Tuesday, February 1, 2022

GUS DUR TITIP GRANAT

Ini terjadi di tengah Indonesia sedang dilanda krisis moneter. Suatu hari Gus Dur hendak mencairkan selembar cek di BCA. Tidak tanggung-tanggung nilainya Rp. 50 juta rupiah. Yang disuruh mencairkan adalah sopirnya, sementara dia sendiri menunggu di kantor PBNU Jl. Kramat Raya, Jakarta. Apa yang terjadi? Ternyata pihak bank menolak, dengan alasan tidak ada uang. Mendapat jawaban demikian, karuan saja sopir Gus Dur balik ke kantor PBNU dengan tangan hampa.




"Maaf Gus, bank-bank pada kehabisan duit," kata si sopir. Gus Dur pun kaget. 'Lho, knk kan uang saya. Uang sendiri nggak boleh diambil itu gimana ceritanya? Tolong sana balik lagi!" perintah Gus Dur. Namun hasilnya tetap sama, si sopir pulang dengan tangan kosong. Alasannya juga sama duit bank sudah 'bersih'.


Mendengar penjelasan tersebut, maka muncullah akal-akalan Mafioso ala Gus Dur. "Begini saja. Tugas kamu pokoknya harus bisa mengambil uang itu," katanya.


"Begini caranya. Masukkan tanganmu ke dalam tas kresek warna hitam. Datang lagi ke bank. Sampaikan kepada petugas bank, bahwa uang Gus Dur harus diambil hari ini juga. Kalau tidak boleh, bilang, 'Kalau masih tidak boleh. Gus Dur minta agar saya membuka katup granat ini. Biar semua berantakan. Ini perintah! Pilih, diberikan atau saya harus meletakkan tempat ini!"


Akhirnya dengan bekal tas kresek plastik berangkatlah sang sopir ke bank. "Tolong, Pak, saya masih harus mengambil uang Gus Dur. Dan saya mendapat perintah, kalau sampai tidak boleh mengambil uang itu, maka bom di tangan saya ini harus dipencet. Pilih meledak atau mencairkan duit Gus Dur!" kata sang sopir dengan menunjukkan tangannya yang terbungkus tas kresek hitam.


Karuan saja, petugas bank jadi gemetaran. Akhirnya dengan cepat petugas bank mencairkan milik Gus Dur. Barulah sang sopir tadi pulang dengan perasaan bangga tetapi terus dikawal polisi karena tangannya tetap mengepal di dalam tas kresek.


Walhasil, sampai di kantor PBNU, sang sopir masih dibuntuti polisi. Begitu keluar dan tangannya sudah bebas, polisi itu nyengir, karena tahu bahwa di tangan sopir itu ternyata tidak membawa apa-apa.


"Kalau bukan saya yang menyuruh, mungkin sopir tadi sudah di-kombong-kan (disel) polisi," kata Gus Dur

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-