Kaum muslimin rahimakumullah…
Sebagai orang awam, kita belum mampu memahami sepenuhnya isi Al-Qur’an, sunnah dan ajaran Rasulullah SAW. Sementara itu, sebagai seorang muslim mukalaf, kita dituntut memiliki aqidah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Artinya, kita harus shalat, wudhu, zakat, manasik, dan beribadah lainnya, termasuk mencari rezeki yang halal sesuai dengan ajaran beliau.
Kita yang dituntut beraqidah, berislam, serta beribadah dengan sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun, kita ini awam, kita tidak mampu memahami isi Al-Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, bagaimana cara kita untuk tetap bisa mengikuti tuntunan Rasulullah SAW secara betul?
Dalam hal ini, ada cara yang sangat praktis, yaitu ikutlah yang ulama, bertanyalah kepada ulama, hormati para ulama, manut-lah kepada ulama. Sebab, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa manut kepada ulama, maka matinya dijamin selamat.”
Dalam hadits lain, pada kitab Mukhtarul Ahadits hal. 27, no. 224, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Muliakanlah (ikutilah) para ulama karena mereka ialah pewaris (ilmu) para nabi.”
Kaum muslimin rahimakumullah…
Al-Qur’an menyuruh kita bertanya pada ulama dalam hal apa pun, bertanya pada orang yang mengerti Al-Qur’an, mereka yang ahli dzikir, mereka yang menguasai hadits, dan mereka yang kita sebut ulama atau kiai. Allah SWT berfirman dalam surah an-Nahl ayat 43:
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
Bertanyalah kepada ulama yang ahli dzikir, dekat Allah SWT, jika kamu tidak mengerti. Mengapa harus bertanya kepada ulama yang sering berdzikir, ulama yang senantiasa dekat Allah SWT, sambung hati (dzikir) kepada Allah SWT? Karena, insyaAllah, mereka lebih takut kepada Allah SWT. Ketika mereka berfatwa, itu semata-mata karena takut Allah SWT. Mereka berfatwa bukan karena nafsu, bukan karena sedang marah, bukan karena kepentingan, bukan karena politik, bukan karena apa pun, melainkan semata-mata hanya karena Allah SWT.
Oleh karena itu, manusia yang menurut Al-Qur’an benar-benar takut kepada Allah adalah para ulama. Hal ini dijelaskan dalam Surah Fathir ayat 28:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Kaum muslimin rahimakumullah…
Sebaliknya, jika ada orang awam yang tidak mengerti Al-Qur’an, tidak mampu memahami hadits, termasuk ilmu bahasa Arab, nahwu, dan sharaf, namun justru tidak mau mengikuti ulama, bahkan membenci ulama, lalu nekat memahami sendiri, insyaAllah malah sesat.
Allah SWT melarang kita ngawur seperti itu. Allah berfirman dalam surah an-Nahl ayat 116:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”
Orang yang tidak mampu memahami wahyu Allah jangan ngawur (istilah Jawa: jangan sukur jeplak) kamu katakana, “Ini halal, ini haram,” tanpa dasar yang jelas.
Mungkin kamu tahu hadits dan ayat (secara tekstual), tapi sangat mungkin bahwa pemahamannya salah (secara kontekstual) karena belum tentu yang dimaksud seperti itu. Oleh karena itu, ikuti para ulama, insyaAllah apa yang disampaikan ulama benar. Nabi Muhammad SAW juga memberi peringatan kepada orang awam yang tidak dekat ulama, tidak manut ulama, tidak bertanya pada ulama, ada kemungkinan matinya dalam keadaan murtad dan kafir. Na’udzubillah min dzalik. Rasulullah SAW bersabda:
“Akan tiba suatu masa ketika ummat ini akan menjauhi para ulama dan fuqaha.”
Sekarang ada tanda-tanda seperti itu, ulama di-bully, ulama dicaci-maki, ulama dilegitimasi sehingga dampaknya adalah orang awam menjadi takut mau manut ulama. “Jangan-jangan kiai ini ngapusi, bohong,” padahal tidak pernah berbohong, tetapi karena sering di-bully lalu menimbulkan kecurigaan. “Jangan-jangan kiai korupsi,” padahal tidak korupsi; “Jangan-jangan kiai menerima dana kampanye,” padahal tidak. Pada akhirnya, ummat ini menjauh dari ulama. Kalau sampai ummat yang awam menjauh dari ulama, lalu termakan isu-isu seperti itu.
“Allah akan memberikan ujian dan musibah pada mereka dengan 3 macam musibah. Pertama, kerja mereka tidak berkah karena ngawur tidak mengerti halal dan haram. Kedua, Allah akan memberikan musibah dengan diberi pemimpin yang dzalim. Ketiga, mereka mati tidak membawa iman.”
Na’udzubillah min dzalik
Kenapa? Karena mungkin mereka Islam, tapi aqidahnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Itulah akibatnya jika tidak mampu memahami dalil sendiri, tapi tidak mau manut kepada para ulama. Sekali lagi, kunci selamat bagi ummat yang awam adalah mengikuti para ulama. Kunci selamat bagi ulama yaitu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, takut kepada Allah SWT dan jangan sampai berfatwa karena menuruti nafsu.