Wednesday, June 22, 2022

Semarakkan Hari Jadi Kota Madiun, LTN NU Kota Madiun Gelar Sarasehan Sejarah & Warisan Kota Pendekar

Rabu Malam (22/6) tim NUTV Kota Madiun menggelar talkshow yang bertajuk “Histori & Warisan Kota Madiun” guna memperingati Hari Jadi Kota Madiun yang ke-104 tahun ini. Pada kesempatan kali ini yang bertindak menjadi pembicara yaitu Septian Kharisma, ketua dari Komunitas Pelestari Sejarah Madiun Raya – Historia van Madioen dan Mbah Aris Gondrong, Founder dari Laskar Tundhung Madioen.



 

Kedua komunitas yang sama-sama bergerak untuk pelestarian sejarah dan budaya yang ada di Kota Pendekar ini. HvM (red: Historia van Madioen) yang tidak hanya berfokus pada pelestarian sejarah tapi juga menjaga keeksitensian adat-istiadat yang ada di Kota Madiun. Begitu pula dengan Laskar Tundhung Madioen yang tidak melulu tentang pusaka/tosanaji saja, tapi juga berharap bisa menjadi wadah untuk budaya warisan leluhur di Kota Madiun.

 

Panjang serta luas sekali sejarah yang dibahas oleh kedua pembicara ini mulai dari sejarah berdirinya Kota Madiun hingga warisan leluhur yang tertinggal di Kota Madiun ini. Banyak tokoh pula yang sempat mendarat dan bahkan dibesarkan di Kota Madiun ini, semisal Dharmangwangsa Teguh  Syailendra yang memperistri seorang wanita dari Teguhan Madiun, Gubernur Soeryo yang bersekolah di Madiun hingga Presiden RI ke-2 yaitu Bapak Soeharto pernah menjabat Kepala Bagian Pendidikan di Madiun ini.

 

Menurut Mbah Aris Gondrong keris yang terdapat dalam logo Kota Madiun memiliki sedikit kekeliruan dalam hal jumlah “luk” yang seharusnya 13. Beliau menyangkal bahwa keris yang terpampang dalam logo tersebut memang benar adanya bukan mitos belaka, hal itu beliau jelaskan dengan sejarah runtut asal-muasal Tundhung Madioen.


 

Masih banyak sejarah yang ingin dikulik HvM, seperti yang disampaikan oleh Septian semisal menulusuri sejarah Kota Madiun di era Hindu-Budha serta asal-muasal penamaan wilayah atau kelurahan yang ada di Kota Madiun. Sementara dari Laskar Tundhung Madioen sendiri ingin membuat sebuah galeri yang berisikan warisan-warisan leluhur yang tidak hanya berfokus pada pusaka/tosanaji saja tetapi berbagai macam budaya yang pernah eksis di Kota Madiun dan sekitarnya.

 Menanggapi sejarah yang kadang diplintir, Septian menerangkan bagaimana cara menilai sejarah itu memang benar adanya atau bisa dikatakan “Shohih”. “Manuskrip, artefak, arca/prasasti, buku memoir, dan identifikasi karbon yang disertai kritik sumber sejarah” merupakan beberapa metode yang digunakan menunjukkan keabsahan sejarah itu sendiri.

 

Keduanya berpesan kepada generasi milenial untuk turut serta dalam nguri-nguri budaya dan tidak melupakan sejarah. Jika negara-negara seperti Korea bangga dengan budaya K-Pop nya, Jepang bangga dengan budaya anime-nya, kenapa kita yang tinggal di Indonesia dengan berjuta budayanya tidak bangga dengan budayanya sendiri?


Gambar : Pradana

Penulis : Haris S

 

Simak perbincangan selengkapnya di beberapa platform kami:

Spotify : https://anchor.fm/nu-kota-madiun/episodes/POJOK-NAHDLIYIN--HISTORI--WARISAN-KOTA-MADIUN-e1kam9f

Live IG : https://www.instagram.com/tv/CfHGleIJu4h/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Live YouTube : https://youtu.be/9LoJpLarh_s


Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-