Pengertian Tawadhu’
Tawadhu’ menurut istilah ahli sufi adalah menyerahkan diri kepada kebenaran dan meninggalkan berpaling pada hukum. [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 265]
Dikatakan juga: “Tawadhu’ adalah tenangnya hati pada kebenaran, mengikuti dan menerima kebenaran itu, baik dari orang kaya, fakir, orang tua, anak kecil, orang mulia maupun orang yang rendah”. [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 266]
Dasar Tawadhu’
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” [QS. Al-Furqon: 63] Maknanya: “Dengan khusyu”, dengan tawadhu.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. [QS. Asy-Syu’ara’: 215]
Nabi SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong.” Nabi SAW: “Tidaklah tawadhu’ seorang laki-laki kepada Allah SWT, kecuali Allah SWT mengangkat derajatnya”.
Tanda Tawadhu’
Tanda-tanda Tawadhu’ adalah apabila seseorang meyakini bahwa sesungguhnya orang lain itu lebih baik dari dirinya. [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 270]
Imam Fudhoil berkata: “Barangsiapa melihat dirinya memiliki nilai-nilai (kelebihan), maka tidak ada baginya sikap tawadhu’”. [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 270]
Imam Abu Yazid berkata: “Tanda-tanda tawadhu’ adalah seseorang yang tidak melihat makhluk lebih jelek dari dirinya”. [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 270]
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah ada anak cucu Adam, kecuali mempunyai sebuah hikmah dari Allah SWT. Ketika dia tawadhu’ maka dilaporkan kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT berfirman: “Tampakkan hikmahnya!” Dan ketika dia sombong maka dilaporkan kepada Allah SWT “Hilangkan hikmahnya!” [ath-Thuruq ash-Shufiyah, hlm. 267]
Barangsiapa tawadhu’ kepada Allah SWT maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya. [ ash-Shufiyah, hlm. 267]
WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB