Islam di Indonesia saat ini lebih banyak memperlihatkan wajah marah daripada wajah ramah. Mengapa demikian? Hal ini karena esensi (intinya) dakwah telah menghilang dan luput dari karakter para pendakwah Muslim di negeri ini. Ruhuddakwah (semangat mengajak), itu sangat penting yang harus dimiliki oleh ustadz, pendakwah, dan segenap ummat Muslim negeri ini. Di antara krisis ummat Islam adalah ruhuddakwah, hilangnya ruh dakwah kami akan menjadikan pesan Islam menjadi melenceng dari apa yang diperintahkan oleh Allah.
Rasulullah SAW diutus untuk berdakwah dan mengajarkan cinta, bukan melaknat manusia. Buitstu daa'iya , saya diutus untuk berdakwah bukan melaknat, itulah ungkapan Nabi Muhammad SAW. Dalam esensi dakwah dengan cinta, Nabi Muhammad SAW senantiasa bersabar dan terus mengajak kepada kebaikan, meski dibalas musuhnya dengan kejam. Namun, kesabaran Nabi Muhammad SAW membuahkan hasil dengan hasil dengan Islam yang berkembang pesat. Di dalam sejarah Islam banyak dijelaskan tentang gambaran bagaimana kesabaran Nabi Muhammad SAW.
Misalnya Sahabat Kholid bin Walid. Sahabat Kholid bin Walid itu adalah anaknya Walid al-Mughiroh, yang merupakan tokoh yang memusuhi Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan Hindun, Perempuan bernama Hindun adalah istrinya Abu Sufyan, yang dahulu pernah memakan jantungnya Sayyidina Hamzah, di perang Uhud. Setelah masuknya Islam, Hindun sangat mencintai Nabi Muhammad SAW, sebagai pujaan dan panutan. Demikian juga, Sunan Kalijaga ketika masih menjadi Brandal Lokajaya, itu merupakan begal. Kalau pada masa itu Sunan Bonang bersikap keras, maka tidak ada Sunan Kalijaga.
Dalam berdakwah kita harus mengedepankan akhlaq dan memudahkan kesulitan Yuriidu bikumul yusro walaa yuriidu bikumul 'usro. Allah SWT menghendaki kalian mudah, dan tidak menghendaki kalian sulit. Allah SWT itu tidak ingin kita itu sulit, justru kita akan malah mempersulit.
Beragama itu seharusnya menjadi kenikmatan. Beragama itu harusnya enak, tapi kok sekarang malah dipersulit? Islam itu seharusnya Rahmatan lil 'alamiin (kasih sayang bagi seluruh alam), tapi seakan-akan sekarang justru malah menjadi la'natan lil 'alamiin (laknat bagi seluruh alam).
WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB