Wednesday, September 7, 2022

Menundukkan dan Menggerakkan Kepala Saat Dzikir

Bagaimana hukum menggerak-gerakkan atau menundukkan kepala ketika berdzikir?



Jika dengan menggerak-gerakkan atau menundukkan kepala itu bisa menjadikan diri orang yang berdzikir lebih khusyu’, maka hal ini lebih baik baginya. Namun, jika dengan diam dia lebih khusyu’, tanpa menundukkan kepala atau menggerakannya, maka dzikir dengan keadaan diam itu lebih baik baginya. Dan jika kedua keadaan tersebut, yaitu diam dan menggerakkan atau menundukkan kepala, dirasa sama-sama khusyu’nya, maka bagi dia boleh memilih diam atau dengan gerakan. [Fatawi al-Kholili ‘ala Madzhab al-Imam Asy-Syafi’I, 36]


Imam Kholili ditanya tentang apa yang dilakukan orang-orang seperti menundukkan dan menggerak-gerakkan (kepala) ketika membaca dzikir dan lain sebagainya, apakah hal ini ada dasarnya dalam sunnah atau tidak? Apakah haram, makruh, sunnah atau ada pahalanya? Apakah hal ini sama dengan orang yang menyerupai dengan Yahudi atau tidak? Imam Kholili menjawab, ketika engkau memahami firman Allah: “Mereka adalah orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring.” [QS. Ali Imron:191] Dan firman Allah, “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah.” [QS. Al-Ahzab:35]


Dilakukannya gerakan dalam dzikir dan bacaan, bukanlah sesuatu yang diharamkan atau dimakruhkan, akan tetapi gerakan tersebut dianjurkan dalam beberapa keadaan orang-orang yang berdzikir seperti berdiri, duduk, berbaring, bergerak, diam, bepergian, berada di rumah, kaya dan miskin.


Imam Kholil berkata, “Berdzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring, malam dan siang, di lautan dan daratan, dalam bepergian, maupun di rumah, dalam keadaan kaya atau miskin, sehat atau sakit, dalam keadaan sirri atau terang-terangan, dan dalam segala keadaan.


Selanjutnya dia berkata: betapa banyak orang yang berdzikir dengan diam yang lupa, namun ketika dia bergerak lebih utama baginya. Betapa banyak orang-orang yang berdzikir dan betapa banyak dzikir yang digerak-gerakkan sehingga gerakan itu menghilangkan kekhusyu’annya, dengan demikian diam itu lebih baik (baginya). Betapa banyak orang yang berdzikir atau yang membaca, yang kedua keadaan tersebut (bergerak atau diam) menjadi sama baginya, maka dia melakukan apa yang dikehendaki Allah, dan Allah menunjukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya pada jalan yang lurus, dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. [Fatawa al-Kholili ‘ala Madzhab al-Imam asy-Syafi’i, hlm. 36]


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-