Orang yang punya keluarga tidak boleh nganggur tidak bekerja. Seorang suami wajib mencari nafkah keluarganya. Suami tidak boleh jadi pengangguran dengan alasan tawakal pada Allah. Tawakal untuk orang yang mengkhususkan beribadah kepada Allah SWT memang dianjurkan bagi orang yang tidak punya keluarga. Tapi bagi mereka yang berkeluarga wajib mencari nafkah.
Bekerja bukan hanya kebutuhan, tapi juga kewajiban. Berpahala jika dilakukan, berdosa kalau ditinggalkan. Sayyidina Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshor datang menghadap Rasulullah SAW dan meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah SAW bertanya, "Adakah sesuatu di rumahmu?". "Ada, ya Rasulullah!" Jawabnya, "Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum."
"Bawalah kemari kedua barang itu," sambung Rasulullah SAW. Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Setelah barang diterima, Rasulullah SAW segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan siapa yang mau membeli. salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham. Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, "Dua atau tiga dirham?" Tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, "Saya beli keduanya dengan harga dua dirham." Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshor tersebut, seraya berkata, "Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini."
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah SAW melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, "Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan." Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Ia menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan lelaki Anshor itu, Rasulullah SAW bersabda, "Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat."
MEMELIHARA DIRI
Rasulullah SAW memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karenanya bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri. Rasulullah SAW pernah ditanya, "Pekerjaan apakah yang paling baik?" Beliau menjawab, "Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik.", [HR. Imam Achmad dan Imam Baihaqi]
Sedemikian tingginya perhargaan itu sehingga orang yang bersungguh-sungguh bekerja disejajarkan dengan mujahid fi Sabilillah. Kerja tak hanya menghasilkan nafkah materi, tapi juga pahala, bahkan maghfirah dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Jika ada seseorang yang keluar dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itu pun di jalan Allah. Tetapi jika ia bekerja untuk berpamer atau bermegah-megahan, maka itulah 'di jalan setan' atau karena mengikuti jalan setan,". [HR. Imam Thobaroni]
Kerja juga berkaitan dengan martabat manusia. Seorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan kemuliaannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan orang lain.
Jatuhnya harkat dan harga diri akan menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Orang yang meminta-minta kepada sesama manusia tidak saja hina di dunia, tapi juga akan dihinakan Allah kelak di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain." [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]