Obat mujarab untuk penyakit hati yang paling utama, yang merupakan minuman segar setiap muslim, penyegar jiwa, pembersih hati, itulah “Dzikrullah”, setiap saat. Semakin banyak semakin segar semakin sering semakin tentram jiwa.
Orang seringkali menggambarkan pelaku dzikir sebagai sosok yang sedang duduk bersimpuh sembari tafakur sementara dari lisannya terdengar suara lembut dan syahdu bacaan doa tertentu dengan khusyu, khudu (rendah hati), dan tadlarru’. Dilengkapi dengan gerakan-gerakan tasbih untuk menghitung bacaan yang harus dipenuhi.
Dzikir bukan sekedar “eling”, dzikir punya konsep yang jelas, konsekuensi amaliah yang nyata karena bersumber dari Allah sendiri, bukan dari hasil renungan dan hayalan falsafi manusia yang serba nisbi dan nglantur karena kebingungan dan kehabisan bahan baku.
Ingat dan Diingat Allah
Ingatlah kepada Allah, maka Allah pun akan ingat kepada kita. Alangkah bahagianya bila Allah ingat pada kita. Sekedar perbandingan saja. Bila sekali waktu kita bertemu dan berjabat tangan dengan seorang presiden misalnya lantas kita mengenalkan diri. Di lain waktu kita bertemu lagi beliau masih ingat kepada kita. Betapa bangga dan senang rasanya. Beliau adalah pejabat yang dapat saja memberikan jabatan atau fasilitas sesuai yang kita minta.
Marilah kita renungkan, bila Allah yang Maha segala itu kepada kita kapan dan bagaimanapun. Kita tidak dilupakan oleh Allah yang memiliki segala fasilitas tanpa batas, tidak akan habis atau berkurang sedikitpun. Mengingat Allah bisa kita lakukan lewat dzikir. Oleh karena itu dzikir kepada Allah adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah. Ini berarti segala masalah duniawi yang kita ingat, harta, jabatan, istri, anak, hutang piutang simpanan di bank bahkan apa saja di dunia ini bukanlah tandingan dan bandingan dengan nikmatnya berdzikir kepada Allah SWT.
Bahkan kalau kita semakin banyak berdzikir dengan ingat masalah duniawi, maka akan semakin ruwet dan semrawut hati dan pikiran, semakin pusing dan tambah penat jasmani dan rohani. Tidak pernah merasakan dan kedamaian hidup. Tidak pernah bersyukur terhadap nikmat atau bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Sekali lagi, hanya dengan dzikir kepada Allah sajalah yang menjamin ketentraman dan ketenangan hati. Karena itu Allah mewanti-wanti kepada segenap mukmin janganlah sibuk mengurus harta dan keluarga melupakan dzikir kepada Allah. Memang di sisi harta dan keluarga menjadi sumber kesibukan dan keributan hidup sehari-hari. Dan di antara berniaga akibat lupa berdzikir kepada Allah adalah menghalangi rizki, menimbulkan jarak dengan Allah, menjauhkan pelaku dengan orang lain, menggelapkan hati, melemahkan hati dan perasaan, mematikan bisikan hati (bashirah).
Gembira dengan Kebajikan
Bagi seorang mukmin kegembiraan hadir ketika melakukan kebajikan. Sedangkan kesedihan akan menjelang tatkala dia berbuat dosa dan kesalahan. Ia gembira sebab setiap kebajikan pasti membawa kebahagiaan dan keuntungan baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, sebagaimana pula bahwa setiap kesalahan atau dosa, pasti membawa kerugian dan kesengsaraan.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa merasa gembira atas kebajikan-kebajikannya dan merasa susah prihatin akan kejelekan-kejelekannya, maka dialah mukmin yang sebenarnya.” Itulah sebabnya para ulama sufi menyebutkan bahwa para ahli ibadah itu lebih senang dengan ibadahnya dibanding dengan senangnya seorang anak yang sedang bermain dengan mainannya.
Paling tidak ada dua penyebab utama kegembiraan dan kebahagiaan hidup, ketentram jiwa di dunia ini dan di akhirat kelak. Pertama, selalu ingat Allah SWT (dzikrullah). Dikala sholat, ia hadapkan wajahnya kepada pencipta langit dan bumi, bisikan hatinya selalu merasa dekat dengan Allah. Sebab Allah Maha dekat dengan hamba-Nya. Kedua, jika berbuat kesalahan maka ia akan bertaubat sesegara mungkin sebab ia yakin Allah Maha menerima taubat. Untuk itu marilah kita coba kemudian meneruskan segala konsep itu dengan istiqomah bukan hanya coba-coba, atau sekedar basa-basi.
WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB