Allah SWT berfirman dalam surat Ash-Shoffa ayat 2 dan 3 yang maknanya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Ada dua macam kelemahan manusia yang dikemukakan pada ayat ini. pertama, ketidakseriusan antara perkataan dan perbuatan mereka. Kelemahan ini kelihatannya mudah diperbaiki, namun sulit dilaksanakan. Sangat banyak di antara kita pandai berbicara. Suka menganjurkan perbuatan baik, dan mengingatkan orang lain menjauhi larangan-larangan Allah.
Tetapi dia sendiri tidak melaksanakannya. Diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah bin Abbas, bahwa Abdullah bin Rowahah berkata, “Para mukmin pada masa Rasulullah SAW, sebelum jihad diwajibkan berkata: “Seandainya kami mengetahui perbuatan-perbuatan yang disukai Allah, tentu kami akan melaksanakannya. Maka Rasulullah SAW menyampaikan, bahwa perbuatan yang paling disukai Allah adalah beriman kepada-Nya. Berjihad menghapus kemaksiatan yang dapat merusak iman.
Dan mengakui kebenaran malah yang disampaikan nabi-Nya. Setelah datang perintah jihad, sebagian orang-orang yang beriman, mereka berat melaksanakannya, maka turunlah ayat ini, sebagai teguran akan sikap mereka yang tidak konsisten.
Kedua, tidak menepati janji yang telah mereka buat. Menepati janji merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Jika ciri-ciri tidak dimiliki, berarti dia telah menjadi orang munafiq. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, “Tanda orang munafiq ada tiga macam, bila ia berkata ia berdusta, apabila dia berjanji tidak menepati, dan bila dipercayai, dia berkhianat.” [HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim]
Sudah dapat dipastikan, orang yang ucapannya berlainan dengan perbuatannya, adalah orang yang tidak mendapat kepercayaan dari orang lain. Bahkan lebih parah dari itu, ia diposisikan di level terendah dalam kehidupan sosial. Ia tidak akan pernah dipercaya. Karena di dalam masyarakat ada hukum yang tidak tertulis, sangsinya adalah sangsi moral, dan bersifat mengikat.
Keterbukaan dan kesucian ajaran Islam, mengharuskan setiap muslim untuk menjadi manusia yang mampu menyelaraskan antara penampilan lahir dan penampilan bathin. Dengan cara tidak bertopeng. Ada satu hal yang memprihatinkan, bahwa hari ini, banyak manusia-manusia bermuka dua. Tampilannya menawan tutur katanya nyaman didengar, tidak jarang banyak orang-orang mukhlis yang tertipu. Di sinilah bahaya mulai mengancam. Karena sebenarnya manusia bertopeng ini adalah ancaman nyata bagi tatanan masyarakat. Fitnah yang ditebar seperti bensin yang bisa membakar. Di hadapan khalayak ramai, dia begitu ikhlas dan berpura-pura menjadi orang yang paling beriman. Akan tetapi, di balik layar dia tidak malu melakukan perbuatan yang mengantarkan kaum awam ke dalam jurang kubangan fitnah.
Semoga kita tetap dalam bimbingan Allah. Mampu tampil menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin
WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB