Thursday, December 15, 2022

SUDAHKAH IMAN KITA SEMPURNA?

Orang yang imannya sempurna, ketika melakukan suatu ibadah ia tidak pernah bergantung pada orang lain. Ia tidak senang ketika dipuji, juga tidak merasa takut dicela. Ada orang maupun tidak ada orang, ibadahnya tetap sama. Ia tetap istiqomah dalam beribadah. Berbeda dengan kebanyakan manusia saat ini. Ketika sholat sendirian, ia sholat dengan sangat cepat, hingga hilang tuma'ninahnya, bacaan suratnya juga cukup Qulhu saja. Sedangkan ketika shalat bersama calon mertua, dikhusyuk-khusyukan, baca surat yang panjang-panjang. Yang diharapkan bukan lagi ridha Allah, tapi ridha calon mertua. 




Orang yang di dalam melaksanakan ibadah masih ingin dilihat atau mengharapkan pujian dari manusia, iman orang yang demikian ini masih belum sempurna. Sebab dalam beribadah dia masih membedakan ibadahnya antara ada manusia dan ketika tidak ada manusia. 


Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga dia beranggapan bahwa adanya manusia di sampingnya sama halnya dengan adanya unta ketika menyaksikan amal perbuatannya. Selama dia masih membedakan keduanya, maka dia bukanlah orang yang ikhlas."


Dua Tanda Ikhlas

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tanda ikhlas adalah: Pertama, merasa gembira di saat beramal baik ketika sendiri maupun ketika bersama dengan orang banyak. Kedua, walaupun bersama dengan orang banyak, tidak menimbulkan maksud lain dalam hati, sama halnya ketika bersama hewan. 


Oleh karena itu, selama manusia masih membedakan ketika dilihat hewan dengan dilihat manusia, maka dia telah keluar dari kemurnian ikhlas. Ia telah mengotori hatinya dengan penyakit syirik khofi. Syirik khofi ini sangat samar seolah-olah perbuatan ibadahnya diridhai Allah SWT, akan tetapi pada kenyataannya tidak memperoleh apa-apa, bahkan bisa jadi kemurkaan Allah yang didapatkan. Halusnya syirik khofi dalam hati manusia diibaratkan para ulama dengan semut hitam yang merayap di atas batu hitam di malam yang gelap gulita. 


Maka suatu keharusan bagi seseorang yang ikhlas dalam melakukan suatu amal ibadah menganggap sama antara pujian dan cacian orang lain. Artinyaa pujian manusia ketika dia melakukan amal ibadah tidak akan menggembirakannya. Sebaliknya pula ketika semua orang mencacinya dalam hal ibadahnya kepada Allah sama sekali dia tidak merasa kecewa ataupun susah hatinya. Sebab orang yang beramal hanya semata-mata karena Allah SWT (ikhlas) dia sudah tidak menghiraukan pujian dan tidak akan memperdulikan cacian dari orang lain dalam melaksanakan perintah agama. Orang yang ikhlas mempunyai keyakinan apa yang dikatakan orang lain baik itu suatu hal yang baik ataupun yang buruk seperti angin yang berlalu. 


Sifat Dasar Manusia

Memang sifat dasar dari manusia suka dipuji ketika melakukan suatu kebaikan akan tetapi hal yang demikian ini tidak boleh kumantil dalam hati hingga mengesampingkan suatu hal yang pokok yakni ridha Allah semata. Demikian pula ketika seseorang dicaci orang lain secara manusiawi dia akan merasa marah dan tidak terima, tapi hal yang demikian juga tidak boleh berlarut-larut disimpan dalam hati, harus segera ingat bahwa tujuan yang dituju hanya Allah SWT bukan manusia. 


Memang hampir tidak ada ibadah yang dilakukan seorang Muslim bisa benar-benar bersih dari harapan-harapan dunia. Namun ini bukanlah alasan untuk tidak memperhatikan keikhlasan. Ingatlah bahwa Allah senantiasa menyayangi hamba-Nya, selalu memberikan rahmat kepada hamba-Nya dan senang jika hamba-Nya kembali pada-Nya. Allah senantiasa menolong seorang muslim yang berusaha mencari keridhoan-Nya. 


Mari tetap berusaha dan berlatih untuk menjadi orang yang ikhlas. Salah satu cara untuk ikhlas adalah menghilangkan ketamakan terhadap dunia dan berusaha agar hati selalu terfokus kepada janji Allah, bahwa Allah akan memberikan balasan berupa kenikmatan abadi di surga dan menjauhkan kita dari neraka. Selain itu, berusaha menyembunyikan amalan kebaikan dan ibadah agar tidak harapan dalam hati untuk dilihat dan didengar orang. 


Imam Al-Ghazali mengatakan: "Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali yang ikhlas (dalam amalnya). Akan tetapi, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal. 

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-