DALIL-DALIL AKURAT MAULID NABI
Di antara tradisi keagamaan yang dilakukan oleh mayoritas ummat Islam di dunia adalah merayakan hari kelahiran Nabi SAW pada bulan Rabiul Awal. Perayaan hari kelahiran atau Maulid Nabi SAW baru terjadi pada permulaan abad keenam Hijriah. Para sejarawan bersepakat bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan ini adalah Raja Irbil di Iraq, yang dikenal alim, bertakwa dan pemberani, yaitu Raja al-Muzhaffar Abu Sa'id Kaukabri bin Zainuddin Ali Buktikin (w. 630H/ 1232 M). Para ulama dari kalangan sufi, fuqaha dan ahli hadits menilai perayaan Maulid ini termasuk bid'ah hasanah, yang dapat memberikan pahala bagi yang melakukannya. Terdapat sekian banyak dalil bagi perayaan Maulid.
Dalil Pertama
Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." [QS. al-Anbiya': 107]
Rasulullah SAW bersabda:
إنما أنا رحمة مهداة.
"Aku hanyalah rahmat yang dihadiahkan."
Berdasarkan hadits ini, Rasulullah SAW adalah ar-rahmat al-'udzhma (rahmat yang paling agung) yang dilimpahkan Allah bagi ummat manusia. Sedangkan Allah SWT telah memerintahkan kita untuk merayakan lahirnya rahmat itu. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟
Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira." [QS. Yunus: 58]
Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini sebagai berikut, "Dengan karunia Allah (yaitu ilmu) dan rahmat-Nya (yaitu Muhammad SAW), hendaklah dengan itu mereka bergembira." Ini berarti bahwa merayakan acara Maulid termasuk mengamalkan perintah dalam ayat ini.
Dalil Kedua
Allah SWT juga berfirman:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ
"Dan semua kisah dari Rasul-Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu." [QS. Hud: 120]
Ayat ini menegaskan bahwa penyajian kisah-kisah para Rasul dalam Al-Qur'an bertujuan untuk meneguhkan hati Nabi SAW. Tentu saja kita yang dha'if ini lebih membutuhkan peneguhan hati daripada beliau SAW, melalui penyajian sirah dan biografi beliau SAW.
Dalil Ketiga
Allah SWT berfirman:
قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِّنكَ ۖ وَٱرْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِين
"Isa putra Maryam berdoa: " Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki, dan Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama." [QS. Al-Ma'idah: 114]
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa turunnya hidangan dianggap sebagai hari raya bagi orang-orang yang bersama Nabi Isa dan orang-orang yang datang sesudah beliau di muka bumi agar dengannya mereka dapat mengekspresikan kegembiraan. Tentu saja lahirnya Rasulullah SAW sebagai ar-rahmat al-'udzhma lebih layak kita rayakan dengan penuh suka cita daripada hidangan itu.
Dalil Keempat
Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an:
وَذَكِّرْهُم بِأَيَّىٰمِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
"Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur." [QS. Ibrahim: 5]
Pada ayat di atas terdapat perintah mengingatkan manusia tentang hari-hari Allah, maksudnya hari-hari di mana Allah melimpahkan kenikmatan kepada mereka, sesuai penafsiran ulama salaf. Hari-hari besar Islam seperti Maulid, Isra' dan Mi'raj, Tahun Baru Islam, Nuzulul Qur'an dan lain-lain merupakan realisasi dari ayat ini, yakni peringatan tentang kenikmatan yang dilimpahkan oleh Allah pada hari itu.
Dalil Kelima
Di sisi lain, pada dasarnya acara Maulid Nabi SAW merupakan perkumpulan untuk berdzikir kepada Allah dan mensyukuri nikmat besar berupa Rasulullah SAW yang dianugerahkan kepada kita. Ini sesuai dengan hadits,
عن أبي سعيد الخدري قال: قال معاوية: إن رسول الله خرج على حلقة يعني من أصحابه فقال: ((ما أجلسكم؟)) قالوا: جلسنا ندعو الله ونحمده على ما هدانا لدينه، ومن علين بك، قال: ((الله ما أجلسكم إلا ذلك؟)) قالوا: آلله ما أجلسنا إلا ذلك، قال: ((أما إني لم أستحلفكم تهمة لكم، وإنما أتاني جبريل فأخبرني أن الله يباهي بكم الملائكة)).
Dari Abu Sa'id al-Khudri, "Mu'awiyah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW keluar pada suatu perkumpulan sebagian sahabatnya dan bersabda, "Apa yang mendorong kalian berkumpul?" Mereka berkata, "Kami duduk untuk berdoa kepada Allah, memuji-Nya karena telah melimpahkan hidayah kepada kami pada agama-Nya dan menganugerahkan engkau kepada kami." Nabi SAW bersabda, "Demi Allah, hanya itu yang mendorong kalian duduk bersama?" Mereka berkata, "Demi Allah, hanya itulah yang mendorong kami duduk bersama." Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya wku menyumpah kalian bukan karena curiga pada kalian. Akan tetapi Jibril datang kepadaku dan mengabarkan bahwa Allah membanggakan kalian kepada para malaikat."
Hadits di atas memberikan beberapa pesan penting:
Pertama, para sahabat berkumpul karena inisiatif mereka, tanpa ada perintah atau anjuran sebelumnya dari Nabi SAW. Karena itu Nabi SAW menanyakan perkumpulan tadi.
Kedua, ketika ditanya oleh Nabi SAW tentang tujuan mereka berkumpul, ternyata tujuannya untuk berdoa kepada Allah dan memuji kepada-Nya karena nikmat agama Islam yang dilimpahkan Allah kepada mereka.
Ketiga, mereka berkumpul juga karena memuji kepada Allah karena telah menganugerahkan Rasulullah SAW kepada mereka. Perayaan Maulid Nabi SAW juga bertujuan mensyukuri nikmat Allah yang luar biasa besarnya, yaitu datangnya Rasulullah SAW kepada kita.
Keempat, berarti acara Maulid masuk dalam hadits di atas, yaitu perkumpulan yang dibanggakan oleh Allah SWT kepada para malaikat, karena isinya merayakan dan mensyukuri kehadiran Rasulullah SAW ke muka bumi sebagai nikmat dan rahmat Allah SWT yang paling besar.
Dalil Keenam
Hadits Abu Qatadah al-Anshari,
عن أبي قتادة الأنصاري، أن رسول الله سئل عن صوم يوم الاثنين؟ قال: ذاك يوم ولدت فيه، ويوم بعثت أو أنزل علي فيه.
Dari Abu Qatadah al-Anshari, "Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa pada hari Senin (yang selalu beliau lakukan). Beliau bersabda, "Itu hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau wahyu diturunkan kepadaku."
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW selalu berpuasa pada hari Senin karena merayakan dan mensyukuri nikmat Allah pads hari itu sebagai hari kelahiran dan hari diangkatnya beliau sebagai Nabi SAW. Hadits ini menjadi dalil anjuran merayakan hari kelahiran Nabi SAW dengan berpuasa. Sedangkan ibadah-ibadah lain seperti shalat, sedekah, dan dzikir bersama seperti yang ada dalam acara Maulid, dianalogikan dengan puasa karena sama-sama mendekatkan seseorang kepada Allah SWT.
Dalil Ketujuh
Hadits Ibnu Abbas,
عن ابن عباس، أن النبي، لما قدم المدينة، وجدهم يصومون يوما، يعني عاشوراء، فقالوا: هذا يوم عظيم، وهو يوم نجى الله فيه موسى، وأغرق آل فرعون، فصام موسى شكرا لله، فقال ((أنا أولى بموسى منهم)) فصامه وأمر بصيامه.
Dari Ibnu Abbas, "Ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Nabi SAW bertanya, "Ada apa ini mereka berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung. Hari di mana Allah selamatkan Nabi Musa dan Allah tenggelamkan Fir'aun. Maka Muss berpuasa karena bersyukur kepada Allah." Nabi SAW bersabda, "Aku lebih berhak mensyukuri Musa daripada mereka." Maka Nabi SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat berpuasa."
Hadits di atas menjelaskan bahwa selamatnya Nabi Musa merupakan kenikmatan yang dianjurkan untuk kita rayakan dan syukuri. Ini berarti bahwa kelahiran Rasulullah SAW lebih layak untuk dirayakan dan disyukuri, karena derajat Rasulullah SAW yang melebihi para nabi dan seluruh makhluk lainnya. Oleh karena itu, menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, hadits di atas mengandung pesan penting berkaitan dengan perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu anjuran bersyukur kepada Allah pada hari di mana kenikmatan dilimpahkan dan diulang-ulang setiap kali hari itu tiba. Bersyukur bisa dilakukan dengan berpuasa, membaca Al-Qur'an, bersedekah dan aneka ragam ibadah lainnya. Semua ini seperti yang dilakukan dalam acara Maulid Nabi SAW.
Wallahu a'lam bish shawab