Rasulullah SAW bersabda: “Aku berdiri di pintu, kebanyakan orang yang masuk surga adalah kaum miskin, ketika orang-orang kaya masih tertahan (untuk dihisab amalnya), kecuali ahli neraka, mereka diperintahkan (langsung) masuk neraka, maka aku berdiri di pintu neraka. Kebanyakan yang masuk neraka adalah kaum wanita.”
Dengan adanya hadits seperti ini bukan berarti Islam menganjurkan ummatnya untuk miskin, tidak begitu. Orang kaya pun bisa masuk surga dengan syarat beriman. Seperti para sahabat Nabi yang kaya semisal Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, Sayyidina Utsman bin Affan demikian juga dengan Sayyidatuna Khodijatul Kubro. Mereka ini adalah orang-orang kaya yang dijamin masuk surga.
Sebaliknya, tidak semua orang miskin mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT. Sebab yang dimaksudkan orang miskin yang mulia di hadapan Allah SWT adalah orang miskin yang beriman, sabar dan mematuhi segala perintah dan larangan Allah SWT. Bukan sekedar asal miskin, sebab banyak orang miskin yang menjadi penjahat, ahli maksiat bahkan tidak beriman. Orang miskin seperti ini tidak termasuk golongan mereka yang masuk surga lebih dahulu. Bisa jadi orang miskin yang tidak beriman ini akan ditancapkan lebih dahulu dalam neraka.
Orang-orang miskin bisa masuk surga terlebih dahulu daripada orang kaya karena hisab mereka lebih cepat dibanding orang kaya karena hisab mereka lebih cepat dibanding orang-orang kaya, sedangkan orang kaya akan ditanya tentang hartanya diperoleh darimana dan dibelanjakan kemana? Harta yang diperoleh dengan cara yang halal saja akan dihisab, apalagi harta yang diperoleh dengan cara yang haram, tentu akan diadzab oleh Allah SWT. Karena banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang kaya, maka hisab mereka menjadi lama. Di sinila letak perbedaan antara kaum miskin dan kaya, mereka lebih dahulu masuk surga karena sedikit sekali perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, terutama yang berkaitan dengan harta.
Sewaktu di dunia orang miskin seringkali diremehkan, dihina, dan dipinggirkan. Sehingga sebagai batasan atas kesengsaraan orang miskin ketika hidup di dunia, Allah membalasnya dengan memasukkan orang-orang miskin terlebih dahulu daripada orang-orang kaya, dengan selisih yang amat lama. Berapa lama jarak antara orang-orang miskin yang masuk surga lebih dulu dengan orang-orang kaya? Ternyata jaraknya cukup lama, yaitu 500 tahun. Suatu masa yang sangat lama, penghuni surga sudah menikmati aneka hidangan yang lezat-lezat, dan berkumpul dengan bidadari dalam satu selimut, sementara orang-orang kaya masih berdiri di padang Mahsyar untuk dihisab amalnya. Selisih jarak yang cukup lama antara orang miskin dan orang kaya yang masuk surga ini telah diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Sesungguhnya orang-orang fakir kaum Muhajirin masuk surga sebelum orang kaya. Mereka masuk kira-kira selisih waktu 500 tahun.” Ibnu Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai orang-orang fakir apakah aku tidak memberi kabar gembira padamu, sesungguhnya orang-orang mukmin yang fakir akan masuk surga sebelum orang-orang mukmin yang kaya dengan jarak setengah hari akhirat, yaitu 500 tahun.”
Abu Sa’id berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya orang-orang mukmin yang fakir bergembira bahwa mereka akan memperoleh kebahagiaan di hari kiamat sebelum orang-orang yang kaya dengan jarak 500 tahun. Mereka (orang-orang fakir) merasakan beberapa kenikmatan di surga sedang orang-orang kaya masih dihisab.” Ada pula hadits yang mengatakan selisihnya 40 kali musim rontok, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Amr RA.
Seseorang yang ditakdirkan oleh Allah menjadi orang yang lemah, baik itu karena badannya tidak kuat dan sering sakit-sakitan, atau karena miskin tidak punya harta, ataupun karena menjadi orang yang tidak dipedulikan dalam masyarakat karena miskin harta, hendaknya tidak perlu minder dan malu, serta merasa rendah. Karena Allah-lah yang telah menentukan keadaannya demikian. Yang terpenting baginya adalah berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah hakikat ketaqwaan. Kalau dia berusaha selalu istiqomah di dalam ketaqwaan tersebut, niscaya kedudukannya menjadi mulia di sisi Allah, walaupun di dunia ini tidak dihargai oleh manusia. Orang-orang yang lemah, tetapi tetap istiqomah dengan ketaqwaannya tersebut maka Allah SWT akan memberi kelebihan-kelebihan kepada mereka ketika di dunia diantara kelebihan-kelebihan tersebut adalah ketika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan sumpahnya. Orang-orang lemah dan miskin adalah penyebab turunnya barokah dan rezeki dari Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Kalau bukan karena binatang ternak, maka mereka tidak akan diberikan hujan.” [HR. Imam Ibnu Majah]
Orang-orang yang lemah dan miskin adalah para penangkal malapetaka. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kalau bukan karena para pemuda yang khusyu’, binatang ternak yang sedang mencari makan, anak-anak yang sedang menyusui, maka niscaya Allah akan menurunkan kepada kalian adzab.” [HR. Imam Abu Ya’la dan Imam Bazzar]
WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB