Wednesday, July 13, 2022

Empat Macam Manusia dan Kesombongan

Di antara penyakit hati yang perlu diobati dengan segera adalah penyakit sombong. Sifat buruk ini adalah di antara sifat penghalang seorang muslim untuk masuk surga Allah SWT. Janganlah kita memiliki sifat sombong, karena yang boleh sombong hanyalah Allah SWT. Seseorang yang memiliki sifat sombong seakan menentang Allah dan mengoyak kerajaan Allah SWT. Sebagaimana dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman: “Sombong itu adalah selendang-Ku dan kebesaran itu adalah pakaian-Ku, maka barangsiapa mencabut salah satunya dari-Ku, Aku akan melamparkan orang itu ke neraka.” [HR. Imam Ibnu Maajah]



 

Antara manusia dan sombong itu ada 4 hubungan: Pertama, seseorang yang tidak sombong, walaupun dia memiliki sarana atau potensi untuk sombong. Ia memiliki keadaan untuk bisa disombongkan tetapi ia tidak menyombongkan itu, inilah yang terbaik. Contoh terbaiknya adalah Nabi kita Muhammad SAW. Beliau istimewa dalam segala hal karena Allah SWT memang menjadikannya sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik). Ilmu beliau SAW tak tertandingi, sebagaimana beliau dididik langsung Allah SWT. Mukjizat semua para Nabi dan Rasul, beliau miliki. Kelebihan-kelebihan Rasulullah SAW yang luar biasa ini, menjadikan beliau semakin rendah hati dan tawadhu’. Dalam hatinya beliau bersabda, “Saya duduk seperti duduknya budak, bukan seperti duduknya raja.”

 

Kedua, seorang yang tidak sombong bukan karena tawadhu’, melainkan karena tidak memiliki sesuatu yang bisa untuk disombongkan. Ia tidak memiliki sesuatu yang lebih untuk disombongkan, tetapi bisa jadi ketika Allah memberinya kelebihan tersebut, ia bisa menjadi sombong. Oleh karena itu terkadang Allah SWT tidak memberi beberapa kenikmatan kepada manusia, tidak lain karena Allah SWT lebih tahu apa yang akan terjadi bila manusia tersebut diberi nikmat yang bisa berakibat menjadikan dirinya lupa diri dan menjadi sombong, ini merupakan bentuk rahmat dan penjagaan Allah SWT kepadanya.

 

Ketiga, orang yang sombong karena keadaannya yang mewah, atau juga seorang yang dulunya biasa-biasa saja, jauh dari sifat kesombongan. Tetapi naas orang tersebut menjadi congkak ketika Allah memberi suatu kelebihan atau nikmat padanya. Sungguh sangat memprihatinkan melihat hal seperti ini. Sayyid Muhammad al-Maliki mengatakan kecilnya kesombongan itu seperti semut pudak. Seekor semut yang kecil dan tidak berat, itu saja bila di hati kita terdapat kesombongan sekecil itu maka tidak akan bisa masuk surga.

 

Keempat, seseorang yang tidak memiliki apa-apa untuk disombongkan, tetapi ia sangat menyombongkan diri. Ini lebih besar dosanya dibandingkan seorang yang memiliki sarana lalu menyombongkannya. Contohnya apabila seorang  wanita yang masih muda, remaja misalnya mempertontonkan auratnya untuk dilihat orang lain, ingin sombong dan menunjukkan karena memiliki keindahan tubuh atau kecantikan, padahal tubuhnya itu adalah pemberian Allah. Ia tidak mendapatkannya dengan sendirinya. Jelas ini adalah dosa. Lebih dosa lagi apabila sudah tua, tetapi masih saja ingin memamerkan tubuhnya. Kalau dipikir lagi apanya yang mau disombongkan?

 

Mari kita teladani sosok Rasulullah SAW, para Nabi dan ‘alim ‘ulama. Yang senantiasa menutup kelebihan-kelebihan pada dirinya dengan jubah tawadhu’.

Wallahu a’lam.

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-