Suatu ketika, Allah mengumpulkan para nabi pilihan. Dan Allah bertanya kepada mereka satu persatu. Pertama adalah Nabi Adam AS. “Ya Adam, man anta? (Wahai Adam, kamu ini siapa?)”. Nabi Adam AS menjawab, “Ana shofiyullah (saya adalah pilihan Allah dan bapaknya manusia)”. Kedua Nabi Ibrahim ditanya, “Ya Ibrahim man anta? (Wahai Ibrahim, kamu siapa?)”. “Ana kholilullah (saya adalah kekasih Allah),” jawab Nabi Ibrahim AS. Ketiga, Nabi Musa AS ditanya, “Ya Musa, man anta? (Wahai Musa, kamu ini siapa)”. Jawab Nabi Musa, “Ana kaliimullah (saya adalah orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). Keempat, Nabi Isa AS. “Ya Isa, man anta? (Wahai Isa, kamu ini siapa?)”. Nabi Isa AS menjawab, “Ana ruuhullah (saya adalah ruh yang ditiupkan Allah).” Dan yang terakhir, Kanjeng Nabi Muhammad ditanya, “Ya Muhammad, man anta? (Wahai Muhammad, kamu ini siapa?)”. Nabi Muhammad SAW yang bergelar habiibullah (kekasih Allah) tidak jawab seperti itu. Beliau hanya menjawab, “Ana yatiim (saya hanya seorang yatim). Subhanallah, itulah keistimewaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang memiliki ketawadhuan yang luar biasa.
Tawadhu’ adalah sifat yang sangat terpuji. Sebaliknya sombong adalah termasuk akhlaknya tercela yang dibenci oleh Allah SWT. Kanjeng Nabi SAW wanti-wanti tentang bahayanya orang yang punya penyakit hati sombong, “Laa yadkhulul jannata man kana fi qalbihi mitsqaalu dzarrotin min kibrin” (Tidak bisa masuk surga orang yang di hatinya ada rasa takabbur walau sebesar sawi” MasyaAllah, meskipun hanya sedikit sifat sombong, itu bisa menghalangi seseorang untuk masuk surga.
Nah, karena begitu bahayanya akibat sifat sombong ini, maka hati kita harus dibersihkan dari kesombongan. Kalau ingin hati kita bebas dari rasa sombong dan rasa males ibadah, ada empat hal yang harus kita angen-angen atau renungkan setiap saat.
Pertama, saya ini akan mati umur berapa? Tidak ada yang tahu kapan matinya. Kalau kita angen-angen, saya mati umur berapa kira-kira? Maka kita akan waspada. Dan, sombong juga akan hilang. Lha, urusan umur saja kita tidak tahu kok. Karena tidak tahu sampai kapan, kita akan terdorong untuk sregep ibadah.
Kedua, kita angen-angen, nanti kalau kita mati, apa husnul khotimah atau suul khotimah. Ini adalah misteri. Oleh karena itu kita harus waspada dan jaga diri. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita, maka kita tidak pantas menyombongkan diri.
Ketiga, saat manusia dimasukkan kea lam kubur, akan ditanya malaikat munkar nakir. Nah, pertanyaannya, kita bisa jawab apa tidak pertanyaan malaikat munkar nakir.
Keempat, nanti di akhirat manusia itu dibagi dua golongan. Ada golongan kanan (ashabul yamin) alias masuk surga dan ada golongan kiri (ashabus syimaal) dimasukkan ke neraka. Pertanyaannya, kita termasuk golongan yang mana?
Selanjutnya, Imam Ghozali mengatakan, kalau kita punya perasaan lebih baik dari orang lain, itu termasuk kesombongan sekaligus sebuah kebodohan yang sejati.
Manusia mengaku baik itu dari sisi apanya. Dari ilmu, ilmu ya dari Allah. Harta semua pemberian Allah, bahkan, badan dan nyawanya juga milik Allah SWT. Alangkah tidak layaknya kita bersikap sombong.
Ada sahabat, bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Kanjeng Nabi, seorang laki-laki ingin memakai pakaian yang bagus, sandal yang bagus, apa itu termasuk kesombongan.” Nabi SAW dawuh, “Innallaaha jamiilun yuhibbul jamal, (sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan suka senang dengan sesuatu yang indah). Selama hatinya tidak diisi rasa sombong atau merasa lebih baik dari yang lain, itu bukan termasuk kesombongan.
WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB