Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Saturday, September 2, 2023

Nahkoda Baru PC IPNU & IPPNU Kota Madiun, Hadirkan Inovasi Baru untuk Seluruh Kader

Nahkoda Baru PC IPNU & IPPNU Kota Madiun, Hadirkan Inovasi Baru untuk Seluruh Kader

Pimpinan Cabang (PC) IPNU & IPPNU Kota Madiun telah rampung menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) dan menghasilkan nahkoda baru yakni Rekan Husein dan Rekanita Zakia sebagai mandataris ketua terpilih.

Rekan Husein menyampaikan bahwa pihaknya masih tidak menyangka jika terpilih untuk menjadi ketua di periode ini. 

"Saya tidak menyangka kalau itu terjadi sekarang, karena saya berfikir bahwa akan menjadi Ketua IPNU di masa yang akan datang," ujar Rekan Husein.


Rekan Husein terpilih menjadi Ketua IPNU melalui proses Konferensi Cabang dan melewati segala tahapan persidangan.


Meski demikian, Rekan Husein memang tepat jika terpilih menjadi mandataris Ketua IPNU PC Kota Madiun, mengingat Rekan Husein telah masuk di IPNU tahun 2018 melalui Diklatama (Pendidikan dan Pelatihan Pertama) di Siman - Kab. Ponorogo.


Kemudian mengikuti Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) di Jiwan, Kab. Madiun pada tahun 2019.


Pada tahun 2021 Rekan Husein mengikuti Lakmud (Pelatihan Kader Muda) di Ngunut, Kab. Tulungagung. Dan di tahun 2022 mengikuti Latin (Pelatihan Instruktur) di Kebonagung, Kab. Pacitan.


Adapun beberapa pengalaman di luar pengkaderan seperti Rakorwil, Konferwil, Kongres, dan Konbes.


Rekan Husein menjelaskan harapannya ke depan adalah fokus pada pengembangan SDM untuk mencetak kader-kader yang berkualitas. 



Mengingat, bahwa IPNU adalah ujung tombak Nahdlatul Ulama di masa yang akan datang. Untuk itu, semakin banyak warga Nahdliyyin yang jenjang pengkaderan nya runtut, maka semakin banyak potensi NU mengalami kemajuan.

''Oleh karena itu, saya Husein Mandataris Ketua PC IPNU Kota Madiun memohon kepada jajaran PCNU, Banom, dan Lembaga untuk mensupport kami, serta saling bersinergi kedepannya," imbuhnya.


Lebih lanjut, Rekan Husein juga menyampaikan bahwa dalam 1 periode ke depan telah menyiapkan inovasi untuk seluruh kadernya.

''Saat Konfercab kemarin, saya soft launching buku Modul Kaderisasi: Pranoto Mongso Kaderisasi, yang berisi catatan pengkaderan saya, kemudian acuan dan aturan dari pedoman kaderisasi PP. IPNU. Buku itu juga berisi gagasan dan konsep yang saya tawarkan dan akan saya riset selama 2 semester ke depan. Sedikit saya sampaikan bahwa fokus satu periode ke depan adalah pengembangan SDM melalui kaderisasi formal, informal, dan non formal. Karena memang ruh nya IPNU adalah kaderisasi maka sudah sewajarnya jika implementasinya dalam bentuk pengkaderan,"


Lebih lanjut, Rekanita Zakia merupakan mandataris Ketua IPPNU PC Kota Madiun adalah juga seorang kader, dimana pihaknya pernah mengikuti LAKMUD pada bulan Mei lalu.


Selain itu, Rekanita Zakia juga pernah mengisi pondok romadlon di beberapa sekolah yang ada di kota madiun, serta di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran).


Rekanita Zakia berharap, bahwa di periode ini semoga PC IPPNU Kota Madiun menjadi lebih baik.

''Selain itu, harapan saya kader NU terutama pelajar di kota madiun menjadi lebih terawat dan tentunya dapat menorehkan perannya terutama bagi Nahdlatul Ulama kedepannya," pungkas Rekanita Zakia.


Dengan hadirnya nahkoda baru IPNU & IPPNU PC Kota Madiun diharapkan bisa menjadi role model bagi seluruh pelajar, sehingga bisa membawa organisasi ini menjadi lebih baik.***

* * *

📝 (Intan Gandhini ) 

📷 (doc. LTN NU KOTA MADIUN) 

Tuesday, August 29, 2023

Menyesali Doa yang Terkabul

Menyesali Doa yang Terkabul

Kanjeng Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita, kalau kita ditolong oleh sesama orang Islam, dalam hal kebaikan apapun bentuknya, untuk membalasnya sebagai salah satu bentuk syukur atau terima kasih. Man lam yasykurinnaasa lam yasykurillaah (barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah).

Jadi kebaikan apapun yang dilakukan oleh sesama muslim, kita harus berusaha untuk membalas kebaikannya. Kalau memang tidak bisa membalas dengan kebaikan, maka minimal membalas dengan mendoakan kebaikan untuk orang yang telah menolong kita.


Mendoakan sesama Islam itu sangat besar fadhilahnya. Di antara doa untuk sesama muslim adalah doa, Astaghfirullahal adzhiim lil waliwaalidayya walijam’iil muslimin wal muslimaat wal mukminiin wal mukminaat, al-ahyaai minhum wal amwaat. (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, bagi diriku, dan kedua orangtuaku, dan bagi seluruh ummat Islam laki-laki dan perempuan, dan bagi orang-orang mukmin laki-laki maupun perempuan, baik yang hidup maupun yang sudah mati).


Orang yang mendoakan sesama orang muslim akan diberi pahala sejumlah ummat Islam sedunia. Doa juga merupakan salah satu bentuk tersambungnya sedulur Islam. Sesama muslim itu bersaudara (seduluran). Bukan hanya di dunia, tapi juga di alam kubur dan akhirat.


Orang Islam dengan sesama Islamnya, harus rukun seperti satu kesatuan anggota tubuh. Kalau ada yang sakit maka yang lain ikut merasakan. Doa itu tidak ada buruknya. Doa adalah ibadah yang sangat disukai oleh Allah. Kita diperintahkan oleh Allah agar terus berdoa. Innallooha yuhibbul mulihiin fid du’a.


Sesungguhnya Allah senang dengan orang yang tambeng dalam berdoa. Maksudnya Allah sangat senang kalau ada hamba-Nya yang terus-menerus berdoa. Ia sering-sering berdoa. Setiap hari, setelah sholat atau saat ada kesempatan, ia berdoa. Banyaknya berdoa ini menunjukkan butuhnya sang hamba kepada pertolongan Allah. Karena itu, Allah pun senang. Jadi, Allah itu senang, semakin banyak dimintai tolong atas bantuan, Allah justru senang. Beda dengan manusia, sekali dua kali dimintai bantuan, dia masih mau bantu. Tapi kalau bolak-balik datang minta bantuan, biasanya malas memberi bantuan.


Doa-doa itu kalau diterima, akan dibalas, baik kontan, ditunda waktunya atau diganti dengan yang lebih baik menurut Allah. Bahkan, doa itu bisa saja disimpan oleh Allah dan diberikan kelak di akhirat.


Maka tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah meskipun doanya belum dikabulkan. Yang penting itu diterima Allah. Perkara dikabulkan di dunia ataupun disimpan oleh Allah itu terserah Allah. Karena Allah-lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita sebagai hamba-Nya.


Kita kalau berdoa harus punya keyakinan bahwa doa itu dikabulkan oleh Allah. Bahkan, doa-doa itu ternyata lebih enak dikabulkan di akhirat. Nanti di akhirat banyak orang yang menyesali doa-doanya telah dikabulkan di dunia. Mereka menyesal karena tahu begitu besar pahala Allah SWT sebagai balasan doa yang belum dikabulkan di dunia.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Monday, August 28, 2023

Kesalahan Robin Hood

Kesalahan Robin Hood

Raden Said sangat geram pada kezaliman penguasa pada zamannya. Dia pun memutuskan untuk menjadi perampok bernama Brandal Lokajaya. Seperti Robin Hood di Inggris, dia menjarah lumbung-lumbung pemerintah, lantas membagikan isinya kepada rakyat yang tercekik pajak tinggi.

Suatu hari Lokajaya melihat kakek tua yang memakai tongkat berkilau. Karena tergiur, dia rebut tongkat itu hingga si pria sepuh tersebut terjengkang dan menitikkan air mata. Lokajaya kaget bukan kepalang. Tongkat di tangannya bukan emas, melainkan kuningan. Merasa menyesal, dia kembalikan tongkat itu sembari bertanya mengapa si kakek menangisi tongkat kuningan tersebut. 


Sunan Bonang, kakek itu, berkata bahwa dirinya menangis bukan lantaran tongkatnya direbut. Sunan Bonang menitikkan air mata karena tak sengaja mencabut rumput saat terjatuh. 'Nyawa' rumput itu -katanya- sudah tercabut karena hal yang tidak berguna. 


Dialog singkat itu menggetarkan Brandal Lokajaya. Akhirnya dia menghentikan aksi perampokannya dan menjadi murid kakek tua itu. Selanjutnya ia dikenal sebagai Sunan Kalijaga. 


Dalam dialog selanjutnya, Sunan Bonang menyebut jalan radikal yang ditempuh Raden Said tersebut salah. Perampokan atas nama pembelaan orang miskin itu seperti mencuci baju kotor dengan air kencing. Bukannya menjadi bersih, malah menjadi pesing. 


(Kejahatan dan kemaksiatan meski dibungkus dengan motivasi dan niat baik tetaplah suatu keburukan).

Sunday, August 27, 2023

Jangan Lepaskan Genggaman Rasulullah

Jangan Lepaskan Genggaman Rasulullah

Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang paling agung, patut ditiru dan diamalkan akhlak-akhlak dan hubungan baik Beliau kepada semua kalangan manusia, baik yang beriman ataupun yang kafir. Sungguh Allah telah memuji Beliau di dalam ayat-Nya: "Sungguh engkau berada di atas akhlak yang agung."

Beliau juga menyitir sebuah hadits yang berbunyi: "Sesungguhnya perumpamaanku dan ummatku adalah seperti seorang laki-laki yang menyalakan api, kemudian binatang dan hewan-hewan kecil mau terjatuh ke dalamnya. Maka aku berusaha untuk mencegah kalian untuk tidak masuk ke dalam api itu, sementara kalian berusaha melepaskan diri dari genggamanku." [HR. Imam Al Syaikhoin]


Beginilah jasa Rasulullah SAW guna menyelamatkan ummatnya agar tidak masuk ke dalam neraka yang beliau umpamakan seperti api itu. Walaupun Rasulullah SAW telah berusaha sekuat tenaga, tapi masih ada saja yang mau melepaskan diri dari genggaman Beliau. Begitulah sifat manusia yang tabiatnya selalu ingin bermaksiat dan tidak patuh terhadap aturan-aturan Allah dan Rasulullah SAW. Namun pintu taubat bagi ummat ini selalu terbuka, selagi ummat ini mau berusaha membenahi diri dan berniat agar tidak mengulangi dosa-dosa yang telah diperbuat. Tidakkah kita ingat dengan salah satu hadits yang berbunyi: Innallaha kholaqo rohmata yauma kholaqoha miata rohmatin fa amsaka indahu tis'an wa tis'iina rohmatan, wa arsaka fi kholqihi kullihim rohmatan wahidatan. Artinya, "Sesungguhnya Allah menciptakan kasih sayang di hari penciptaannya dengan seratus kasih sayang. Allah menyimpan Rahmat, dan melepaskan satu kasih sayang untuk semua makhluk." [HR. Imam Bukhori]


Jika kita perhatikan bagaimana rasa kasih sayang seorang ibu yang khawatir akan anaknya yang akan terjatuh dari ranjang seraya menangisinya! Atau kasih sayang seekor induk dengan anak-anaknya, maka ketahuilah bahwa kasih sayang Allah kepada semua makhluk melebihi semua itu. Jika hanya satu bagian kasih sayang dapat kita saksikan di dunia ini, bagaimana dengan bagian kasih sayang Allah yang beliau simpan?


Di dalam reaksi yang lain, Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah membagi rahmat menjadi 100 bagian, Ia simpan 99 bagian, dan menurunkan satu bagian di bumi. Dari satu bagian ini, semua makhluk saling mengasihi, bahkan seekor kuda rela mengangkat tapalnya dan menjauhkannya dari anaknya agar tidak mengenainya." [HR. Imam Bukhori]


Dari ayat dan dua hadits-hadits ini tidakkah menunjukkan betapa kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya melebihi segala-galanya. Serta pintu taubat untuk makhluk-Nya terbuka lebar-lebar, tidak ada kata terlambat sebelum nyawa sampai di tenggorokan.


Oleh karenanya marilah kita perbaiki diri dan kita tanamkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW serta kepada keluarganya. 

Disarikan dari Prof. Dr. Habib Abdullah Baharun Yaman

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Friday, August 25, 2023

MERAHASIAKAN MISI, AWAL KESUKSESAN

MERAHASIAKAN MISI, AWAL KESUKSESAN

Merahasiakan misi, awal kesuksesan

إستعينوا عل إنجاح الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود. 

رواه أبو نعيم عن معاذ بن جبل

Nabi SAW bersabda :

"Mohonlah pertolongan dalam meloloskan hajat kalian dengan cara menyembunyikannya (bil kiriman). Sebab setiap orang yang mendapatkan anugerah nikmat menjadi sasaran kedengkian." [HR. Imam Abu Nu'aim dari Sayyidina Mu'adz bin Jabal]


Kalau ingin misi dan tujuan kita sukses Nabi Muhammad SAW memberi perintah agar kita menyembunyikan dan menutupnya dengan baik. Sebab kalau kita mempunyai misi penting dan kita tidak menutupnya dengan baik, maka banyak orang yang dengki dan iri. Setiap orang yang mempunyai nikmat atau akan mendapatkan nikmat yang besar, pasti ada orang yang dengki. Oleh karena itu agar misi dan tujuan kita bisa sukses dan berjalan lancar, pandai-pandailah menutupnya dengan baik (hidden agenda). Sehingga orang tidak perlu mengetahui prosesnya. Contoh kecil saja saat kita di pesantren mencintai seorang gadis, maka kita jangan menceritakan dan bertanya kepada teman-teman yang lain. Kalau kita menceritakan atau bertanya tentu banyak santri yang mengetahui, sehingga sulit untuk mendapatkan gadis tersebut. Atau ada seseorang yang ingin mencalonkan menjadi pejabat, maka dia harus pandai-pandai menutupi misinya. Kalau pun bergerak biarkan orang lain, sehingga saat penetapan anggota tiba-tiba dia yang menang. Mengapa kita harus pandai menutupi misi atau tujuan kita? Sebab hal-hal yang besar, penting itu pasti ada yang mendukung (pro) dan ada yang menentang (kontra). Dan, yang pasti ada orang yang iri, ada orang yang dengki, maka pandai-pandailah menutupinya agar misi tersebut sukses. 


Senada dengan hadits di atas adalah, "Sembunyikanlah proses dalam mengkhitbah (melamar), dan ramaikanlah pernikahanmu." Kalau masih proses meminta, melamar calon istri (khitbah) maka sembunyikanlah. Kalau sudah sukses dan siap untuk menikah maka ramaikanlah. Mengapa demikian? Berikut beberapa tujuan dan hikmahnya:

Pertama, kalau calon istrimu itu cantik dan banyak orang yang mengetahui maka kemungkinan orang lain akan berusaha mendapatkannya. Sehingga misi kita tidak sukses, atau sulit meraih kesuksesan. 


Kedua, dari keluarga calon istri itu tentu harus menjaga nama baik keluarga. Kalau terlanjur melamar secara ramai-ramai, banyak orang yang mengetahui dan ternyata tidak jadi menikah, maka hal ini akan membuat malu bagi keluarga calon istri. Dan untuk menjaga hal tersebut Rasulullah SAW bersabda, "Sembunyikanlah proses khitbah dan ramaikanlah proses pernikahan."


Mengapa ada orang yang dengki atas sebuah kenikmatan? Itulah yang namanya dunia. Jangan berharap di dunia itu berjalan secara lancar dan sukses tanpa adanya halangan. Selama masih di dunia sebaik-baiknya orang tentu mempunyai keburukan, dan sejelek-jeleknya orang tentu mempunyai kebaikan. Dari sekian banyak orang yang mendukung kita tentu ada beberapa orang yang tidak mendukung. 


Ketiga, hikmah dari sisi ilmu fiqih. Allah SWT memang sengaja tidak membuat sempurna. Sebab kalau Allah SWT membuat sempurna, misalnya semua orang Islam sepakat (ijma') mengatakan A, maka nanti yang tidak A sama halnya menentang ijma' (kesepakatan) dan itu namanya murtad. Agar sewaktu-waktu karena sebuah kemaslahatan kalau beda itu tidak sampai murtad, maka Allah SWT sengaja tidak membuat sempurna. 


Dulu saat NU kembali ke khittah (netral/tidak berpolitik) dan hal ini agar tidak sempurna maka ada beberapa tokoh NU yang mendukung beberapa partai tertentu. Dan ini bertujuan untuk mewadahi barangkali ada ummat yang kurang setuju dengan NU yang bersikap netral. Mungkin ada kader NU yang dari awalnya dia memang aktif dalam partai tertentu. Andai saja saat Muktamar NU di Situbondo itu sepenuhnya (sempurna) tokoh NU mutlak tidak berpolitik maka nanti kalau ada kader NU yang mempunyai kepentingan dalam partai tertentu, maka seakan-akan dia keluar dari ijma' ulama. Jadi dari sinilah perlunya kita itu bersikap beda. Sewaktu-waktu ada kemaslahatan masih ada jalan untuk mengambil kemaslahatan tersebut, meskipun harus berbeda.


Keempat, agar pahala kita bertambah. Dan terlalu enak kalau kita akan menikah tidak ada kesulitan, kalau kita berdakwah tidak ada halangan dan sebagainya. Dan dari situ akan menghasilkan mental yang kurang tangguh dan ulet. Sehingga perlu adanya orang yang dengki kepada kita. Akan tetapi kalau dengki janganlah sampai melewati batas. Sebab kalau mental kita kurang tangguh sementara kedengkian orang lain terlalu berlebihan maka kita sendiri yang terjatuh. 

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Wednesday, August 23, 2023

Zina vs Adzan

Zina vs Adzan

Rasulullah SAW bersabda, "Jika sebuah desa ada orang yang adzan, Allah akan menjaga desa tersebut dari adzab-Nya pada hari itu."

***

Pernah air sungai di kota Baghdad meluap disertai hujan deras, sehingga hampir menenggelamkan seluruh kota. Di waktu bersamaan, ada orang shalih di kota tersebut bermimpi. Dalam mimpinya, dia menyaksikan dari tepi sungai Dijlah luapan air yang mulai menggenangi pemukiman warga. Dia hanya bisa melihat sambil berkata, 

"La haula wala quwwata illa billah. Baghdad akan tenggelam."


Masih dalam mimpinya, tak selang lama, datanglah dua malaikat berwujud manusia. Terjadilah percakapan di antara keduanya, 

"Apa yang diperintahkan kepadamu?"

"Menenggelamkan kota Baghdad. Tapi perintah itu kemudian dicabut lagi."

"Kenapa?"

"Malaikat penjaga malam melaporkan bahwa tadi malam di kota Baghdad terjadi 700 perzinahan. Allah murka dan memerintahkan aku menenggelamkan Baghdad. Kemudian malaikat penjaga siang melaporkan ada 700 adzan dan iqamah, sehingga Allah mengampuni para pelaku zina disebabkan para pengumandang adzan dan iqamah."


Orang shalih itu lantas terbangun dari tidurnya. Air sungai terlihat berkurang sedikit demi sedikit. Baghdad terhindar dari musibah besar yang akan menelan jutaan korban.

[Dikutip dari kitab Tatsbitul Fuad juz 1]

(...) 

Mari kita bersyukur di lingkungan kita masih terdengar lengkingan suara adzan dan iqamah di masjid-masjid menjelang didirikannya sholat. Tanpa kita sadari, berkat para muadzin itulah lingkungan kita terhindar dari musibah akibat perilaku dosa yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Tuesday, August 22, 2023

BERAPA PERSEN SHALAT YANG DITERIMA ALLAH?

BERAPA PERSEN SHALAT YANG DITERIMA ALLAH?

Shalat merupakan ibadah yang paling utama bagi ummat Islam. Namun, kenyataannya masih banyak ummat Islam yang belum mau melaksanakan shalat. Sementara, yang sudah melaksanakan shalat, juga masih banyak yang shalatnya sekedar menggugurkan kewajiban. Banyak di antara kita ketika shalat tidak memperhatikan adab dan kualitas shalatnya. 

Perlu kita sadari, bahwa shalat merupakan ibadah yang sangat spesial. Karena dengan shalat kita sedang menghadap Raja Diraja. Sang Pemilik alam semesta. 


Dzat Yang Maha Agung. Mari kita renungkan, bagaimana keadaan kita ketika melaksanakan shalat. Sudahkah kita menyadari dengan segenap jiwa raga, kenapa siapa kita menghadap ketika shalat. 


Ketika kita akan menghadap pejabat, kita mempersiapkan diri sedemikian rupa. Pakaian dipilih yang paling baik. Sebelum waktu pertemuan sudah bersiap-siap. Kita takut membuat pejabat yang akan kita temui kecewa. Atau kita tidak ingin ditolak oleh pejabat tersebut. 


Lalu bagaimana dengan pertemuan dengan Sang Serba Maha. Kita sering kali menyepelekan pertemuan agung dalam shalat. Pakaian seadanya, kadang kusut dan kurang patut.


Lalu dalam melaksanakan shalat, kita sering melakukan sekenanya. Kurang memperhatikan sunnah-sunnah dan adab-adab yang menjadi syarat kesempurnaan shalat. Sekaligus menjadi syarat diterimanya shalat oleh Allah SWT. 


Keagungan Allah SWT mestinya hadir dan berada di hati kita. Dengan begitu, kita tidak akan main-main dalam melaksanakan shalat. Bukankah tidak ada orang yang bermain-main saat menghadap dan berbicara dengan seorang raja atau presiden. 


Dalam shalat seseorang menghadap Allah, Maha Raja yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Maha Agung, Maha Mulia dan Maha segalanya. 


Khusyu' berarti hadirnya hati di hadapan Allah SWT, sambil mengkonsentrasikan hati agar benar-benar merasa dekat kepada Allah SWT. 


Shalat kondisi seperti ini akan membuat hati tenang, gerakan-gerakan thuma'ninah, serta menjaga adab di hadapan Allah Yang Maha Agung. Dengan demikian, kita insyaAllah bisa menjaga konsentrasi terhadap apa yang kita ucapkan dan yang kita lakukan dalam shalat dari awal sampai akhir. 


Jauh dari was-was dan pemikiran duniawi. Ini merupakan ruhnya shalat. Shalat yang tidak ada kekhusyukan adalah shalat yang tidak ada ruhnya. 


Bandingkan dengan kita, saat shalat pikiran kita melayang kemana-mana. Wajahnya menghadap Ka'bah, tapi hati dan pikirannya entah kemana. 


Padahal Rasulullah SAW telah memberikan peringatan, bahwa banyak ummat manusia yang tidak mendapat pahala shalatnya. 


Ia hanya mendapat kepayahan dan keletihan. Rasulullah SAW bersabda : "Betapa banyak orang yang mengerjakan shalat namun ia hanya mendapatkan lelah dan capek dari shalatnya itu." [HR. Imam ad-Darimiy, Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah]


Yang diterima Allah hanya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba selesai dari shalatnya dan dia tidak mendapatkan dari shalatnya kecuali sepersepuluhnya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, atau setengahnya." [Musykilul atsar]


Demikian pula, disebutkan dalam riwayat yang lain. Shalat yang akan diterima Allah adalah bagian shalat yang dia ingat atau sadari. 


Bisa saja hanya 80%, 50%, 20% bahkan hanya 5% saja. Sebagaimana dawuh Kanjeng Nabi SAW, "Sungguh seorang hamba shalat dengan satu shalat, tidak ditulis baginya (pahala) seperenam atau sepersepuluhnya. Namun shalatnya ditulis apa yang dipahaminya." [Hilyatul Auliya']


Beliau juga bersabda, "Seorang hamba tidak mendapatkan bagian shalat kecuali bagian yang dia berakal pada saat mengerjakannya."


Misalnya ketika sujud saja dia mengingat Allah SWT maka pahala yang diterimanya adalah pahala untuk sujud, misal dalam melaksanakan shalat hanya khusyu' saat ruku' maka pahala yang didapat adalah pahala ruku' saja.


Salah satu upaya agar shalat kita menjadi utuh pahalanya adalah dengan melaksanakan shalat berjamaah. 

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Monday, August 21, 2023

Pemimpin Sejati

Pemimpin Sejati

Suatu ketika seorang laki-laki menghadap Nabi Muhammad SAW dan gemeteran saat berbicara karena wibawa beliau. 

Nabi SAW menenangkan, "Tenang saja! Aku bukan raja. Aku hanyalah anaknya perempuan Quraisy yang biasa makan ikan asin."


Sungguh luar biasa kerendahan hati beliau. 

***

Ketika Rasulullah SAW datang di Mekkah, setelah sekian lama hijrah, sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA sowan bersama ayahandanya, Utsman yang lebih dikenal dengan julukan Abu Quhafah. 


Melihat sahabat karib sekaligus mertuanya bersama ayahandanya itu, Rasulullah SAW pun bersabda, 

"Wahai Abu Bakar, mengapa Anda merepotkan orang tua? Mengapa tidak menunggu aku yang sowan beliau di kediamannya?"


Meski Rasulullah adalah makhluk Allah paling mulia, beliau tetap menghormati orang yang lebih tua.

***

Rasulullah SAW sering naik atau membonceng kendaraan paling sederhana saat itu, yaitu keledai. Beliau suka menyambangi dan duduk bercengkrama dengan orang-orang fakir miskin. 

***

Rasulullah SAW mengerjakan pekerjaan rumah, membersihkan dan menambal sendiri pakaiannya, memerah susu kambingnya, menjahut terompahnya yang putus, menyapu dan membuang sampah, memberi makan ternak, ikut membantu istrinya mengaduk adonan roti, dan makan bersama-sama pelayan. 

***

Beberapa kisah dan fakta di atas memberi bukti bahwa, kebesaran Rasulullah SAW sebagai pemimpin agama maupun pemimpin negara tidak mampu mengubah sikap dan gaya hidup sederhana beliau. 


Keistimewaan orang istimewa terletak pada kekuatannya untuk tidak terlena dan terpengaruh oleh keistimewaannya itu.


Untuk para pemimpin, mari teladani apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW tersebut.

Anda Punya Pacar, Putus Dia Sekarang Juga!

Anda Punya Pacar, Putus Dia Sekarang Juga!

Dikisahkan, ada seorang pria tergila-gila pada seorang wanita. Namun, dia belum memiliki kesempatan untuk meluapkan perasaannya itu. Dia juga sangat ingin mengajak wanita itu bercumbu. 


Pada suatu malam si wanita keluar rumah untuk suatu keperluan. Kesempatan emas itu tidak disia-siakan. Pria itu mengikuti wanita pujaannya. Setelah wanita itu berada di tempat sepi pria itu mengungkapkan perasaan yang selama ini dia tutupi. 


Setelah mendengarkan, si wanita bertanya kepada pria yang mencintainya itu, 

"Lihatlah ke kampung! Apakah semua warga di kampung ini sudah tidur semua?"


Mendengar itu, bahagia hati si pria. Gejolak nafsunya semakin terbakar hebat. Pria itu menduga si wanita juga memiliki perasaan yang sama dan rela melakukan perbuatan haram seperti yang dia harapkan. 


Dia segera berjalan cepat menuju perkampungan. Diamati rumah demi rumah, tidak ada satupun rumah warga yang terjaga. Semuanya terlelap dalam buaian mimpi. Dia kembali ke tempat wanita itu menunggu. 

"Ya. Semua warga kampung telah tidur." lapor si pria. 

Si wanita bertanya lagi, "Menurutmu Allah saat ini apakah juga tidur?"

"Allah tidak pernah tidur." jawab si pria. 

"Allah yang tidak pernah tidur SENANTIASA MELIHAT KITA, walaupun tidak ada satupun manusia yang melihat kita berdua. Mestinya kita harus TAKUT PADA ALLAH bukan pada manusia."


Mendengar kata-kata wanita itu, muncul perasaan takut di hati si pria. Tanpa berkata apa-apa dia segera meninggalkan tempat itu pulang ke rumah seraya bertaubat. 


Beberapa tahun setelah peristiwa itu, si pria meninggal dunia. Sebagian orang sholeh ada yang bermimpi bertemu dengannya. Dalam mimpinya dia ditanya, "Apa yang Allah lakukan kepadamu?"

"Dia mengampuniku sebab rasa takutku pada-Nya dan sebab meninggalkan dosa melakukan perbuatan haram pada seorang wanita."

[Dikutip dari Mukasyafatul Qulub-nya Imam Al Ghozali hlm. 11]

(***) 

"Jangan kalian takut pada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku." [QS. Al Maidah:44]

Sunday, August 20, 2023

BAHAYA MENGINGKARI AMALIYAH ULAMA

BAHAYA MENGINGKARI AMALIYAH ULAMA

Berapa banyak keburukan peperangan, kerusuhan, kekacauan yang menyebar di dunia ini di kalangan ummat semuanya ini setelah menyebarnya praktek-praktek riba dan permusuhan terhadap para wali Allah. Orang-orang yang tidak mengerti tersebut mengingkari terhadap para wali Allah dan hal-hal sunnah yang bersumber dari Al-Kitab dan Sunnah. Mereka menamakan perbuatan yang dilakukan oleh para wali tersebut sebagai bid’ah bahkan ada yang mengatakan itu syirik.

Sesungguhnya di antara bid’ah yang paling besar di dalam ummat ini ialah manakala mereka mengucapkan kata-kata yang kurang ajar terhadap para walinya Allah dan juga dengan mengucapkan perkataan yang tanpa didasari ilmu.


Mereka ingkar terhadap orang-orang yang membaca surat Yaasin. Apakah ada sunnah yang mengingkari pembacaan Al-Qur’an? Mereka ingkar, tidak suka kalau ada orang yang membaca Al-Qur’an di dekat kuburan. Apakah ada hal tersebut di dalam kitab dan sunnah yang mengajarkan untuk ingkar? Ilmu darimana sumbernya ini? Kemana dia berdasarkan dan bersandar? Darimana asalnya ilmu tersebut?


Nabi Muhammad SAW sebagai sang pengajar sunnah, hanya mengharamkan pembacaan Al-Qur’an untuk dibaca oleh orang yang dalam keadaan junub, janabah ataupun sedang dalam hadats besar ataupun dalam keadaan haid. Maka darimanakah dasarnya mereka mengharamkan orang-orang yang membaca Al-Qur’an selain daripada keadaan yang disebutkan tadi, dan kemudian menyebutnya sebagai perbuatan bid’ah? Barangsiapa yang mengharamkan dan mengingkari pembacaan Al-Qur’an manakala dibaca oleh orang-orang yang tidak dalam keadaan hadats besar atau dalam keadaan datang bulan sesungguhnya mereka adalah pelaku bid’ah sebenarnya.


Al-Qur’an itu besok datang di hari kiamat sebagai pembawa syafaat bagi orang-orang yang melazimkan dan membacanya. Orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an di depannya, maka Al-Qur’an akan memimpin dia menuju surga. Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an di belakangnya maka Al-Qur’an akan mendorong dia ke dalam api neraka.


Ajaran Rasulullah lainnya adalah shalat sunnah Witir dan shalat sunnah Dhuha. Syeikh Abu Bakar bin Salim dari kecil tidak pernah meninggalkan shalat Dhuha dan Witir secara sempurna, shalat Witir sebelas rakaat dan Dhuha delapa rakaat. Upayakan agar kita senantiasa melazimkannya walau tiga rakaat sholat witir. Nabi Muhammad SAW berkata, “Witir itu sungguh suatu ketetapan, barangsiapa yang tidak sholat Witir maka dia bukan bagian dari kami”. Selain itu juga upayakan untuk senantiasa melazimkan sholat Dhuha walaupun dua rakaat.


Diriwayatkan oleh Imamul Muslim bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh setiap persendian yang kita miliki wajib kita bayar sedekahnya. Maka dengan kita setiap kali bertasbih itu pembayaran sedekah, setiap takbir sedekah dan setiap ucapan Laailaha Illallah sedekah, setiap ucapan Hamdalah sedekah, setiap amar ma’ruf sedekah dan juga pencegahan dari kemungkaran itupun ditulis sedekah”.


Sholat Dhuha dua rakaat yang kita kerjakan dapat menebus tugas sedekah dari seluruh tubuh ini. Selain itu sholat Dhuha juga menjadi sebab terjaganya manusia dari godaan syaithan dan tidak akan diganggu oleh kaum Jin. Orang-orang yang sering terkena gangguan jin itu disebabkan mereka tidak melaksanakan shalat Dhuha dan tidak membaca wirid dan dzikir.


Jika kita ingin menolak bala’, tolaklah bala’ dengan sedekah. Sungguh sesuap sedekah itu menolak bala dan musibah. Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian bersedekah di pagi hari sebab bala apabila mau datang tidak dapat melompati dan mendahului sedekah itu”. Disebutkan oleh Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf bahwa di antara orang-orang baik, kaum sholihin yang ada di kota Seiwun mereka sudah menyiapkan sedekah mereka dari malam, ketika masuk Shubuh, mereka berpesan kepada anggota keluarganya agar sedekahnya untuk disiapkan dan begitu adzan Shubuh, maka dikeluarkanlah sedekah tersebut. Mereka sholat Shubuh di masjid hingga kemudian kembali sehabis sholat Dhuha ke rumahnya.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Monday, August 7, 2023

Niat, Boleh Diucapkan atau Tidak?

Niat, Boleh Diucapkan atau Tidak?

Suatu ketika, partai Masyumi di Yogyakarta mengadakan perdebatan mengenai sikapnya terhadap pembentukan Kabinet Hatta yang dalam salah satu programnya hendak melaksanakan persetujuan Renville. 

Timbul suara pro kontra di antara tokoh-tokoh terkemuka dalam partai Masyumi, apakah bersedia memenuhi ajakan Bung Hatta duduk dalam kabinet yang programnya antara lain melaksanakan suatu persetujuan yang ditentang mati-matian oleh partai ini. 


Sebagian bersikap menolak duduk dalam kabinet yang sedang dibentuk oleh wakil presiden itu dengan alasan etika politik. Sebagian bersikap pro duduk dalam kabinet yang akan melaksanakan persetujuan Renville, karena persetujuan tersebut merupakan antara negara dengan negara. 


Dalam kehangatan perdebatan itu, Kiai Wahab tampil dengan pendiriannya yang tegas; Setuju duduk dalam kabinet yang sedang dibentuk Bung Hatta. 


Kiai Wahab kemudian menjelaskan, "Persetujuan Renville telah kita tentang karena kita pandang sebagai perkara munkar yang merendahkan martabat kemerdekaan. 

Kita berkewajiban menurut agama melenyapkan tiap-tiap yang munkar dengan kekuatan maksimal. Kewajiban tersebut hanya bisa kita tunaikan jika kalau kita duduk dalam Kabinet Hatta. Kalau kita berada di luar kabinet, kita tidak bisa berbuat apa-apa, paling banter cuma gembar-gembor."


Demikian pendirian Kiai Wahab yang seketika mendapat dukungan mayoritas. 


Salah seorang peserta mengusulkan, "Kalau begitu, siapa saja yang duduk nanti dalam Kabinet Hatta harus berniat hendak melenyapkan pelaksanaan Persetujuan Renville."


Semua setuju KH. Raden Hajid dari pimpinan Muhammadiyah mengusulkan agar setiap calon Menteri yang akan duduk dalam kabinet ini harus mempunyai niat bagaimana? 


Kiai Wahab menjawab, "Niatnya, izalatul munkarat (melenyapkan yang munkar)."

"Kalau begitu, niatnya harus diucapkan." usul salah satu Kiai dari Muhammadiyah kala itu. 

Dijawab oleh Kiai Wahab, "Mana dalil Al-Qur'an atau haditsnya mengenai talaffudz bin niyyat (melafalkan niat)?"


Serentak hadirin tertawa riuh, karena dua tokoh ini mewakili dua aliran dalam Islam tentang dianjurkan atau tidaknya mengucapkan lafal niat (dengan mengucapkan ushalli) pada tiap sembahyang.

[Dikutip dari buku MBAH WAHAB HASBULLAH Kiai Nasionalis Pendiri NU karya KH. Saifuddin Zuhri]

(***) 

Sebagaimana diketahui, para pengikut Nahdlatul Ulama senantiasa melafalkan niat pada tiap sembahyang, sedang pengikut Muhammadiyah tidak. Tetapi dalam masalah Renville ini jadi lucu kedengarannya, karena golong yang tidak membenarkan talaffudz dalam niat sembahyang serta merta menghendaki talaffudz dalam niat calon-calon Menteri yang akan duduk dalam Kabinet Hatta.

Sunday, August 6, 2023

KEHIDUPAN PARA NABI AS DI DALAM KUBUR

KEHIDUPAN PARA NABI AS DI DALAM KUBUR

Apakah para nabi hidup dalam kubur mereka?

Para nabi, demikian pula orang-orang yang mati syahid, hidup dalam kubur mereka dengan kehidupan alam Barzakh. Mereka mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah untuk mereka ketahui terkait keadaan-keadaan alam ini. Al-Qur'an al-'Adzhim menegaskan adanya kehidupan orang-orang yang mati syahid di alam Barzakh mereka. 

Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." [QS. Al-Baqarah: 154]


Tak diragukan bahwa kehidupan para nabi 'alaihimussalaam dan orang-orang pilihan yang mewarisi mereka lebih utuh dan lebih sempurna dari kehidupan orang-orang yang mati syahid, karena mereka memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding mereka yang mati syahid. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

"Maka orang-orang (yang menaati Allah dan Rosul-Nya) itu akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh.

Mereka (para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh) itulah teman yang sebaik-baiknya." [QS. An-Nisa': 69]


Apakah Kehidupan Nabi di dalam kubur mereka juga dinyatakan Sunnah secara jelas?

Ya, dalam hadits-hadits shohih dinyatakan mereka tetap dalam kondisi hidup dan bumi tak memakan jasad mereka.


Dari Sayyidina Anas RA, Nabi SAW bersabda: "Pada malam saat aku mengalami Isro', aku menemui Musa yang sedang berdiri di atas kuburnya di bukit pasir merah." [HR. Imam Muslim]


Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum'at. Maka, perbanyaklah sholawat kepadaku karena sesungguhnya sholawat kalian disampaikan kepadaku." 

Para sahabat bertanya, "Bagaimana sholawat kami disampaikan kepadamu sedang kamu sudah menjadi tulang belulang?"; Maksudnya, sudah usang.

Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi bumi memakan jasad para nabi." [HR. Imam Abu Daawud, Imam An-Nasa'i, Imam Ibnu Maajah, Imam Ad-Darimi, dan Imam Achmad dari Sahabat Aus bin Aus RA]


Disebutkan pula dalam riwayat bahwa mereka pun bersholawat dan amal kebajikan mereka tetapi berlaku seperti kehidupan mereka.


Di antaranya adalah sabda Nabi SAW: "Para nabi hidup di kubur mereka. Mereka sholat." [HR. Imam Abu Ya'la dari Sayyidina Anas bin Malik RA]


Sebagaimana kehidupan para nabi AS yang telah dipaparkan di atas juga tidak bertentangan dengan sabda Nabi SAW: "Tidaklah ada seorang yang memberi salam kepadaku melainkan Allah mengembalikannya ruhku kepadaku hingga aku dapat menjawab salamnya." [HR. Imam Abu Daawud, Imam Achmad, dan Imam Baihaqi dari Sayyidina Abu Hurairah RA]


Makna "mengembalikan" di sini adalah pengembalian esensi ruh dari sisi bahwa Rasulullah SAW merasakan adanya salam dari salah seorang ummat beliau yang memberi salam kepada beliau. Hadits ini mengungkapkan sebagian, tapi maksudnya keseluruhan. Pada hadits ini terdapat mudhof (kata yang dinisbatkan) namun tak disebutkan, jadi maksudnya: Allah mengembalikan esensi ruh atau hal-hal terkait, seperti bicara. WALLAHU A'LAM -dan Allah lebih mengetahui. Sebagian ulama mengatakan bahwa konsekuensi pengembalian ini menjadikan ruh Nabi SAW senantiasa berada pada jasad mulia beliau, karena dari segala yang ada ini tiada sunyi di antara ummat beliau yang menghaturkan salam kepada beliau.


Dari Sayyidah Aisyah RAnha, ia berkata, "Aku masuk rumahku yang di dalamnya Rasulullah SAW dan ayahku dimakamkan. Aku pun menanggalkan pakaianku. Aku katakan, "Sesungguhnya ia (yang berbaring di makam itu) suamiku dan ayahku. Begitu Umar dimakamkan bersama mereka, demi Allah, tidaklah aku masuk melainkan aku dalam keadaan berpakaian yang tertutup rapat lantaran malu kepada Umar'." [HR. Imam Achmad dan Imam Hakim]


Ini menunjukkan bahwa Sayyidah Aisyah RAnha tak ragu bahwa Sayyidina Umar melihatnya. Karenanya ia menjaga diri dengan menutup rapat auratnya kala hendak memasuki ruangan itu setelah Sayyidina Umar dimakamkan di rumahnya.


Bisa atau tidakkah kita memperoleh manfaat di dunia ini dari mereka yang sudah wafat?

Ya, mayit dapat memberi manfaat kepada orang yang masih hidup. Dinyatakan dalam riwayat bahwa mereka mendoakan orang-orang yang hidup dan memberi syafaat bagi mereka.


Imam Abdullah bin 'Alawai Al-Haddad, semoga Allah meridhoinya dan memberi manfaat kepada kita dengan ilmunya, mengatakan, "Sesungguhnya manfaat yang diberikan orang-orang yang sudah mati kepada orang-orang yang masih hidup lebih banyak dari manfaat orang-orang hidup kepada mereka, karena orang-orang yang hidup sibuk hingga terlalaikan dari mereka karena perhatian mereka terhadap rezeki, sementara orang-orang yang mati telah terbebas dari rezeki duniawi dan tidak memperdulikannya lagi kecuali berupa amal-amal sholeh yang mereka persembahkan, dan mereka tidak memiliki keterkaitan kecuali dengan amal-amal itu, seperti para malaikat."


Apa dalil yang menetapkan adanya manfaat yang didapat oleh orang-orang hidup dari orang-orang mati?

Dalilnya adalah sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya amalmu disampaikan kepada kerabat dan keluargamu (yang sudah mati). Jika amalmu baik, mereka bergembira. Adapun jika amalmu tak demikian, mereka berkata, 'Yaa Allah, jangan Kau matikan mereka hingga Kau beri mereka petunjuk sebagaimana Engkau memberi petunjuk kepada kami'." [HR. Imam Achmad dari Sayyidina Anas bin Malik RA]


Al-Bazzar meriwayatkan dengan mata rantai riwayat yang shohih dari Sayyidina Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi SAW: "Hidupku bagi bagi kalian. Kalian mengadakan (berbagai masalah) dan diadakan bagi kalian (hukum-hukum dan ketetapan syariat). Dan wafatku baik bagi kalian, amal-amal kalian disampaikan kepadaku. Bila ada kebaikan yang aku lihat, aku memuji ALLooh. Dan bila ada keburukan yang aku lihat, aku mohonkan ampunan bagi kalian." [HR. Imam Al-Bazzar, Imam Ibnu Sa'ad dan Imam Harits bin Abi Usamah]


Ulama mengatakan, "Adakah manfaat yang lebih besar dari permohonan ampunan Rasulullah SAW saat disampaikan kepada beliau amal salah seorang di antara ummat beliau yang melakukan keburukan?"


Sebagian ulama ahli tahqiq mengatakan, "Di antara dalil terbesar yang menyatakan adanya manfaat orang-orang mati bagi orang-orang hidup adalah kejadian yang dialami Sayyidina Rasulullah SAW di malam Isro'; ketika Allah mewajibkan sholat lima puluh waktu kepada beliau. Kemudian Nabiyullah Musa AS memberi saran kepada beliau agar kembali menghadap Tuhannya dan meminta kepada-Nya agar diberi keringanan sebagaimana dipaparkan dalam Ash-Shohih. [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidina Anas bin Malik RA]


Kala itu Sayyidina Musa AS telah wafat dan seluruh ummat Muhammad SAW berada dalam keberkahannya sampai Hari Kiamat. Hal itu lantaran mereka mendapat keringanan dari lima puluh menjadi sholat lima waktu dengan perantaraan Nabi Musa AS. Ini merupakan manfaat terbesar dan faedah teragung.


Ketahuilah, bahwa yang diuraikan di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi SAW: "Jika anak Adam (manusia) mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal..." [HR. Imam Muslim dari Sayyidina Abu Hurairah RA]


Maksudnya, amalnya untuk dirinya sendiri terputus, yaitu amal yang dengan melakukannya bertambah pahala baginya. Amal semacam itu yang terputus dengan datangnya kematian.


Adapun amalnya untuk orang lain, seperti juga doa dan permohonan ampunan untuk orang-orang yang masih hidup (lainnya), hadits itu tak menunjukkan keterputusannya. Bahkan telah dinyatakan amalnya tetaplah langgeng setelah kematian sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Wednesday, August 2, 2023

Jatah

Jatah

Abu Yazid Al Bustami (wafat 874 M) bermimpi ditemui Kanjeng Nabi Muhammad SAW. "Sampaikan salamku kepada si Fulan di kota "Anu", dawuh Kanjeng Nabi (aw kamaa qaal). 

Abu Yazid segera berangkat ke Kota "Anu", mencari Fulan yang belum dikenalnya. Setelah tanya kanan-kiri, ia malah kaget mendapat info bahwa si Fulan itu jago 'minum' paling kesohor. Bisa dengan mudah ditemukan di kedai tuak langganannya, karena tiap hari tanpa pernah absen ia istiqomah nongkrong di situ. 

Abu Yazid jadi ragu, " Masak iya Kanjeng Nabi kirim salam buat orang kayak gitu?"


Niatnya menemui si Fulan buyar. Tapi Kanjeng Nabi mendatanginya lagi dalam mimpinya, "Kenapa belum kau sampaikan salamku?" Kanjeng Nabi menggugat. 


Abu Yazid pun bingung sekali. Baru setelah Kanjeng Nabi lagi-lagi datang dengan gugatan yang sama, Abu Yazid tak berani menunda lagi. Ia kuat-kuatkan tekad dan betah-betahkan malu mendatangi kedai tuak itu. Pelayan kedai menunjukkan tempat si Fulan duduk, orang Itu tampak sedang bersenda-gurau dengan sekumpulan biang tuak yang kelihatan sudah mabuk berat semua! 


Abu Yazid tertegun. Baru saja ia membalikkan badan hendak keluar kedai, terdengar ada yang memanggil namanya, "Hai, Abu Yazid!"


Ia kaget sekali, ternyata yang memanggilnya adalah si Fulan! Dari mana ia tahu namanya? 


Fulan mengajaknya duduk dan memperkenalkannya dengan teman-teman minumnya. Setelah sejurus meramah-tamahi kumpulan pemabuk itu, Abu Yazid diajak menyingkir sedikit untuk bicara bisik-bisik berdua. 


"Kamu bawa kiriman buatku ya?" Fulan menagih. 

Abu Yazid mengangguk. "Salam dari Nabi Muhammad SAW, 'Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..."

"'Alaika wa 'alaihissalaam warahmatullahi wabarakatuh", mata Fulan berkaca-kaca. 

" Begini", Fulan melanjutkan tanpa perduli pandangan mata Abu Yazid yang penuh tanda tanya, "Sudah lama sekali aku tiap hari nongkrong di sini... Kau lihat orang-orang mabuk itu?"

Abu Yazid melirik mereka dan mengangguk. Fulan menepuk-nepuk bahunya. 

"Kelompok mereka itu tadinya ada sekitar 40 orang. Sekarang tinggal 8. Nah... yang tersisa itu bagianmu!"


Fulan pergi meninggalkan Abu Yazid bersama sekumpulan orang teler.

Tuesday, August 1, 2023

Banyak Amal Bermakna Jihad

Banyak Amal Bermakna Jihad

Fenomena saat ini banyak masyarakat yang ingin berjihad fi sabilillah dengan melibatkan diri dengan kelompok tertentu di luar negeri. Kita sangat khawatir bahwa pemahaman itu akan merambah ke ummat Islam yang tekadnya besar, niatnya baik, tapi tidak didasari oleh ilmu pengetahuan dan pemahaman Islam yang benar.

Kalau kita membaca kitab-kitab tafsir dan fiqh tentang makna jihad, tentu kita akan sedikit terkejut bahwa ternyata makna jihad itu bukan hanya perang. Dalam bahasa arab perang itu disebut qital, harb, ghoz dan jihad termasuk salah satu yang bisa dimaknai perang dalam kondisi tertentu. Tapi musuh-musuh Islam sekarang, yakni orang yang ingin menghancurkan Islam menjadikan makna jihad menjadi perang tentu hal ini sangat merugikan ummat Islam. Jihad dalam arti luas adalah semua bentuk perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah. Dan jika perjuangan itu membutuhkan perang maka itu namanya jihad. Dan apabila perjuangan itu membutuhkan ta’lim, pengajaran maka juga termasuk jihad. Apabila perjuangan itu membutuhkan menutup lokalisasi, atau membutuhkan pemberantasan korupsi, atau pemberantasan narkoba maka juga termasuk jihad dan masih banyak lagi, yakni semua yang mengarah kepada tegaknya syariat Islam dinamakan jihad. Jadi, jihad itu tidak harus berperang.


Kalau pun jihad itu kita maknai perang itu harus ada komando, atau Negara yang menyatakan perang, bukan jihad semaunya sendiri. Misalnya dua, tiga orang membuat bom dengan berniat untuk berjihad melawan kemaksiatan dan ini tentu bukan jihad. Kemudian, misalnya untuk menegakkan kalimat Allah ada suatu organisasi di dalam atau di luar negeri lantas kita bergabung di dalamnya, yang mana selalu menghembuskan perlawanan, kekerasan dan bahkan pembunuhan dan sebagainya tentu juga bukan dinamakan jihad. Memang kalimat jihad itu sangat mempesona, mengapa demikian? Sebab jihad itu kalau menang menjadi hebat di dunia dan kalau kalah akan selamat di akhirat. Yakni orang-orang yang mati dalam keadaan syahid. Kalau jihad itu macamnya banyak maka syahid pun juga bermacam-macam.


Dalam hal ini Rasulullah SAW menjelaskan ada banyak orang yang termasuk dalam keadaan mati syahid (syahid akhirat). Di antaranya orang yang mati dalam keadaan sedang mencari ilmu, orang yang mati dalam keadaan tenggelam dan beragama Islam, mati dalam keadaan melahirkan, mati dalam keadaan membela harta dan kekayaan, orang yang mati dalam keadaan tertimbun (misalnya tanah longsor), orang yang mati dalam keadaan sakit perut (angin duduk) dan masih banyak lainnya. Ini semua dengan catatan berakidahkan tauhid dan beragama Islam. Ini semua sebagai harapan bahwa tidak hanya orang yang berperang membela Islam kemudian mati dalam keadaan syahid, dengan ketentuan caranya benar.


Kemudian kalau kita diperalat seperti salah satu organisasi yang memang sebenarnya bukan musuh Islam, maka matinya bukan dalam keadaan mati syahid. Sebenarnya kalau kita mau memperhatikan ummat Islam di sekitar kita, maka sangat banyak sekali peluang untuk berbuat baik mendapatkan pahala. Jadi, jihad itu tidak harus berperang, masih banyak ladang untuk melakukan jihad dengan baik dan benar.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Pandangan Haram Hantarkan Su'ul Khatimah

Pandangan Haram Hantarkan Su'ul Khatimah

Mendidik anak-anak merupakan bagian urusan agama yang mempengaruhi akhirat kita. Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh. Terutama pendidikan anak-anak, perhatikanlah ajaran mana yang mereka ikuti, mereka sukai dan mereka teledani. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan mempertanggungjawabkan apa yang dipimpinnya.

Didiklah anak-anak kalian untuk mencintai agama, mencintai Rasulullah SAW, dan kaum Shalihin. Didiklah mereka agar memperhatikan perkara Allah SWT, Rasul-Nya dan hari kiamat. Serta bersungguh-sungguh dalam menyebut Allah SWT dan menjalankan ibadah sholat.


Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika menginjak usia 7 tahun. Ketika usia 10 tahun pukullah mereka jika meninggalkan sholat. Dan bangunkanlah mereka untuk sholat jika tidur. Ikutilah agama dan sunnah Rasulullah SAW. Berapa banyak TV yang berada di rumah-rumah yang telah merusak dan menghilangkan iman kita.


Hal itu menjadi salah satu sebab seseorang meninggal dalam keadaan Su'ul Khotimah.


Seperti dikisahkan seseorang yang meninggal ketika melihat gambar-gambar yang penuh maksiat di televisi dalam keadaan hatinya mati. Dan ia menjalani sakaratul maut dengan susah payah.


Sebaliknya, hati-hati yang sholeh akan meninggal dalam keadaan mengingat para Nabi, Sayyidah Fatimah, dan Sayyidah Khodijah, sahabat, kaum Muhajirin dan Anshor. Dan kelak akan dibangkitkan bersama mereka.


Beberapa orang ketika sakaratul maut tidak bisa berkata Laa ilaaha illallah, bahkan setelah ditalqin. Namun mereka dapat mengucap kata selain Laa ilaaha illallah.


Ketika ditanyakan kepada salah satu mayat di dalam mimpi, "Kenapa engkau tidak bisa berkata Laa ilaaha illallah?" Ia pun menjawab, "Yang mencegah saya berkata Laa ilaaha illallah adalah pandangan-pandangan haram ketika saya di dunia." Itulah hal yang mencegah antara kita dan Allah SWT (Laa ilaaha illallah).


"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." [QS. An-Nur: 30]


Dahulu orang-orang kafir di Indonesia menutup aurat mereka karena malu dengan wanita-wanita muslimat dan karena haibah (keagungan) agama. Sekarang justru wanita-wanita muslimat yang bertabarruj (memamerkan kecantikan).


Wahai Allah SWT Yang Maha Penolong, tolonglah kami! Wahai Allah SWT Yang Maha Perubah Keadaan, rubahlah keadaan kami menjadi lebih baik!


Ajaklah anak-anak kalian, laki-laki dan perempuan, kepada kebaikan dan menuntut ilmu yang bermanfaat.


Kalian akan menghadap Allah SWT dengan wajah seperti apa jika mendukung anak kalian pergi ke negara-negara kafir! Apa yang akan mereka pelajari di sana?! Seberapa besar nilai yang mereka dapatkan sepulang dari sana dan cahaya apa yang mereka bawa? Bahkan kadang-kadang mereka pergi tanpa Muhrim!


Wahai yang tak beradab! Di Padang Mahsyar kalian akan diliputi kegelapan dan menyesali perbuatan (mendukung kepergian itu) sedangkan orang-orang lain berada di bawah lindungan junjungan-junjungan kita.


Oleh karena itu kirimlah anak-anak kalian ke tempat-tempat belajar agama. Sehingga iman mereka menguat dan yakin. Kirimlah anak-anak perempuan kalian bersama muhrim.


Bertaqwalah kepada Allah SWT... berapa lamakah umurmu di dunia?! Siapakah yang berada di hati kalian?! Kalian telah mengagungi perbuatan, perkataan, dan ilmu-ilmu orang kafir! Sesungguhnya ilmu Rasulullah SAW (Al-Mukhtar) lebih agung!


Hidupkanlah pada diri kami ilmu Nabi kita Rasulullah SAW yang memberi petunjuk dan jalan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT merubah keadaan menjadi lebih baik. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Monday, July 31, 2023

Siapa Orang Istimewa Itu?

Siapa Orang Istimewa Itu?

Syaikh Abdurrahman Ba Jalhaban memiliki seorang istri yang tidak patuh dan berakhlak buruk. Cacian, makian dan piring terbang selalu dihadapi dengan sabar oleh beliau.

Suatu ketika Syaikh Abdurrahman bepergian menuju suatu tempat yang jauh. Beliau berjumpa dengan dua orang laki-laki asing yang punya tujuan sama. Abdurrahman Ba Jalhaban meminta agar diizinkan bergabung dalam melakukan perjalanan bersama. Dua orang itu menyetujui dengan syarat masing-masing dari tiga orang itu harus menyediakan makanan secara bergantian. Beliau menyetujui syarat itu. Tanpa saling mengenalkan diri, mereka berjalan melanjutkan perjalanan.


Pada saat giliran mencari makanan oleh dua orang lelaki, keduanya melaksanakan sholat dan berdoa. Tiba-tiba turunlah makanan dari langit. Syaikh Abdurrahman takjub dengan apa yang dilihatnya.


Saat tiba giliran untuk mencari makan, beliau bingung. Mau cari dimana?


Akhirnya beliau melaksanakan sholat, berdoa, dan bertawassul dengan orang yang disebut namanya oleh dua orang temannya. Karena tidak tahu namanya, beliau hanya menyebut tawassulnya dengan nama yang sama yang ditawassuli dua orang sahabatnya.


Tidak selang lama, jatuh makanan dari langit. Bahkan jumlahnya melebihi dibandingkan makanan dua orang sahabatnya.


Tambah takjub dan heran Syaikh Abdurrahman. Siapakah sebenarnya orang istimewa yang dijadikan tawassul oleh dua orang sahabatnya itu.


Dua orang sahabatnya juga tak kalah heran. Karena penasaran, kedua bertanya,

“Kepada siapa anda bertawassul?”

“Aku tidak akan mengatakan sebelum kalian memberitahukan dulu kepada siapa kalian bertawassul?” Syaikh Abdurrahman berkata:

“Kami bertawassul dengan Syaik Abdurrahman Ba Jalhaban. Beliau memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Karena kesabarannya yang luar biasa terhadap peringai buruk istrinya.” Kata dua orang asing itu.


Syaik Abdurrahman kaget mendengarnya. Beliau memutuskan segera pulang ke rumah dan membatalkan rencana ke tempat yang akan dituju. Kisah yang baru saja dialami beliau ceritakan kepada istrinya. Istrinya akhirnya bertaubat dari perilaku buruknya.

[Dikutip dari Kalamu Habib Ahmad As Saqaf hlm. 157]

Sunday, July 30, 2023

MEMOHON PERTOLONGAN (ISTIGHATSAH)

MEMOHON PERTOLONGAN (ISTIGHATSAH)

Apa makna memohon pertolongan?

Memohon pertolongan adalah permohonan seorang hamba pada pertolongan dan bantuan dari pihak yang dapat menolong dan membelanya di saat mengalami kesulitan atau semacamnya.

Apakah boleh memohon pertolongan dari selain Allah?

Ya, boleh memohon pertolongan dari selain Allah SWT dengan pertimbangan bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebab dan perantara, karena meskipun sesungguhnya pertolongan itu dari Allah SWT, namun tidak menafikan bahwa Allah SWT menetapkan sebab-sebab dan perantara-perantara yang disediakan-Nya bagi pertolongan tersebut.


Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW: "Allah senantiasa menolong hamba selama hamba menolong saudaranya." [HR. Imam Muslim]


Dan sabda Rasulullah SAW terkait hak-hak jalan: "... dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan serta memberi petunjuk kepada orang yang tersesat." [HR. Imam Abu Daawud]


Allah menisbahkan dan mengaitkan pertolongan kepada hamba dan menganjurkan manusia agar saling tolong menolong. Dengan demikian, orang yang meminta pertolongan kepada selain Allah tak sedang meminta darinya agar menciptakan sesuatu. Yang ia maksudkan, berdoa kepada Allah bagi peminta pertolongan agar dibebaskan dari kesulitan misalnya.


Apa dalil atas disyariatkannya permohonan pertolongan (istighotsah)?

Dalil-dalilnya cukup banyak, di antaranya adalah yang disebutkan dalam hadits Nabi yang mulia:

“Sesungguhnya pada Hari Kiamat matahari mendekat hingga membuat keringat sampai setengah telinga. Ketika dalam keadaan seperti itu, mereka meminta pertolongan kepada Adam, kemudian kepada Musa, kemudian kepad Muhammad SAW…” [HR. Imam Bukhori] Seluruh manusia yang dihimpun saat itu sepakat terhadap dibolehkannya manusia meminta pertolongan kepada para nabi AS. Yaitu melalui ilham dari Allah SWT kepada mereka. Hadits ini mengandung dalil yang sangat jelas terkait penetapan permohonan pertolongan kepada selain Allah.


Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah SAW: “Jika salah satu di antara kalian tersesat, maksudnya tersesat jalan, atau menghendaki pertolongan sementara ia berada di daerah yang tak ada orang yang membuatnya merasa aman, hendaknya ia berkata: ‘aghiitsuuniy – Hai hamba-hamba Allah, tolonglah aku’,”


Pada riwayat lain, “aghiitsuuniy –Bantulah aku.” Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang tidak kalian lihat.” [HR. Imam Thobaroniy dari Sayyidina Utbah bin Ghozwan RA]


Hadits ini dengan tegas membolehkan adanya permohonan pertolongan dan menyeru makhluk-makhluk yang tidak ada di tempat baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Allah lebih mengetahui.


Dalam karyanya Khulashoh al-Kalam, Sayyid Imam Ahmad bin Zaini Dahlan Rahimahullah mengatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa Mahdzab Ahlussunnah wal Jama’ah membolehkan tawasul dan permohonan pertolongan kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Karena kita meyakini tidak ada pengaruh, manfaat, dan bahaya kecuali dalam wewenangan mutlak Allah semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Para nabi tidak punya pengaruh sesuatu pun. Mereka hanya sebagai perantara tabaruk dan permohonan pertolongan lantaran kedudukan mereka. Karena mereka adalah kekasih-kekasih Allah SWT.


Kalangan yang membedakan antara yang hidup dan yang mati adalah orang-orang yang meyakini adanya pengaruh pada orang hidup bukan pada orang mati.


Sedangkan kami mengatakan: “Allah Pencipta segala sesuatu.” [QS. Az-Zumar: 62]


Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan Allah-lah yang menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” [QS. Ash-Shoffat: 96]


Apa makna hadits, “Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah”? [HR. Imam Tirmidzi]

Hadits ini menunjukkan bahwa pemenuhan berbagai keperluan dan pertolongan pada hakikatnya dari Allah. Namun Allah lumrah menolong hamba-Nya baik dengan perantara maupun tanpa perantara. Maka diperbolehkan meminta dan memohon pertolongan kepada selain Allah, dalam arti memohon pertolongan dari-Nya dengan jalan mencari sebab dari (datangnya) pertolongan Allah SWT. (Permintaan tolong ini) disertai keyakinan bahwa pada hakikatnya yang memberi adalah Allah SWT, bukan yang lain.


Jadi hadits ini tidak dapat dijadikan dasar adanya larangan memohon pertolongan kepada selain Allah. Jika kita memaknai hadits ini dengan pemaknaan bahwa permohonan pertolongan tidak diperkenankan kecuali kepada Allah, maka kita menentang Al-Qur’an dan Sunnah. Sebab Allah menisbahkan pertolongan pada selain-Nya. Dia pun menganjurkan manusia agar saling tolong menolong di antara mereka.


Allah SWT berfirman: “Dan hendaknya kalian saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan, dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” [QS. Al-Maidah: 2]

Juga hadits-hadits lain yang telah disebutkan sebelum ini.


Apa hukum menyeru/ memanggil kepada selain Allah?

Seruan/panggilan kepada selain Allah dibolehkan, baik yang diseur/dipanggil itu hidup maupun mati, agar yang diseur mengajukan diri kepada Allah pada urusan penyeru. Ini sesuai dengan yang disepakati ulama dan para imam terkemuka.


Tak seorang pun (dari mereka) yang menyatakan hukumnya makruh, terlebih lagi (sampai menyatakan) syirik dan haram.


Apakah seruan/panggilan kepada wali/orang-orang sholeh itu ibadah?

Ulama Rahimahullah mengatakan bahwa seruan/panggilan bukan sebagai ibadah. Kecuali, jika yang menyeru/memanggil meyakini bahwa yang diseru/dipanggil memiliki kewenangan mutlak terhadap manfaat dan bahaya, atau kehendaknya pasti terlaksana tanpa kekuasaan Allah SWT. Maka ini syirik. Sebab keyakinannya itu merupakan salah satu dari keistimewaan-keistimewaan khusus yang ada pada sifat ketuhanan. Adapun jika ia tidak meyakini yang sedemikian itu, maka itu sama sekali bukan merupakan ibadah.


Seandainya manusia menyeru kepada pemimpinnya agar menolongnya dalam menghadapi pihak yang bertindak sewenang-wenang, atau agar membantunya dalam menghadapi kesulitan seraya meyakini bahwa yang diseru tak punya kewenangan mutlak untuk mendatangkan manfaat atau menghindarkan bahaya, tetapi Allah menetapkannya sebagai sebab yang berlaku dalam kebiasaan yang dapat memenuhi kehendaknya melalui tindakannya, maka ini bukan merupakan ibadah kepadanya.


Seandainya setiap seruan adalah ibadah, niscaya seruan kepada orang yang hidup dan yang mati pun dilarang lantaran keduanya sama-sama tidak memiliki pengaruh tanpa ketetapan dari Allah, dan ini bukan merupakan pendapat yang dianut oleh seorang pun di antara kaum muslimin.


Imam Ath-Thobaroni menukil dalam karyanya At-Tarikh bahwa para sahabat RA memiliki semboyan pada saat memerangi kaum murtad dalam Perang Yamamah: 

يا محمد 

"Wahai Muchammad!",

Ini terjadi setelah Rasulullah SAW wafat pada masa pemerintahan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.


Dinyatakan pada riwayat, bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar RA mengatakan, "Jika kaki salah seorang di antara kalian mengalami kesemutan (mati rasa), hendaknya ia menyeru:

.يا محمد

"Wahai Muchammad!"

Ini disebutkan Ibnu Taimiyah dalam Al-Kalim ath-Thoyyib.


Diriwayatkan, ketika Abdullah bin Umar RA mengalami kesemutan pada kakinya, dikatakan kepadanya, "Ingatlah orang yang paling kamu cintai, maka deritamu akan hilang."


Ia pun berteriak:

يا محهداه

"Wahai Muchammad!".

Ini disebutkan oleh Imam Al-Qodhy Iyadh dalam Asy-Syifa'.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Wednesday, July 26, 2023

Lautan Pahala Di Hari 'Asyura

Lautan Pahala Di Hari 'Asyura

Kita sudah memasuki bulan Muharram 1445 H. Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum). Banyak keutamaan serta amaliyah yang dianjurkan dilakukan pada bulan Muharram. Utamanya adalah puasa Asyura. Hukum puasa Asyura adalah sunnah; maksudnya sangat dianjurkan dan berpahaa bagi yang mengerjakannya namun tidak berdosa bagi yang tidak mengerjakannya.

Hadits dari Siti Aisyah RAnha yang diriwayatkan Imam Bukhori: Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa di hari Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka.


Diriwayatkan juga bahwa ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari Asyura. Beliau bertanya, "Hari apa ini?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini. Rasulullah SAW bersabda, "Saya lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian (kaum Yahudi)." Maka kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya." [HR. Imam Bukhori]


Diriwayatkan oleh Imam bahwa Rasulullah pun sempat diprotes oleh ummat Islam di Madinah: "Ya Rasulullah, hari itu (Asyura) diagungkan oleh orang Yahudi." Maksudnya, kenapa ummat Islam mengerjakan sesuatu persis seperti yang dilakukan oleh ummat Yahudi? Beliau lalu bersabda: "Di tahun depan InsyaAllah kita akan berpuasa pada tanggal 9." Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10 tapi juga tanggal 9 Muharram. Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah SAW telah wafat.


Sebagian ulama memberikan nama tersendiri untuk puasa Sunnah di tanggal 9 Muharram ini, puasa Tasu'a, dari kata tis'a artinya bilangan sembilan. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah bagian dari kesunnahan puasa Asyura.


Adapun Fadhilah atau keutamaan puasa Asyura adalah seperti digambarkan dalam hadits Sahabat Abdullah bin Abbas berikut ini: "Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan." [HR. Imam Muslim]


Puasa Asyura disandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda, "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan sholat yang paling utama adalah setelah sholat wajib adalah sholat malam." [HR. Imam Bukhori]


Keutamaan yang didambakan dari puasa Asyura adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daawud meriwayatkan dari Sayyidina Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Puasa di hari Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu."


Puasa Asyura dapat menebus dosa satu tahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dapat menebus dosa dua tahun. Hal ini dikarenakan hari Arofah adalah hari khususnya Rasulullah SAW. Sedangkan hari 10 Muharram adalah harinya para nabi lainnya.


PENUH SEJARAH

Selanjutnya diterangkan pula bahwa 10 Muharram adalah hari yang penuh dengan kesejarahan. Tercatat beberapa kejadian penting yang berlangsung pada hari 10 Muharram, tentunya dengan tahun yang berbeda-beda.

Pertama, 10 Muharram adalah hari diciptakannya Nabi Adam AS di dalam surga.

Kedua, hari dimana Nabi Nuh AS berhenti berlayar dalam banjir bandangnya.

Ketiga, Allah menjadikan lautan bagaikan daratan sebagai ruang pelarian Nabi Musa sekaligus kuburan bagi Fir'aun.

Keempat, hari keluarnya Nabi Yunus AS dari perut ikan Hut.

Kelima, hari dilahirkannya Khalilullah Nabi Ibrahim AS dan juga hari diselamatkannya Nabi Ibrahim AS dari kobaran api.

Keenam, hari kelahiran Nabi Isa AS dan hari dimana Allah SWT menyelamatkan Nabi Isa AS dari kejaran ummatnya dengan mengangkatnya ke atas.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Tuesday, July 25, 2023

Arti Sebuah Kejujuran

Arti Sebuah Kejujuran

Syaikh Abdul Qodir Al Jailani mempunyai kisah menarik tentang KEJUJURAN. Mari kita simak bersama.

Sejak anak-anak aku telah membiasakan diri bersikap JUJUR. Saat aku berangkat dari Makkah menuju Baghdad untuk menuntut ilmu, ibuku mengingatkanku agar senantiasa bersikap dan berkata jujur.


Saat aku dan rombongan kafilah tiba di daerah Hamdan, sekawanan perampok menghadang kami. Mereka merampas harta yang dibawa rombongan kafilah kami.


Salah satu di antara perampok lewat di depanku dan berkata,

“Apa yang kamu bawa?”

“40 Dinar.” Jawabku


Orang itu mengira kalau aku telah membohonginya, sehingga ia membiarkanku begitu saja. Lalu perampok lainnya melihatku dan bertanya,

“Apa saja yang kamu bawa?”


Aku pun segera memberitahukan keapdanya apa yang aku bawa secara rinci. Perampok itu mengecek semua yang aku bawa dengan melakukan penggeledahan kepadaku. Karena heran dengan keterusteranganku, orang itu membawaku kepada pimpinannya.


Pimpinan rampok lantas bertanya kepadaku,

“Apa yang mendorongmu untuk berkata jujur?”

“Ibuku telah mengingatkanku agar berkata jujur. Sehingga aku pun merasa takut untuk mengkhianati janji itu.” Jawabku


Mendengar jawaban itu pimpinan rampok ketakutan, lalu berteriak, merobek bajunya dan berkata,

“Engkau takut mengkhianati janji ibumu, sementara aku tidak takut mengkhianati janji Allah.”


Kemudian pimpinan rampok itu memerintahkan anak buahnya untuk segera mengembalikan harta yang mereka rampas dari kafilah.

“Aku bertobat pada Allah di atas tanganmu.” terang pimpinan rampok kepadaku.


Menyaksikan kejadian ini anak buah pimpinan rampok itu berkata, “Engkau pemimpin kami dalam merampok, dan sekarang engkau pemimpin kami dalam bertaubat.”


Maka bertobatlah mereka semua berkat kejujuranku.

(…)

Mari biasakan diri untuk jujur, meski pahit dan berat mengucapkan.

Dengan berkata jujur kita telah menyelesaikan masalah sebelum masalah itu sempat muncul.

Tabur KEJUJURAN, menuai KEPERCAYAAN

Tabur KETEKUNAN, menuai KEMENANGAN

Tabur KERJA KERAS, menuai KESUKSESAN

Jangan TAKUT menjalani jika itu BENAR

Monday, July 24, 2023

Empat Rahasia dari Allah

Empat Rahasia dari Allah

Banyak di kalangan orang muslimin yang merasa khawatir, gelisah, hidupnya tidak tenang terkait permasalahan rezeki. Kalau kita membicarakan masalah rezeki tentunya sangat luas, akan tetapi kami akan membahas sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah SWT dalam masalah rezeki.

Pertama, telah kita ketahui bersama bahwa datangnya rezeki itu tidak semata-mata dengan bersungguh-sungguh dan kerja, melainkan dengan kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dan itu sesuai dengan Al-Qur’an, “Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun da mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” [QS. Nuh: 72]


Berdasarkan ayat ini ada tiga hal penting. Pertama, bahwa rezeki itu datang dari langit berupa hujan. Kedua dan ketiga, rezeki dari Allah SWT yang berupa melimpahnya harta dan anak-anak kita. Ketiga rezeki ini disebabkan kita selalu meminta ampunan kepada Allah SWT, kembali kepada-Nya, serta menambah ketaatan kita kepada Allah SWT.


Dengan demikian prinsip dalam Al-Qur’an dan ajaran agama Islam yang mana kita semua wajib beriman, percaya bahwa siapapun orangnya yang menghendaki rezeki maka kita wajib mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Dan ini seiring dengan firman Allah SWT, “Famsyuu fi manakibiha wa kuluu min rizqihi” artinya “maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” [QS. Al-Mulk: 15] Kalau kita perhatikan ayat tersebut, mengapa Allah SWT tidak berkata, “wa kuluu min rizqiha?” sebab kata ganti (dhamir) “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT, seandainya Allah SWT itu berkata, “min rizqiha” maka tentulah rezeki itu datang dalam kehidupan sehari-hari lantaran usaha manusia itu sendiri, akan tetapi rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Dengan demikian maka kata ganti (dhamir), “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT. Berfikirlah!


Adapun permasalahan lain, rezeki termasuk sesuatu yang diciptakan Allah SWT tanpa adanya aturan. Kita wajib mengetahui bahwa Allah SWT telah menjelaskan empat hal yang mana tiada aturan pasti di dalamnya (hanya Allah yang tahu).


Pertama, kematian. Kedua, tertawa. Ketiga, menangis. Keempat, rezeki. Empat hal ini Allah SWT menciptakan tanpa adanya aturan. Setiap sesuatu pasti ada aturan yang mengikatnya, seperti saat kita merasa lapar maka kita harus segera makan, saat kita merasa harus maka kita segera minum, akan tetapi kematian itu tidak ada aturan yang mengikat.


Terkadang manusia itu dalam keadaan sehat wal afiat akan tetapi Allah SWT mungkin saja mencabut nyawanya, begitu juga tertawa dan menangis.


Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang, tertawa dan menangis dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” {QS. An-Najm: 43-44] kenapa empat hal ini disendirikan oleh Allah SWT? Sebab empat hal itu tidak ada aturan yang mengikat.


Kematian itu kapan saja bisa mendatangi kita semua, baik orang dewasa, anak kecil, orang sehat, orang yang sedang sakit dan sebagainya.


Prinsipnya rezeki itu hanya satu, yakni hubungan kepatuhan, kedekatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu janganlah kita merasa cemas, khawatir dengan permasalahan rezeki.


Bahwa Allah SWT mengetahui setiap manusia diciptakan sesuai dengan rezekinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”. [QS. Nuh: 6]


Adapun penduduk langit mereka sudah merasa tenang dengan rezeki dari Allah SWT. Kita sebagai penduduk bumi yang beriman kepada Allah SWT juga harus meyakini jaminan rezeki dari Allah SWT.


Namun perlu dikletahui bahwa rezeki seorang mukmin berkaitan erat dengan ketaatannya kepada Allah SWT.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-