajahnya senantiasa dihiasi dengan senyuman selama tidak sedang diturunkan Al-Qur’an kepadanya, atau tidak sedang menyebut dari hari kiamat atau selama berkhutbah yang berisi pengajaran.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling abik ketika dalam keadaan senang dan bergembira. Namun ketika memberikan nasehat, maka beliau menyampaikannya dengan sungguh-sungguh. Beliau tidak pernah marah kecuali karena menegakkan ajaran Allah. Pada saat seperti itu, tak seorang pun berani menghalanginya.

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG PALING BERANI

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG PALING BERANI

Rasulullah SAW adalah orang yang paling berani. Beliau berjalan seorang diri di antara musuh-musuhnya, tanpa seorang pengawal. Beliau tidak pernah gentar kepada orang kayak arena kekayaannya. Beliau menyeru mereka kepada Allah dengan seruan yang sama.



 

Rasulullah SAW senantiasa memuliakan para sahabatnya. Apabila bertemu dengan salah seorang sahabatnya, beliau mendahului mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Beliau tidak akan melepas tangannya sebelum sahabatnya itu terlebih dahulu melepaskannya.

 

Rasulullah SAW senantiasa peduli dengan keperluan orang lain. Tidak ada seorang pun yang menunggu di tempatnya mengerjakan shalat, melainkan beliau mempercepat shalatnya kemudian menemui orang itu dan bertanya, “Apakah engkau mempunyai suatu keperluan?” Apabila telah selesai keperluannya, beliau kembali meneruskan shalatnya.

 

Rasulullah memuliakan orang yang mendatanginya. Kadangkala beliau membentangkan kainnya untuk orang yang sama sekali tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. Orang tersebut beliau persilahkan untuk di atas kainnya itu dan memberikan bantal yang didudukinya. Apabila orang itu menolak, maka beliau bersikeras sehingga orang itu mau menerimanya.

 

Rasulullah SAW tidak memilih-milih tempat untuk duduk. Tidak ada bedanya antara tempat duduk beliau dengan tempat duduk para sahabatnya. Tidak pernah sekalipun menyelonjorkan kedua kakinya di antara para sahabatnya, kecuali jika terdapat tempat yang luas.

 

Rasulullah SAW memanggil para sahabatnya dengan nama kun’yah (julukan yang didahului kata Bapak/Ibu) mereka untuk menghormati dan menarik hati mereka. Beliau memberikan nama kun’yah kepada orang yang belum memilikinya, kemudian memanggil orang itu dengan nama kun’yah tersebut.

 

Beliau juga memanggil nama kun’yah kepada para perempuan yang sudah mempunyai anak dan yang masih belum mempunyai anak. Beliau juga memberikan nama kun’yah kepada anak-anak, maka hati mereka menjadi lembut.

 

Rasulullah adalah orang yang paling pengasih, paling baik untuk orang lain dan yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Wednesday, November 24, 2021

MANUSIA BUTUH ULAMA'

MANUSIA BUTUH ULAMA'

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


الحمدلله الحسيب الجليل. الشهيد الحق الوكيل. شهادة عبد تفكر بالنهار والليل اشهد ان لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى خلق العلماء بالعلم والفضآئل. وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله القائل: علمآء أمتى كانبيآء بنى اسرائيل، الذين يقيمون حق الله وحق عباده بالاقتصاد والعدل. 


اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم باعتقادهم الكامل.


اما بعد: فيا عباد الله. اوصيكم واياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah.

Melalui mimbar Jum'at ini saya mengajak kepada hadirin dan khususnya kepada saya sendiri, marilah senantiasa kita bertaqwa kepada Allah SWT. Artinya, apa yang menjadi perintah Allah, kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, apa yang dilarang-Nya kita cegah dan kita tinggalkan sejauh-jauhnya, agar hidup kita ini selalu mendapatkan petunjuk dan ridho-Nya. 


Jama'ah Jum'at rahimakumullah

Orang muslim bisa tahu dan mengerti akan sesuatu hukum, lebih-lebih syarak yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, semuanya berkat kehadiran ulama di sampingnya. Berangkat dari sini, muncul suatu pertanyaan: Siapa sebenarnya ulama? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita buka kembali firman Allah SWT dalam surah Faathir ayat 28:

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ

“Sesungguhnya yang takut kepada ALLooh di antara hamba-hamba-NYA, hanyalah ulama.”



Jadi, ulama adalah satu di antara hamba-hamba Allah yang memiliki rasa takut terhadap-Nya. Pada  diri ulama tempat mengadu ummat dari berbagai permasalahan dunia dan agama. Karena ulamalah ummat bisa menjadi tahu dan mengerti akan sesuatu. Maka apabila kita tidak tahu dan mengerti akan problema keagamaan, wajib bagi kita untuk bertanya. Firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 43 disebutkan:

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengerti.”


Ayat tersebut mengandung pengertian, bahwa setiap manusia yang merasa dirinya tidak tahu atau belum mengerti akan sesuatu hukum lebih-lebih hukum syarak, maka wajib baginya untuk bertanya kepada seseorang yang mengerti, yaitu ulama. Mengapa harus kepada ulama kita mengadu dari segala permasalahan keagamaan? Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya contoh ulama di muka bumi itu, bagaikan bintang yang ada di langit yang diambil petunjuknya di dalam kegelapan daratan dan lautan.” [HR. Imam Jaury]


Hadits di atas memberi penjelasan kepada kita bahwa ulama adalah penerang ummat, karena ulama itu adalah sinar petunjuk dari kegelapan dan kebodohan dari suatu hukum agama. Ia sebagai sinar keilmuan. Untuk itu, kepadanyalah kita bertanya segala masalah yang kita sendiri tidak tahu.


Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. 

Yang dimaksud ulama di sini adalah ulama ahli ijtihad, bukan semua ulama. Seperti Imam Syafii, Imam Achmad bin Hambal dan lain-lain. Sebab Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal adalah dua imam dari Imam Mahdzab yang di dalam menetapkan hukum menggali langsung dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, tidak atas pemikirannya sendiri.




Apabila kita semua langsung mengambil hukum dari Al-Qur’an dan hadits, kemungkinan besar banyak salahnya daripada benarnya. Sebab kita semua masih buta akan ilmu-ilmu yang bisa digunakan untuk menggali hukum, seperti ilmu mustholahul hadits, ushul fiqh, dan lain sebagainya. Sebab Rasulullah SAW telah mengingatkan kita dengan sabdanya:

“Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendapatnya sendiri, maka nerakalah tempat yang baik baginya.”


Jadi, apabila kita menemukan persoalan tentang sesuatu hukum, kita jangan lantas berusaha menjawab sebisa-bisanya dengan mengambil dan menggali hukum sendiri. Sementara ilmu yang kita miliki belum memungkinkan untuk istimbatul hukmi (menggali hukum) sendiri, dengan menggunakan metode atau cara tersendiri. Memang akhir-akhir ini muncul suatu anggapan bahwa keputusan hukum dan metode ushul yang dibuat oleh ulama mahdzab, sudah tidak efisien lagi. Akan tetapi kita jangan lantas ikut-ikutan, terus mempercayainya tanpa melihat dan mempertimbangkan lagi apakah anggapan seperti itu benar.


Untuk itu, dalam kesempatan ini saya mengajak kepada para jamaah untuk kembali merujuk kepada para ulama. Selama masih ada kesempatan, usahakan untuk bisa dekat dengan para ulama. Sebab lambat laun ulama tidak semakin banyak, akan tetapi makin menurun, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini bisa kita lihat dan saksikan sendiri bahwa sekarang ulama yang mempunyai ilmu dan kharismatik tinggi sudah banyak yang dipanggil Allah.


Hadirin,  Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah. 

Kalau ulama sudah banyak yang dipanggil Allah SWT, maka itu merupakan suatu pertanda bahwa ilmu agama sudah mulai berkurang dari muka bumi, sebab Allah tidak akan mencabut ilmu yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya, kecuali dengan wafatnya para ulama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Dari Sayyidina Abdullah  bin Amr bin Ash berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu yang telah diberikan kepada hamba-Nya, kecuali dengan wafatnya para ulama, sehingga ketika tidak ulama orang bodoh-bodoh menjadi kepala (kyai), maka ketika mereka ditanya tentang masalah lalu menjawab tanpa dasar ilmu, maka tersesatlah dan menyesatkan.”


Hadits tersebut, mengandung pengertian bahwa ilmu yang ada di muka bumi ini suatu saat akan dicabut oleh Allah dengan melalui wafatnya para ulama. Kalau semua ulama sudah tidak ada, maka muncul yang dinamakan ulama gadungan. Kalau hal ini sampai terjadi, maka masyarakat sudah kehilangan kendali, di mana yang dulunya ulama sebagai penampung permasalahan ummat, kini berubah haluan menjadi ulama permasalahan rakyat. Jelasnya, ulama sudah beralih fungsi.


Agar hal semacam ini tidak sampai terjadi, dalam kesempatan ini saya menghimbau kembali kepada para jamaah untuk selalu dekat kepada para ulama dan menitipkan anak-anak kita ke pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, yang di dalamnya tempat lahir dan berkembangnya para ulama. Hingga pada akhirnya nanti ulama yang telah gugur mendahului kita akan bangkit kembali (maksudnya keilmuan yang dia miliki), dengan munculnya ulama-ulama muda yang siap pakai di tengah masyarakat, negara dan bangsa, sebagai penerus perjuangan para nabi dan sebagai pelita. Sabda Rasulullah SAW:

“Para ulama itu adalah lampu di atas bumi, menjadi ganti para Nabi, sebagai pewarisku, pewaris para Nabi.” [HR. Imam Ibnu ‘Aadiy]


Hadits di atas memberi penjelasan pada kita, bahwa ulama adalah pelita dunia, dan sekaligus pewaris tali estafet perjuangan nabi. Kalau kita tidak mendekat kepadanya tentu kita tidak akan mendapat sinar penerangan dan kemungkinan pada hari kiamat nanti kita tidak mendapatkan syafaat dari ulama. Sebab ulama adalah satu di antara orang yang dapat memberi syafaat pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Maajah:

“Ada tiga golongan akan memberi syafaat besok hari kiamat, yaitu: para Nabi, para ulama dan para syuhada.”


Hadirin, Jama'ah Jum'at rahimakumullah

Begitulah peran dan fungsi ulama, tidak saja berfungsi saat mereka di dunia, tapi bahkan juga berperan kelak di akhirat. Untuk itu, semoga kita semua selalu berpijak di atas kebenaran yang telah diperjuangkan oleh para nabi dan rosul yang kemudian diteruskan oleh para ulama. Dan semoga kita selalu didekatkan kepada para ulama. Sebab dengan dekat kepada ulama, maka iman dan taqwa kita akan bertambah. Aamiin.



اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. ومن الناس والدوآب ولانعام مختلف الوانه كذلك انما يخشى الله من عباده العلموء ان الله عزيز غفور. 


بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. 


اقول قولى هذا واستغفروا الله العظيم لي ولكم ولسآئر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات. فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم.

Maksud Sholat Untuk Menghormat Waktu

Maksud Sholat Untuk Menghormat Waktu

Q: Assalaamu’alaikum wr wb. Saya kemarin ketika naik kereta api jurusan Malang Kertosono menjumpai orang yang tayamum layaknya orang sedang berwudhu untuk melakukan sholat. Akan tapi kata teman saya sebaiknya kalau di dalam kereta api itu sholatnya lihurmatil wakti saja dan saya bingung mohon dijelaskan apa maksud dari sholat lihurmatil wakti dan apa ada konsekuensi lain setelah kita sampai di rumah? Terima kasih.



A: Wa ‘alaikumussalaam wr wb. Perlu kita ketahui bahwa sholat lihurmatil waqti itu berlaku ketika kita sudah masuk waktu sholat dan kita dalam kondisi darurat sehingga kita tidak bisa melakukan sholat dengan sempurna misalnya ketika kita di dalam pesawat terbang, di dalam kereta api. Mungkin karena tidak air untuk berwudhu, begitu juga tidak ada debu untuk tayamum. Maka dalam kondisi seperti ini kita boleh sholat sebisanya dan ini semata-mata karena mulianya waktu sholat (lihurmatil waqti).


Adapun konsekuensinya, kita wajib mengulanginya jika kondisi sudah normal, bisa mendapatkan air atau debu di tempat lain. Intinya, bagi orang yang tidak mendapatkan dua alat bersuci yakni air dan debu, maka kita wajib sholat demi menghormati waktu sebisanya, dan wajib mengulanginya kembali jika mendapatkan salah satu dari keduanya. [Hasyiyah Al-Bajuri, 1/201, Quutul Habib Al-Ghorib/53]


Di antara hikmah dan fungsinya adalah kalau sewaktu-waktu kita meninggal misalnya pesawatnya mengalami kecelakaan dan kita sudah melakukan sholat lihurmatil waqti maka kita sudah lepas dari tanggung sholat.


Jawaban dari KH. Marzuki Musytamar Ketua PWNU Jawa Timur

Tuesday, November 23, 2021

Pembagian Air

Pembagian Air

Berikut adalah tujuh jenis air yang boleh dijadikan sarana bersuci, antara lain:



1. Air hujan;

2. Air laut;

3. Air sungai;

4. Air sumur;

5. Air sumber;

6. Air salju;

7. Dan air embun.


Ketujuh air tersebut dapat disimpulkan dalam sebuah definisi bahwa air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi dalam bentuk sifat apapun yang sesuai dengan aslinya. 


Adapun batasan dikatakan masih sesuai dengan aslinya yakni selama kondisi air masih menetapi sifat sebenarnya, meliputi rasa –seperti tawar atau asin-, warna –seperti putih-, atau aroma –seperti bau yang enak-

Sumber: Hasyiyah Al-Baijuri (I/52)

Naskah Resolusi Jihad

Naskah Resolusi Jihad

Naskah Resolusi jihad merupakan bentuk seruan dari para ulama yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari untuk jihad melawan penjajah. Naskah resolusi jihad ada 2 macam, pertama berisi tentang permohonan kepada pemerintah Republik Indonesia, agar menentukan sikap dan tindakan yang nyata terhadap usaha-usaha yang membahayakan kemerdekaan, agama dan Negara Indonesia serta melanjutkan perjuangan “sabilillah” untuk tegaknya NKRI dan agama Islam, kedua berisi tentang hukum fardhu ‘ain menolak dan melawan penjajah.

 Naskah Resolusi Jihad



Yang melatar belakangi munculnya resolusi jihad antara lain para ulama merasa prihatin dengan terancamnya Republik Indonesia. Sehingga para ulama yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari menyerukan jihad melawan tentara sekutu. Seruan ini dikenal dengan nama Resolusi Jihad.


Resolusi Jihad I

Resoloesi N.U. Tentang Djihad fi Sabililah

Bismilillahirrochmanir Rochim


Resoloesi:

Rapat Besar Wakil-wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seluruh Djawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaja.


Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap Daerah di seluruh Djawa-Madura ternyata betapa besarnya Ummat Islam dan Alim Oelama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.


Menimbang:

a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum agama Islam, termasuk sebagai kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam.

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dan Ummat Islam.


Mengingat:

a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Djepang yang datang dan berada di sini telah banyak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggu ketentraman umum.

b. Bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan Negara Republik dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka di beberapa tempat telah terdjadi pertempuran jang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.

c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan oleh Ummat Islam jang merasa wajib menurut agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kedjadian-kedjadian itu perlu mendapat perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesuai dengan kedjadian-kedjadian tersebut.

Memutuskan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatu sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap usaha-usaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dan kaki-tangannya.

2. Supaja memerintahkan melandjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Surabaja, 22-10-1945

HB. NAHDLATOEL OELAMA

Monday, November 22, 2021

NU Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

NU Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Semenjak kedatangan Belanda yang bertujuan menguasai Indonesia, ulama dan pemimpin Islam selalu berada di garda depan menentang dan melakukan perlawanan. Seperti halnya perlawanan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro di Jawa, perlawanan Sultan Hasanuddin di Sulawesi, perlawanan Teuku Umar di Sumatera Utara, perlawanan oleh Pangeran Hidayat di Banjarmasin, dan perlawanan yang dipelopori oleh para ulama di daerah-daerah lain.

Para ulama sadar, perlawanan terhadap Belanda tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal jika hanya dilakukan dengan perlawanan secara fisik, sebab peralatan perang kalah canggih dan sering Belanda berhasil memecah-belah kekuatan pejuang dengan cara licik, maka ulama berusaha menjalankan taktik baru, yakni dengan memusatkan terhadap pendidikan kader pejuang tangguh dan teguh pendirian supaya tidak mau diajak kerjasama oleh Belanda. Selain itu, ulama pemimpin perjuangan menyadari, bahwa metode perlawanan kepada penjajah dari perang fisik dan tidak terorganisir harus diubah dengan gerakan perlawanan melalui saluran organisasi yang teratur. Dari perubahan metode perjuangan yang dimotori ulama ini, muncul organisasi-organisasi perjuangan seperti Budi Utomo, Syarikat Islam, dan lain-lain.


Sebelum NU lahir, KH. Abdul Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Manshur merintis organisasi pendidikan bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1914 M. pada tahun 1918 M, KH. Abdul Wahab Hasbullah bersama dengan KH. Ahmad Dahlan dari Kebondalem Surabaya mendirikan Tasywirul Afkar (potret pemikiran). Adapun Nahdlatul Wathan lebih banyak bergerak di bidang pendidikan Islam, pembentukan kader dan pembinaan mubaligh atau juru dakwah dalam rangka menumbuhkan jiwa nasionalisme sebagai upaya untuk memperkuat perjuangan melawan penjajah. Kegiatan organisasi ini berpusat di gedung yang beralamat di Kawatan Gg. IV Surabaya. Sedangkan Tasywirul Afkar (Ekspresi Pemikiran) yang lebih banyak mengadakan diskusi-diskusi keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Khususnya isu-isu seputar jihad dan taqlid yang menjadi persoalan perbedaan antara kelompok pesantren dan modernis. Anggota kelompok ini terdiri dari ulama muda. Bertempatdi Ampel Suci (wilayah Masjid Ampel Surabaya).


Selanjutnya, dalam pimpinan Nahdlatul Wathan terdapat perbedaan terkait paham keagamaan, yakni KH. Abdul Wahab Hasbullah memilih dan membela sistem bermadzhab, sedangkan Mas Manshur memilih jalur Islam modernis yang anti madzhab. Akhirnya, Mas Manshur memilih berpisah dari KH. Abdul Wahab Hasbullah dan masuk ke Muhammadiyah, lalu KH. Abdul Wahab Hasbullah menunjuk KH. Mas Alwi Abdul Aziz menjadi kepala sekolah Nahdlatul Wathan sebagai pengganti Mas Manshur.


Pasca keluarnya Mas Manshur, Kiai Wahab mengembangkan Nahdlatul Wathan ke berbagai daerah. Bersama Kiai Mas Alw, Kiai Wahab membentuk cabang-cabang baru Nahdlatul Wathan, antara lain: Akhul Wathan di Semarang, Far’ul Wathan di Gresik, Hidayatul Wathan di Jombang, Far’ul Wathan di Malang, Ahlul Wathan di Wonokromo, Khitabatul Wathan di Pacarkeling dan Hidayatul Wathan di Jagalan. Semua nama cabang mencantumkan nama Wathan. Hal ini menunjukkan bahwa madrasah memiliki misi tertentu yakni membangun semangat cinta tanah air.


Aktifitas KH. Abdul Wahab Hasbullah di ats menunjukkan semangat kebangsaan yang nantinya terwujud dalam pembentukan Nahdlatul Ulama. Keterlibatan Kiai Wahab di berbagai organisasi, di antaranyan Syarikat Islam (SI), Nahdlatul Wathan, Tasywirul Afkar dan selainnya, ini tidak lepas kerangkan tujuan utama membangun semangat kebangsaan. 


Hal di atas ditegaskan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah saat menjawab pertanyaan KH. Abdul Halim setelah undangan pertemuan ulama untuk membicarakan delegasi Komite Hijaz diedarkan. KH. Abdul Halim menanyakan kepada KH. Abdul Wahab Hasbullah mengenai rencana pembentuk organisasi ulama ini: “Apakah rencana pembentuk organisasi ulama itu mengandung tujuan untuk menuntut kemerdekaan?” Kiai Wahab menjawab: “Tentu, itu syarat nomor satu, ummat Islam menuju ke jalan itu. Ummat Islam tidak leluasa sebelum negara kita merdeka.” Lalu Kiai Abdul Halim melanjutkan pertanyaan: “Apakah usaha macam begini ini bisa menuntut kemerdekaan?” “Ini bisa menghancurkan bangunan perang. Kita jangan putus asa. Kita harus yakin tercapai negeri merdeka”, tegas Kiai Wahab.


Walhasil, kelahiran NU selain karena faktor mempertahankan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, juga dilatarbelakangi semangat kebangsaan para ulama untuk merebut kemerdekaan bangsa dari penindasan penjajah.

Sunday, November 21, 2021

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG SANGAT PERHATIAN

RASULULLAH SAW ADALAH ORANG YANG SANGAT PERHATIAN

Rasulullah SAW adalah orang yang paling menghindari kedzaliman. Beliau pernah mendapati salah seorang sahabat pilihannya terbunuh di tengah-tengah orang-orang Yahudi. Namun hal itu tidak membuatnya berlaku dzalim terhadap mereka. Beliau justru memberikan ganti rugi kepada keluarga korban dengan seratus ekor unta.



 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling merasa cukup dan menerima apa yang ada (qonaah). Beliau pernah mengakibatkan batu pada perutnya, karena menahan lapar. Beliau memakan apa yang ada, tidak menolak makanan yang didapatkan, dan tidak menolak makanan yang halal. Beliau tidak pernah makan sampai kenyang dengan roti gandum selama tiga hari berturut-turut karena lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat perhatian terhadap keadaan ummatnya. Beliau menjenguk orang sakit sampai ke pelosok terjauh kota Madinah. Beliau mendatangi undangan pernikahan dan mengantarkan jenazah ke kubur.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat tawadhu’, yang paling tenang tanpa kesombongan, yang paling fasih berbicara tanpa memboroskan perkataan dan yang paling berseri-seri wajahnya. Tidak ada orang mereka, budak laki-laki atau budak perempuan yang datang kepadanya, melainkan beliau berdiri bersamanya guna memenuhi keperluannya.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling suka bergaul dengan orang-orang miskin. Beliau duduk bersama dengan orang-orang fakir dan makan bersama dengan orang-orang miskin. Beliau tidak merendahkan orang miskin karena kemiskinan dan kemelaratannya.

 

Beliau memuliakan orang yang memiliki keutamaan akhlak. Beliau menyambung tali persaudaraan dengan tidak mengutamakan orang-orang yang terpandang di antara mereka. Rasulullah SAW menerima permohonan maaf dari orang-orang yang minta maaf kepadanya. Beliau tertawa tanpa terbahak-bahak. Beliau pernah melihat permainan yang mubah, namun tidak melarangnya.

 

Rasulullah SAW memiliki unta dan kambing, dari kedua binatang itu, beliau minum air susu bersama istri-istrinya. Beliau memiliki budak laki-laki dan budak perempuan, namun tidak melebihi mereka dalam makanan dan pakaian. Rasulullah SAW tidak pernah menyia-nyiakan waktu, melainkan diisi dengan perbuatan yang semata-mata karena Allah atau untuk sesuatu hal yang dilakukan bagi kebaikan dirinya. Beliau tidak berdiri dan tidak duduk melainkan senantiasa berdzikir kepada Allah.

SANJUNGAN AKHLAK RASULULLAH SAW

SANJUNGAN AKHLAK RASULULLAH SAW

Rasulullah SAW adalah orang yang paling utama dalam kesabaran, keberanian dan keadilan. Rasulullah SAW adalah orang yang paling menjaga kesucian. Beliau tidak pernah menyentuh tangan seorang perempuan yang bukan muhrimnya.



 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Jika memiliki kelebihan (dinar, dirham atau memakan) dan tidak menemukan orang yang akan diberinya, maka beliau tidak memasuki rumahnya sebelum kelebihannya itu diberikan kepada orang lain yang membutuhkannya.

 

Rasulullah SAW seorang suami yang paling pengertian dan sangat membantu pekerjaan rumah tangga istri-istrinya. Beliau menambal sandal, menjahit pakaian, dan memotong daging bersama dengan istri-istrinya. Rasulullah SAW adalah orang yang sangat pemalu. Beliau tidak pernah lama menatap wajah seseorang.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat perhatian terhadap orang yang mengundangnya tanpa membedakan kedudukan dan status sosialnya. Beliau memenuhi undangan seorang hamba sahaya, orang miskin. Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menghargai pemberian dari orang lain. Beliau menerima hadiah yang diberikan kepadanya meskipun hadiah itu berupa seteguk susu atau sepotong paha kelinci. Beliau membalas hadiah itu dengan memakannya, namun beliau tidak mau memakan sedekah.

 

Rasulullah SAW adalah orang yang paling bijaksana dan lurus dalam melaksanakan kebenaran. Beliau marah jika ajaran-ajaran Allah dilanggar, beliau tidak marah untuk kepentingan diri sendiri. Beliau melaksanakan kebenaran meskipun kerugiannya kembali pada dirinya atau kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW adalah orang yang teguh pada pendirian dan keyakinan agama.


Thursday, November 18, 2021

Pentingnya Kaderisasi dan Regenerasi

Pentingnya Kaderisasi dan Regenerasi

الحمدلله، الحمدلله الذي نحمده وتستعين ونستهديه ونستغفره ونعوذ به من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، و أشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الأمي وعلى أله وصحبه أجمعين. أما بعد. 


إخواني في الله ويا أيها الحاضرون، اتقوا الله... اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Regenerasi dan kaderisasi sangat penting dalam Islam. Sebab, suatu saat kita pasti akan berpulang menghadap Allah SWT. Kalau kita mati, apakah anak cucu kita masih Islam? Apakah mereka masih shalat? Bagi kiai yang mempunyai pesantren dan mempunyai lembaga pendidikan dakwah untuk berjuang (jihad fi sabilillah), setelah kita mati, apakah pendidikan yang telah diperjuangkan bisa lanjut atau tidak, madrasah dan TPQ sebagai sarana dakwah bisa lanjut atau tidak? Begitu juga bagi orang yang menjadi takmir. Setelah kita mati, apakah masjid yang telah diperjuangkan mati atau tidak? Apakah anak cucu kita sanggup melanjutkan dan mengurusi masjid atau tidak? 


Sebagai ikhtiar yang menjamin keberlangsungan dakwah agama Islam, kita harus mempersiapkan anak-anak dan murid-murid kita supaya bisa melanjutkan dahwah serta perjuangan ini. Oleh karena itu, kaum muslimin Rahimakumullah, regenerasi dan kaderisasi sangat penting kita lakukan.

 

Allah SWT menyarakan kepada kita supaya senantiasa mempersiapkan keturunan yang kuat-kuat. Maksudnya, kuat secara iman, fisik, ekonomi, dan ilmu dalam perjuangannya. Allah memerintahkan kita untuk tidak mati dengan meninggalkan anak cucu yang lemah-lemah. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 9:

 وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) anak-anak itu. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

 

Rasulullah SAW mengapresiasi kader-kader yang kuat fisik, mental, ekonomi, dan imannya sebagai bekal untuk memperjuangkan agama Allah SWT. Sebab, tanpa kekuatan, kita kesulitan dalam melakukannya. Dalam kitab Bulughul Maram hal. 342, no. 8 Rasulullah SAW bersabda:

 المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف.

“Orang mukmin yang kuat jauh lebih dicintai oleh Allah SWT daripada orang mukmin yang lemah.”

 

Orang mukmin sama-sama baiknya, namun mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah SWT.

 

Kaum muslimin rahimakumullah….

Ikhtiar untuk melahirkan generasi yang kuat dan mampu melanjutkan perjuangan Islam dapat kita upayakan dengan beberapa cara.

 

Pertama, tentunya melalui pernikahan secara syar’i. Jangan sampai ada di antara kita yang mempunyai keturunan, anak dan cucu, tanpa lewat pernikahan. Karena berdasarkan penelitian dan survey, anak manusia yang lahir lewat perzinaan rata-rata sulit disalehkan. Mereka sulit dididik lantaran proses awal kelahirannya sudah tidak benar. Oleh karena itu, kalau anak cucu kita ingin menjadi manusia yang baik dan kuat imannya serta saleh amal perbuatannya, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melalui pernikahan yang diridahi Allah SWT.

 

Kedua, Rasulullah SAW mengutamakan sisi keagamaan seorang hamba, terutama dalam akhlak dan kesalehannya. Kategori inilah yang seharusnya diutamakan dalam menentukan pilihan calon suami maupun istri. Sebagai orang tua, jika ada orang sekaya dan sehebat apa pun yang melamar anak kita, jangan diterima kecuali agamanya benar-benar baik, khususnya mampu menjaga shalatnya. Sebaliknya, jika anak kita dilamar orang yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu kaya, tapi dia alim dan imannya luar biasa, itulah yang layak dipilih untuk menjadi calon menantu kita dan akan melahirkan kader-kader yang melanjutkan perjuangan ini.

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Nabi mengingatkan, “Jangan sampai kita menolak pinangan orang yang agamanya baik dan akhlaknya juga baik.”

 إذا خطب إليكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه، إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد كبير.

“Jika ada anak laki-laki datang kepadamu, meminang putrimu, sekiranya anak laki-laki itu agamanya bagus, akhlaknya bagus, terima saja. Nikahkan dengan putrimu, jika tidak justru kamu matre dan memilih calon lain yang lebih kaya, tapi tidak shalat, maka akan terjadi kerusakan di muka bumi ini.”

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Terakhir, yaitu luqmatul halal. Sebagai upaya supaya anak cucu kita baik-baik dan sebagai modal bekal perjuangan agar mereka kuat imannya, maka bekerja yang baik, mencari rezeki dengan cara yang halal merupakan cara yang penting untuk menjaga iman anak dan cucu kita. Jangan memakan makanan yang tidak halal, jangan minum minuman yang tidak halal.

 

Dengan demikian, kalau anak istri kita senantiasa diberi makanan yang halal dan berkah, insyaAllah kelak mereka akan menjadi hamba yang kuat imannya, kuat Islamnya, dan manfaat serta berkah ilmunya.

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Inilah tanggung jawab kita sebelum kita mati: pastikan anak cucu kita shalat, mengaji, dan mau mengurusi masjid. Kalau itu bisa kita lakukan, maka berbahagialah. Kita mati, agama tidak ikuti mati, madrasah dan dakwah tidak ikut mati, dan pesantren tetap berlangsung. Dengan begitu, kita sudah memperjuangkan ihya’ ulumiddin, yakni menghidupkan agama Allah SWT.

   وَالْعَصْرِۙ - ١    اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ - ٢  اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ - ٣

Monday, November 15, 2021

Benci Mengistimewakan Diri

Benci Mengistimewakan Diri

Keistimewaan orang istimewa terletak pada kekuatannya untuk tidak terlena dan terpengaruh oleh keistimewaannya itu.

(…)

Ketika berada dalam suatu perjalanan, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menyembelih seekor kambing.

“Aku yang akan menyembelihnya,” kata seorang sahabat.

“Aku yang akan mengulitinya,” ujar yang lain.

“Aku yang akan memasaknya,” sahabat yang ketiga tak mau ketinggalan.

Rasulullah SAW bersabda,”Aku yang mengumpulkan kayunya.”

“Kami akan menanggung tugas Anda, ya Rasulullah,” kata sahabat-sahabat yang lain.

“Aku tahu itu, tetapi aku tidak suka mengistimewakan diri. Karena Allah membenci kepada hambanya yang suka mengistimewakan diri dari kawan-kawannya,” jawab Rasul.

 

Lalu Rasulullah SAW bangkit dan pergi mengumpulkan kayu-kayu bakar.

(…)

Jika engkau ingin memimpin, belajarlah untuk melayani.

 

Kita semua adalah pemimpin dalam menjalani kehidupan ini. Ada yang menjadi pemimpin masyarakat, pemimpin ummat, pemimpin keluarga, atau minimal sebagai pemimpin bagi diri sendiri. Sudahkah kita meneladani sikap Rasulullah di atas? Atau kita justru terbawa ego pribadi untuk memerintah dan memaksakan keinginan kita kepada orang yang sebawah kita?

 

Lebih mudah untuk menunjuk dengan jari daripada menawarkan tangan untuk membantu.

 

Kita bukan orang istimewa, tetapi malah terlena dan terpengaruhi oleh perasaan diri bahwa kita orang istimewa.

UTAMAKAN ILMU

UTAMAKAN ILMU

“Yang diharapkan oleh para sesepuh pendiri Pondok Pesantren Lirboyo termasuk dari Mbah Kiai Abdul Karim, termasuk Mbah Kiai Marzuqi, Mbah Kiai Mahrus, ini sangat mencintai, sangat senang sekali kalau ada santri-santri di masyarakat lebih mengutamakan kepada ilmunya. 

Boleh kita bisnis. Berdagang, boleh. Tapi ilmu jangan ditinggalkan.

 

Apalagi sampai di rumah bisa berdiri pesantren, bisa membangun madrasah. Masya Allah. Ini senang sekali Mbah Kiai Abdul Karim kalau ada santri seperti itu.

 

Walaupun di rumah sudah menjadi tokoh masyarakat, bahkan sampai menjadi seorang wali tapi kok gak gelem mulang, gak gelem mengajarkan ilmunya, ini masih kurang disenangi oleh Mbah Kiai Abdul Karim.

 

Nyapo kok nyebut-nyebut Mbah Kiai Abdul Karim padahal sampean kan sudah jauh?

 

Kita kan ada sanad, ada sambungnya. Apa yang disenangi Mbah Kiai Abdul Karim para santri hendaknya tetap memperhatikan dan melakukan.”

*Disampaikan oleh al maghfurlah KH. Ahmad Idris Marzuqi kepada para santri kelas 3 Aliyah & 3 Tsanawiyyah saat Muhafadhoh Umum MHM tahun 2006.

Pentingnya Pengakuan Dari Guru

Pentingnya Pengakuan Dari Guru

Pada saat tiga atau empat hari sebelum wafat, KH. Abdul Karim (Pendiri Pesantren Lirboyo) terbaring sakit di tempat tidur ditunggui oleh putrid-putrinya.

 

Sambil menangis beliau mengeluarkan kata-kata.

“Dongakno yo! Mugo-mugo aku mbesuk neng kono diakoni dadi santrine Mbah Kholil.” (Doakan ya! Semoga saya kelak di sana diakui menjadi santrinya Mbah Kholil).

 

Permintaan doa ini sangat mengherankan. Biasanya permintaan seseorang sebelum meninggal adalah minta didoakan agar husnul khotimah, diampuni dosanya atau masuk surga. Tapi ini tidak. Kiai Abdul Karim justru meminta didoakan supaya diakui sebagai santri dari guru beliau, Kiai Kholil. Itupun disampaikan sambil menangis. Bukti bahwa hal itu adalah sesuatu yang tidak main-main dan sangat penting untuk diungkapkan. Apa sebenarnya maksud dari permintaan doa itu?

 

Jawabannya adalah dhawuh beliau setelahnya.

“Tanpo aku diakoni santrine Mbah Kholil, aku gak iso mlebu swargo.” (Tanpa saya diakui santrinya Mbah Kholil, saya tidak bisa masuk surga). 

Ini adalah sikap tawadlu’ yang luar biasa. Kiai Abdul Karim tidak merasa dirinya mempunyai amal yang bisa mengantarkan beliau masuk surga. Beliau tidak PEDE dengan amal ibadah yang dilakukan semasa hidup. Harapan masuk surga hanyalah dengan mendapatkan pengakuan santri dari gurunya yang masyhur sebagai seorang wali Allah. Sehingga diharapkan Kiai Kholil memberikan syafaat kepada beliau agar bisa masuk surga.

(…)

Membaca kisah ini, semoga dapat mengikis kesombongan dalam diri. Masuk surga itu bukan perkara mudah. Amal kita masih terlalu sedikit dan sangat jauh dari ikhlas. KH. Abdul Karim yang sepenuhnya hidupnya dibaktikan untuk beribadah kepada Allah dan mengajar santri saja masih merasa belum yakin diterima semua amalnya.

 

Karena itulah, sangat penting menghubungkan diri dengan guru. Agar kita diakui sebagai santri beliau. Sehingga kelak kita bisa berkumpul bersama di surga. Bukankah Rasulullah SAW bersabda, bahwa kita akan dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai.

 

Di dalam Al-Qur’an juga ada ayat yang menyebutkan bahwa orang yang beriman akan dipertemukan di surga bersama anak cucunya. Yang dimaksud dengan anak cucu bukan hanya anak cucu dalam nasab, namun juga anak cucu dalam ilmu, yaitu murid.

 

Allah berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [QS. At-Thur: 21]

 

*Ditulis dari ceramah KH. Abdul Aziz Manshur saat khataman kitab Jauharul Maknun di kelas 3 Tsanawiyah tahun 2014

NKRI Harga Mati

NKRI Harga Mati

Bangsa kita telah 76 tahun merdeka. Agaknya kita perlu merenungkan kembali arti kemerdekaan, agar kita dapat memaknai kembali ucapan terima kasih secara lebih dalam.


Kata ini mudah diucapkan, kedua kata ini sama-sama terdiri dari dua susunan kata; terima kasih, matur nuwun, dalam bahasa jawa, tapi tanggung jawab dari dua susunan kata tersebut amat besar dan dalam sekali. Jadi kalau kita ucapkan terima kasih itu terlalu kecil, disbanding jasa-jasa para pendahulu kita.


Perumpamaannya, kita menerima nasi sudah masak, tinggal makan. Oleb sebab itu kita jangan sampai saling berebut. Kasihan yang menanak, kasihan yang mencangkul, kasihan yang mengairi, kasihan yang panen, kasihan yang menjemur, kasihan yang menggiling, kasihan yang bersihkan, kasihan yang masak, kasihan yang menyiapkan. Jadi kalau makan nasi saja, kita sudah berhutang budi pada sekian banyak orang.


Orang tua, karena sayangnya pada anak cucunya, boleh dikatakan kepala dijadikan kaki, kaki dijadikan kepala. Karena sayangnya pada anak cucunya, walaupun haram diambil dikasihkan ke anak, lalu ditanggung sendiri, karena terpept, demi kehidupan putra-putrinya. Satu sisi melihat kenyataan itu kami kagum.


Ibu-ibu yang jual nasi pagi hari, jam dua malam mereka sudah bangun. Tiada lain demi anak-anaknya. Setelah selesai dagang mereka mencuci pakaian, menyiapkan makan suami, mengurus anak-anak, belanja. Mereka paham betul apa yang disukai suaminya, yang disukai anak-anaknya meskipun itu hal kecil. Itulah hebatnya ibu-ibu.


Sementara bapak-bapak yang jadi tukang becak semisal, pagi-pagi keluar menarik becak. Perut masih kosong, bisa masuk teh hangat saja sudah sangat untung. Menarik beras dua kwintal ke pasar sebenarnya tidak mungkin kuat, perut kosong tapi dipaksakan demi uang tujuh ribu untuk makan anak-anak.


Dari pasar dapat muatan lagi, sementara peluh-keringat masih mengalir, diangkut demi mendapat beras dua kilogram. Terkadang waktu makan masih mikir, kalau makan telur, beras dua kilo berkurang, akhirnya tiap makan; tempe kerupuk.


Seandainya tempe kerupuk bisa ngomong, pasti akan bilang; “kamu tidak bosan-bosan makan aku”. Tapi apa hendak dikata, kerupuk-tempe tidak terlihat, yang kelihatan anak dan istri. Orang tua-orang tua kita menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin, walaupun mereka sendiri tidak tamat sekolah. Dalam ungkapan Arab; “maa fii al-aba fii al-abna”, kalau orang tua tidak mendapat, anak harus dapat.


Jadi kalau kita mau berpikir jauh atas apa yang sudah disuguhkan orang tua, jangankan nasi ada lauk pauknya, nasi saja kita sudah berterimakasih. Pasti kita akan berterimakasih pada mereka, dan orang yang mengerti terima kasih pasti akan berdoa:

“Yaa Alloh jangan Engkau ambil aku terlebih dahulu, sebelum aku membahagiakan kedua orang tuaku. Yaa Alloh, panjangkanlah umur kedua orang tuaku, bahagiakanlah mereka, berilah kesehatan lahir batin, sehingga aku dapat memuliakannya dari yang kami harapkan.” Itulah seorang anak yang paham arti terima kasih.


Itu sekup yang kecil, sekup keluarga, kalau kita tarik lebih jauh dari keluarga kita tarik ke anak bangsa. Terang saja, bagi orang yang sadar dilahirkan di tanah air ini, akan meningkatkan rasa cinta pada Republik dan Tanah Air. Keturunan boleh-boleh saja keturuan China, keturunan Arab, keturunan Belanda, karena yang dituntut Anda dilahirkan di Tanah Air ini.


Sebab itu Anda dituntut untuk mencintai negeri tercinta ini. Mampukah kita menjadi golongan yang tidak mengecewakan orang tua, itu dalam keluarga. Kalau kita tarik dalam sekup nasional, kitapun ditanya, sejauh mana kita sebagai generasi penerus, tidak akan mengecewakan pejuang-pejuang kita. Sebenarnya mereka di alam baka menanti atas jawaban kita. Apakah kita menjadi bangsa yang cengeng? Bangsa yang glamour, manja? Bangsa yang muda dipicu? Ataukah kia menjadi penerus yang siap membangun bangsa?


Semulia-mulia segala utusan Alloh, ditempatkan di padang pasir bisa membangun. Tanah kering menjadi basah. Negara kita bukanlah padang pasir, sejak dahulu hingga sekarang Negara kita ibarat karpet yang hijau. Mestinya kita jangan tertidur nyenyak karena hijaunya itu. Sebab yang mencangkul menunggu kita semua untuk membangun bangsa ini. Sehingga melahirkan tokoh-tokoh yang bisa menjawab tantangan ummat, tantangan masa depan.


Nabi SAW pernah berpesan pada keturunannya:

“Wahai anak cucuku, jangan mempermalukan aku di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, ummatku berdatangan dengan membawa banyak amal, budi pekerti, sementara engkau hanya membawa ke-aku-annya, karena keturunannya.”


Kekhawatiran Baginda Nabi SAW pada generasi penerusnya sejauh itu. Saya kira sesepuh dan para pejuang kita sama kalau kita artikan;

“Wahai generasiku jangan kalian permalukan aku di hadapan Alloh, di hadapan Tuhanmu. Lihat bangsa lain bisa membangun negaranya. Mulai sector ekonomi, ketahanan, dan bisa meningkatkan rasa jati dirinya, nasionalisme yang kuat, merasa mencintai, handar bening, memiliki, bukan sekedar basa-basi memiliki. Sedangkan kalian hanya tidur, sedangkan kalian hanya santai-santai, membanggakan inilah negeri kami yang subur, gemah ripah loh jinawi.”


Pasti malu rasanya para sesepuh kita. Bangun, bangun, jangan terlambat, yang menunggu banyak. Generasi kita menunggu. Kita teriakan dengan perilaku kita; bukan lagi Indonesia Merdeka, tetapi Indonesia Jaya, Indonesia Jaya, Indonesia Jaya. Demikianlah pandangan al-Habib Luthfi bin Yahya tentang wajibnya seluruh rakyat Indonesia menjaga keutuhan NKRI bangsa ini.


---------------------


Folllow : 


Instagram : @nukotamadiun

Youtube : NU Kota Madiun

Twitter : @nukotamadiun

Facebook Page : NU Kota Madiun

Telegram : https://t.me/nukotamadiun

Tiktok : @nukotamadiun

Sunday, November 14, 2021

Kiai Ashfiya' : Malaikat Jibril Cemburu Kepada Manusia

Kiai Ashfiya' : Malaikat Jibril Cemburu Kepada Manusia

Ahad (14/11/2021), KH. Ashfiya’ dari Nganjuk membacakan kitab karangan Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Pengajian Ahad Pagi yang digelar rutin setiap pekannya. Beliau menyebutkan satu maqolah dari kitab Nashaihul ‘Ibad yang berasal dari sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang artinya:

“Allah tidak memberikan lima perkara kepada seseorang, kecuali Allah telah menyediakan baginya lima perkara yang lain, yaitu:

1. Allah tidak memberikan kesempatan untuk bersyukur, melainkan Allah telah menyediakan tambahan nikmat.

2. Allah tidak memberikan kesempatan untuk berdoa, melainkan Allah telah menyediakan pengabulan doa.

3. Allah tidak memberikan kesempatan untuk beristighfar, melainkan Allah telah menyediakan pintu ampunan.

4. Allah tidak memberikan kesempatan untuk bertobat, melainkan Allah telah menyediakan pintu taubat.

5. Allah tidak memberikan kesempatan untuk bershadaqah, melainkan Allah telah menyediakan baginya penerimaan shadaqah.”

 

Dari lima perkara di atas Kiai Ashfiya menjelaskan mengenai perkara-perkara tersebut dengan Al-Qur’an dan Hadits. Untuk perkara no. 1 ini, beliau mengkaitkan dengan firman Allah SWT:

 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Sungguh, jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambahkan (nikmat) kepada kalian.” [QS. Ibrahim: 7]

 

Sedangkan untuk perkara no. 2, beliau mengkaitkan dengan firman Allah SWT:

 ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan doa kalian.” [QS. Al-Mu’min: 60]

 

Sementara untuk perkara no. 3, beliau mengkaitkan dengan firman Allah SWT:

 ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا

“Mohonlah ampunan kepada Tuhan kalian; sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” [QS. Nuh: 10]

 

Lalu untuk perkara no. 4, beliau mengkaitkan dengan Sabda Rasullulah SAW yang artinya:

“Sekiranya kalian berbuat dosa sampai dosa kalian setinggi langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah akan mengampuni dosa kalian.”

 

Dan yang terakhir untuk perkara no. 5, beliau mengkaitkan dengan Sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Setiap orang akan berada dalam naungan shadaqahnya hingga ia menerima keputusan masalah yang berkaitan dengan manusia lainnya.”

 

Beliau juga mengajak kepada para jama’ah untuk mentasyarufkan nikmat yang diberikan oleh Allah. Menurut beliau, hakikat syukur yang sejati adalah menggunakan nikmat itu sendiri sesuai dengan manfaatnya dari apa yang telah diberikan oleh Sang Pemberi Nikmat. Namun ketika nikmat itu dipergunakan tidak sebagaimana mestinya itu namanya kita telah mengkufuri nikmat.

 

Diakhir Pengajian yang diselenggarakan tiap hari Ahad di Masjid Agung Baitul Hakim ini, beliau menjelaskan betapa inginnya Malaikat Jibril AS menjadi Bani Adam (red:manusia) dikarenakan tujuh hal berikut:

1.      Memberi minuman (suguhan) kepada orang;

2.      Menjenguk orang sakit;

3.      Mengantarkan jenazah sampai ke kubur;

4.      Berkumpul dengan orang ‘alim;

5.      Mendamaikan dua orang yang berselisih;

6.      Sholat jama’ah; dan

7.      Memuliakan yatim dan tetangga.

Tujuh hal di atas merupakan perkara-perkara yang memberikan manfaat kepada orang lain. Sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa, “dua perkara yang tidak bisa diungguli keutamaannya oleh yang lain, yaitu 1 Iman kepada Alah dan 2 Memberi manfaat kepada sesama muslim.”


Wallahu a’lam bish shawab
Penulis: Haris S

Gambar: M. Aziz E


Simak Pengajian selengkapnya di channel YouTube kami:

https://youtu.be/NFMkXeJfV8k


Bantu Kami dengan dukung Like | Share | Suscribe | Update Kajian Islam dengan Aktifkan Notifikasi untuk tayangan santun menyejukkan

---------------------

Follow:


Instagram : @nukotamadiun

Youtube : NU Kota Madiun

Twitter : @nukotamadiun

Website: https://www.nukotamadiun.or.id/

Facebook Page : NU Kota Madiun

Telegram : https://t.me/nukotamadiun

Tiktok : @nukotamadiun


Wednesday, November 10, 2021

Pemuda-Pemudi Nahdliyin Kota Madiun Siap Merawat, Merajut, dan Membina Keberagaman Beragama

Pemuda-Pemudi Nahdliyin Kota Madiun Siap Merawat, Merajut, dan Membina Keberagaman Beragama

Kamis (11/11/2021) puluhan orang pemuda dari bermacam agama berkumpul untuk mengikuti Sarasehan Pemuda Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Pelita (Pemuda Lintas Agama) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Madiun. Sementara dari PCNU Kota Madiun mendelegasikan perwakilan pemuda-pemudi dari IPNU IPPNU, LTN NU Kota Madiun dan NU-Care LAZISNU Kota Madiun. 

Acara yang bertempat di Gedung Pertempuran Sekretariat FKUB Kota Madiun atau yang dulunya dikenal dengan nama Gedung Ramayana ini dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya oleh para hadirin. 

Sarasehan pun dimulai dengan Sambutan dari Bapak KH. Muhammad Dahlan, SH. selaku Ketua FKUB Kota Madiun. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa, "Pemuda itu bagian penting dan merupakan suatu kelompok strategis dalam pembinaan bangsa. Pemuda juga termasuk ahli waris dari pemimpin-pemimpin pada hari ini. Jadi pemuda sekarang adalah pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang."


Selanjutnya pada acara Sarasehan yang mana Bapak Dr. Drs. H. Ahmad Munir, M. Hum, Kepala Kantor Kemenag Kota Madiun bertindak sebagai pemateri bersama dengan Bapak Drs. Samar Sudhano, M. Pd. dari Perwakilan Agama Budha. 

Keduanya mengupas tuntas tentang problematika yang dialami oleh para pemuda di masa kini hingga memaparkan bagaimana upaya yang harusnya dilakukan oleh pemuda agar pemuda memiliki jiwa kepahlawanan guna merajut toleransi antar umat beragama yang dewasa ini mulai tergerus. 


Bapak Munir menghimbau kepada para peserta Sarasehan yang mana semuanya adalah para pemuda, agar memililki beberapa hal yang menjadi indikator sebagai seorang pemuda yang baik. Beliau menyebutkan empat hal tersebut adalah pemuda harus menjadi pribadi yang positif, pemuda harus aktif dan produktif, pemuda harus kreatif dan kolaboratif, serta pemuda harus solutif. Dengan dimilikinya empat hal tersebut maka terbentuklah sebuah generasi yang mampu merawat, merajut dan membina keberagamaan beragama. 


Dalam termin selanjutnya Bapak Samar mewanti-wanti kepada para peserta sarasehan untuk tetap menjunjung nilai moral, pikiran yang jernih serta kebijaksanaan dalam bertindak. Menurut beliau tiga hal tadi itulah yang nantinya menjadi bekal bagi para pemuda untuk menjaga persatuan Bangsa dan Negara dalam koridor Moderasi Beragama. 

Menurut Aris, delegasi LTN NU Kota Madiun mengungkapkan bahwa kegiatan semacam ini perlu diadakan rutin, agar hubungan antar pemuda lintas agama terjalin harmonis tidak ada persepsi yang salah dan dapat menambah rasa toleransi antar satu sama lain. 

Pada acara yang dimoderatori oleh Fi’i Krisna Setiawan ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta dan diakhiri dengan sesi foto bersama. 


Penulis : Haris S

Gambar : Gama S

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-