Friday, July 29, 2022

JANGAN MEMBEDA-BEDAKAN BULAN MULIA

Dalam setahun, Allah SWT menetapkan 12 bulan dan di antara 12 bulan itu ada empat bulan yang dimuliakan. Yang dikenal dengan arba'atun hurum (4 bulan mulia). Keempat bulan itu, Dzulqodah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Keempat bulan ini harus selalu dimuliakan. Rasulullah SAW bersabda, "In arodtum arrohata indal mauti minal 'adzab, wal khuruj maa imaan, wannajata minasy syaithoni, fahtarimu haadzihis syuhura kullahaa, bikatsrotis shiyaami, wannadam ma salaf minal aatsam, wadzkuru khaliqol anaam tadkhuluu jannata rabbikum bissalam." Kalau kalian itu ingin mati tidak terasa haus dan membawa iman (husnul khatimah) dan ketika mati selamat dari godaan syetan maka muliakanlah bulan-bulan yang telah dimuliakan oleh Allah ini dengan memperbanyak puasa, menyesali dosa-dosa yang telah lalu, dan memperbanyak menyebut Allah (Pencipta manusia), maka kalian akan masuk ke dalam surga Tuhanmu dengan selamat " [HR. Imam At-Turmudzi]




Jadi Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita semua agar memuliakan bulan-bulan mulia tersebut dengan tidak membeda-bedakan di antara satu bulan dengan yang lainnya. 


Kemudian bagaimana cara kita memuliakannya. Pertama, dengan memperbanyak puasa. Makanya kata Imam Syafi'i kalau ada orang puasa hanya pada bulan Rajab saja hukumnya makruh. Sebab Rasulullah SAW tidak memerintahkan kita untuk membeda-bedakan empat bulan mulia tersebut. Sebab dalam masyarakat banyak yang membedakan, mereka lebih mengutamakan bulan Rajab, dan kita jarang sekali menjumpai di antara mereka yang puasa Dzulhijjah. Dan kalau bisa kita juga berpuasa dalam empat bulan mulia tersebut. Maka pada empat bulan itu ada puasa khusus untuk masing-masing bulan tersebut. Bagi kita yang sedang mempunyai hutang puasa Ramadhan, maka boleh saja kita niatkan untuk mengqadhai dan puasa sunnah meskipun menurut Imam Nawawi tidak boleh, akan tetapi menurut Imam Al-Haramain diperbolehkan. 


Jadi, intinya bulan Rajab itu bukan satu-satunya bulan yang harus kita muliakan dengan cara berpuasa Rajab, masih ada tiga lagi yakni Muharram, Dzulqadah dan Dzulhijjah. Jangan sampai kita membedakan di antara empat bulan mulia tersebut. 


Kedua, dengan memperbanyak menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan yakni memperbanyak taubat. Dosa itu sangat berbahaya. Bisa menjadi petaka di dunia dan di akhirat. Dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa, "Apapun yang menimpa kalian, maka itu adalah akibat dari perbuatan kalian sendiri." [QS. An-Nisa ayat 79]


Menurut Syeikh Ali Ashobuni, kalau kamu ditimpa apa saja yang tidak menyenangkan, maka itu akibat dari perbuatan dosa yang kalian lakukan. Kemaksiatan menyebabkan malapetaka dan kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu dosa-dosa itu harus ditobati, karena dikhawatirkan, dosa-dosa itu bisa mengantarkan kita menjadi su'ul khotimah, dicabut imannya saat menghadapi sakaratul maut. Barangsiapa orang yang mati, membawa dosa dan belum ditaubati, maka orang itu akan dimasukkan neraka. Naudzubillah. 


Ketiga, memperbanyak dzikir kepada Allah. Baik dzikir dengan lisan, maupun dengan hati, atau hati dan lisan. Intinya selalu ingat Allah di manapun, selalu merasa diawasi oleh Allah kapan dan dimana pun. Orang seperti ini akan aman dan tidak kebanyakan polah. Dalam kitab Minahussaniyah, karangan Syeikh Abdul Wahab As-Sya'roni. Kalau ada orang yang lupa dzikir kepada Allah, maka seketika itu syetan langsung lompat menaiki dirinya, seperti orang yang menaiki seekor kuda. Diapun dibawa kemana sesuai hendak syetan. Artinya orang itu dikuasai oleh syetan. Nah, ketika dia dzikir, syetan lompat meninggalkan dirinya. Semakin lupa Allah, maka kita akan dijadikan kendaraan alias ditunggangi oleh syetan. Naudzubillah.

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-