Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Tuesday, January 31, 2023

GUDANG KEBAIKAN TIDAK PERNAH HABIS

GUDANG KEBAIKAN TIDAK PERNAH HABIS

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), bukankah aku ini Tuhanmu? "Mereka menjawab, " Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini." [QS. Al-A'raf: 372]

Andaikata semua manusia ini beriman, maka di dunia ini tidak akan ada lagi perbuatan jelek, pemimpin negara sayang kepada rakyatnya, seorang bawahan hormat kepada pimpinannya, seorang majikan sayang kepada para buruh / karyawannya, dan tak ada buruh yang unjuk rasa, tidak ada lagi yang korupsi sebab takut akan ancaman Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar. 


Manusia akan lebih mengutamakan kepentingan akhirat daripada kepentingan duniawi yang menipu ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Apabila cahaya Allah telah masuk ke dalam qalbu maka dadapun menjadi lapang dan terbuka..." Seorang sahabat bertanya, "Apakah yang demikian itu tanda-tandanya ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Ya, orang-orang yang mengalaminya lalu merenggangkan pandangannya dari negeri tipuan (dunia) dan bersiap menuju ke negeri abadi (akhirat) serta mempersiapkan mati sebelum mati".


Kemudian dari iman inilah timbul sumber-sumber daya pribadi yang lain yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia seperti tujuan hidup (niat), kesungguhan, ketenangan (thuma'ninah), qona'ah, sabar dan tawakkal, bertaubat, ikhlas, istiqamah, tidak banyak bicara, tidak curang dalam pekerjaan, menjaga rasa malu, menundukkan nafsu, selalu berdzikir, tidak meninggalkan shalat, menjaga diri dari makanan yang tidak halal, tidak berlaku dzalim dan bersyukur. Semua itu merupakan sumber daya pribadi yang sekaligus sebagai kecerdasan spiritual. 


TUJUAN HIDUP

Sebenarnya manusia itu tidak berhak menentukan tujuan hidupnya, sebab dia itu dihidupkan bukan hidup dengan sendirinya, maka Allah lah yang berhak menentukan apa tujuan Allah menciptakan manusia itu dengan suatu proses yaitu mati kemudian hidup, kemudian mati lagi, kemudian hidup lagi untuk selama-lamanya. Allah SWT menegaskan dalam kitab suci-Nya bahwa: "Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadah (mengabdi) kepada-Ku." [QS. Adz-Dzariyat: 56]


Maka orang mukmin hendaknya berniat bahwa segala aktivitas kehidupannya termasuk bekerja dengan baik, memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya adalah mutlak beribadah kepada Allah SWT, semua itu akan dibalas dengan pahala yang lebih baik daripada pekerjaannya. Pahala di dunia berupa kehidupan yang baik sedang pahala di akhirat berupa nikmat surga yang abadi. Orang yang beriman (mukmin) akan bekerja dengan sungguh-sungguh disebabkan meyakini bahwa ia bekerja itu adalah ibadah kepada Allah yang akan memperoleh pahala disisi-Nya. Dan di samping itu di hadapan ummat manusia ia terpuji sebab pekerjaannya itu juga menguntungkan orang banyak bahkan negara juga diuntungkan. 


Orang mukmin meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, telah membagi rezeki kepada hamba-Nya dengan kebijakan-Nya. Ia merasa bangga dan mencintai Tuhannya sebab Allah-lah yang menciptakan dirinya sebagai manusia yang sangat indah dapat melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan sebagainya. 


Karena dekat dengan Tuhannya yang Maha Kaya itu orang mukmin sebagai hamba merasa tidak kurang suatu apapun walau ia menerima sesuatu yang kecil sekalipun ia bersyukur dan terima kasih tak terhingga. Lebih baik lagi jika pemberian itu besar, maka ia berbangga dan menceritakannya kenikmatan itu kepada orang lain dan dibagi-bagikan walaupun sampai habis. Ia yakin akan memperoleh lagi dari majikannya, sebab majikannya sangat penyayang dan pemurah terhadap hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah yang disebut "Qona'ah" artinya suka menerima, tidak pernah mengeluh merasa kurang. Rasulullah SAW bersabda artinya "Qona'ah itu bagaikan gudang yang tidak akan habis."

Istighotsah Jelang Satu Abad NU, Doakan & Kenang Perjuangan Para Muassis NU

Istighotsah Jelang Satu Abad NU, Doakan & Kenang Perjuangan Para Muassis NU

Hanya beberapa hari lagi Nahdlatul Ulama akan mencapai usia ke 100 tahun atau 1 Abad dalam hitungan Hijriyah, tepatnya pada 16 Rajab 1444 H atau bertepatan tanggal 7 Februari 2023 mendatang.

Berdasarkan dengan instruksi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menggelar istighotsah jelang Satu Abad NU, PCNU Kota Madiun pun turut mematuhi instruksi dengan melaksanakannya pada 31 Januari 2023 di Masjid Al Falah, Josenan Kota Madiun. 


Istighotsah yang dihadiri semua elemen jam'iyyah NU mulai dari PCNU, MWC NU, PR NU, Badan Otonom dan Lembaga ini dipimpin oleh Wakil Rais Syuriyah PCNU Kota Madiun, yakni KH. Sholeh Marzuki. 


Di akhir acara ditutup dengan arahan dari Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Madiun yaitu KH. Agus Mushoffa Izzuddin. Di awal sambutannya beliau mengatakan, "Kita yang nanti bisa hadir dalam Resepsi 1 Abad NU itu merupakan suatu keberuntungan karena momen bersejarah ini akan bisa terjadi lagi menunggu 100 tahun lagi."


Pengasuhnya PP Al Mardliyyah juga mengatakan, "NU merupakan Jam'iyyah terbesar di Indonesia bahkan di dunia dengan anggota terbanyak. NU juga organisasi yang mengedepankan nilai-nilai kedamaian agar stabilitas dan perdamaian ini terjaga. Mulai dari era sebelum berdirinya NU ada Komite Hijaz, di era Bung Karno dengan munculnya DI/TII, di era Pak Harto dengan bangkitnya paham komunisme, di era reformasi yang saat itu Indonesia dilanda chaos, hingga sekarang ini NU yang pasang badan menghadapi kelompok-kelompok yang ingin memporak-porandakan keutuhan bangsa."


"Selama bendera NU masih berkibar di negeri ini kegiatan-kegiatan seperti sholawatan, yasinan, tahlilan akan tetap berlangsung. Karena NU lah yang menjaga amalan-amalan Ahlussunnah wal Jama'ah tetap eksis di negeri ini." ujar Gus Shoffa, sapaan akrab beliau. 


Mengenai resepsi Harlah 1 Abad NU yang akan diselenggarakan di Gelora Delta Sidoarjo pada 7 Februari 2023 mendatang, beliau juga mengatakan, "Kita akan menyaksikan bangkitnya Nahdlatul Ulama yang akan diikuti pula dengan bangkitnya negeri kita tercinta ini menjadi Baldatun Thoyyibatun wa Robbun ghafur. Dan semoga ini menjadi amal kebaikan kita yang bisa menjadi wasilah bagi kita untuk bisa berkumpul kembali dengan para ulama' di surga nanti."***

📝 (Haris Saputro) 

📷 (LTN NU Kota Madiun) 


Monday, January 30, 2023

Kenalkan Rukun Iman

Kenalkan Rukun Iman

Berbicara tentang kebiasaan anak, maka hal ini tidak akan terlepas dari yang namanya orang tua. Karena orang tua (lingkungan keluarga) adalah lembaga pendidikan pertama kali untuk anak. Dengan demikian orang tua harus berusaha semaksimal mungkin agar anak mendapatkan pendidikan agama yang baik dan terbiasa melaksanakannya. 

Nah, agar anak memiliki aqidah yang lurus sejak dini, maka sejak kecil ia harus dididik tentang aqidah yang benar. Salah satunya dengan mengajarkan rukun iman pada anak. Anak tidak cukup diajari untuk menghafalnya, tentu juga perlu diberi penjelasan dengan bahasa yang ia pahami. 


1. Iman kepada Allah

Yaitu dengan mengajarkan pada anak bahwa Allah itu satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada sesembahan lain bersama-Nya. Andaikata Tuhan itu lebih dari satu maka akan terjadi pertikaian dan perselisihan pendapat diantara keduanya, dan andaikata di bumi dan langit ada sesembahan selain-Nya, tentu keduanya akan rusak dan binasa. 


2. Iman kepada Malaikat

Sampaikan bahwa iman kepada malaikat adalah wajib dan membenarkan keberadaan mereka adalah suatu keharusan. Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mulia, yang bertasbih siang dan malam dengan tidak bosan, tidak menyombongkan diri dari ketaatan dan ibadah kepada Allah, bahkan mereka takut kepada-Nya. 


3. Iman kepada Kitab-kitab Allah

Sampaikan kepada anak bahwa Allah telah menurunkan sejumlah kitab kepada para Rasul-Nya, untuk diajarkan kepada ummatnya. Di dalam kitab-kitab tersebut berisi tentang perintah Allah untuk bertauhid, beriman kepada-Nya dan para rasul-Nya, tentang kabar-kabar orang-orang sebelum mereka, hukum yang berlaku di tengah-tengah mereka, dan menerangkan perkara-perkara yang halal dan haram. Terdapat kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang kafir. 


Di antara kitab-kitab itu adalah: kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa, kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud, dan Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 


4. Iman kepada Para Rasul

Ceritakanlah tentang kisah-kisah dan mukjizat yang dimiliki para Rasul. Imam kepada seluruh rasul dan nabi adalah wajib. Barangsiapa ingkar kepada salah satunya,maka telah kafir kepada semuanya. Perkenalkanlah nama-nama 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ishaq, Ismail, Ya'qub, Yunus, Syu'aib, Harun, Musa, Daud, Yusuf, Ayyub, Dzulkifli, Sulaiman, Zakariya, Ilyas, Ilyasa', Yahya, Isa, Muhammad. Beritahu bahwasanya Nabi Muhammad adalah Rasul terakhir, oleh karena itu Allah tidak mungkin mengangkat rasul lagi setelah Nabi Muhammad SAW. 


5. Iman kepada Hari Kiamat

Beritahu anak tentang hari qiyamat, yaitu hari berakhirnya kehidupan di dunia, pada hari ini amal perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah SWT. Bila anak mengetahui bahwa kelak akan ada perhitungan, pahala dan siksa, maka dia akan berbuat kebaikan dan menjauhi kejelekan. 


6. Iman kepada Takdir

Ajarkan anak tentang pengertian takdir, dan beritahu bahwa semua yang berjalan telah dituliskan dan ditentukan oleh Allah SWT. Seperti rezeki, telah ditakdirkan dan dibagi-bagi. Sampaikan bahwa yang memberi hidayah adalah Allah, dan bahwa penjagaan-penjagaan datangnya dari Allah. Ajal dan umur telah ditakdirkan, dan musibah telah ditulis dan ditakdirkan. Ajari anak agar ridha dengan ketentuan-ketentuan Allah azza wa jalla pada setiap keadaan. 

Sunday, January 29, 2023

NU SUDAH ADA SEJAK ZAMAN HINDU

NU SUDAH ADA SEJAK ZAMAN HINDU

Di bidang politik, orang NU terkenal cerdik. Ketika menjadi partai politik, NU hampir tidak pernah menarik garis yang ekstrem hitam putih dalam hal ideology. Komunikasi politik kepada masyarakat banyak menggunakan pendekatan praktis, enteng-entengan, tidak berbelit-belit. Rumusan apapun yang telah ditetapkan dalam platform politik, mengenai program dan aksi politik itu keadaannya akan berubah mengikuti kenyataan di lapangan.

Atas sikap-sikap politik yang seperti ini seringkali NU dituduh sebagai organisasi yang oportunis. Begitu kira-kira lawan-lawan politik NU memberikan semacam tuduhan karena sikap-sikapnya yang tidak tegas. Bahkan, cenderung terlampau menyederhanakan persoalan. 


Kesederhanaan ini jugalah yang kemudian membuat Kiai Yasin Yufus dari Blitar membuat analogi yang lucu saat muktamar NU di Yogya. Katanya. “NU itu sudah ada sejak zaman hindu dahulu,” demikian kira-kira KH. Jusuf Yasin mengungkapkan.


Tentu saja beberapa orang yang mendengarkan lelucon ini dibikin gerrr oleh keterangannya itu. Tetapi, Kiai kita ini rupanya belum selesai menjelaskan. Maka ia pun kemudian memberikan argumentasi yang lain.

“Sampeyan enggak percaya, to?” tanya Kiai kita ini.

“Wong yang namanya Wisnu (tokoh dewa dalam agama Hindu) itu kan anggota NU,” lanjutnya. “Namanya saja, WisNU, artinya Wis NU, sudah NU, kok.” Katanya mengakhiri penjelasannya.



Saturday, January 28, 2023

KESEHATAN DALAM SYARIAT KHITAN

KESEHATAN DALAM SYARIAT KHITAN

Arti khitan menurut bahasa adalah "memotong". Sedangkan menurut istilah khitan pada laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan laki-laki yang disebut dengan Qulfah, agar tidak terhimpun kotoran di dalamnya, dan juga agar dapat menuntaskan air kencing, serta tidak mengurangi nikmatnya jima' suami istri. Jadi bila seorang anak yang pada waktu dilahirkan tidak memiliki qulfah (kulit penutup glan penis), maka tidak disyariatkan padanya untuk dikhitan. 

Menurut riwayat yang shahih (kuat), Nabi Ibrahim AS melakukan khitan pada usia 80 tahun. Dalam riwayat lain yang juga shahih beliau khitan pada usia 120. Tetapi antara dua hadits shahih tersebut bisa dikompromikan dengan jalan menghamal hadits pertama kepada 80 tahun dari tahun kenabian sedangkan hadits yang mengatakan beliau khitan pada usia 120 tahun, maksudnya adalah dari tahun kelahiran beliau. 


Laki-laki yang pertama kali melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim AS, sedangkan dari pihak wanita adalah Siti Hajar. Nabi Adam AS, Allah ciptakan dalam keadaan telah terkhitan. 


Diantara para nabi yang terlahir telah terkhitan yaitu: Nabi Syist, Nuh, Hus, Shalih, Luth, Syu'aib, Yusuf, Musa, Sulaiman, Isa, dan Nabi Muhammad SAW. 


Adapun khitan pada wanita yaitu memotong sedikit klistoris (badhr) yang ada pada kelamin wanita. Dan yang lebih afdhal pada wanita adalah memotong sedikit saja. 


HUKUM KHITAN

Di kalangan Imam Mahdzab terjadi khilaf tentang hukum khitan. Pendapat yang kuat di dalam madzhab Syafi'i adalah wajib terhadap laki-laki dan wanita, demikian juga pendapat Imam Ahmad dan kebanyakan para ulama salaf. Rasulullah SAW memerintahkan sahabatnya untuk berkhitan, sedangkan pada khitan tersebut memotong anggota badan dan membuka aurat, kedua hal ini pada dasarnya merupakan hal yang terlarang. Pada saat hal tersebut diperintahkan maka dapat dipahami bahwa hal tersebut adalah wajib. 


Ulama-Ulama yang mengatakan wajib adalah Imam Nawawi (al-Majmu' I/301) mengatakan bahwa jumhur atau mayoritas ulama menetapkan khitan itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Imam Nawawi menekankan bahwa jumhur itu mewakili madzhab Syafi'i, Hanabilah dan sebagian Malikiyyah. 


Dalam Al-Qur'an diterangkan yang artinya, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (QS. Al-Baqarah: 124). Menurut Tafsir Ibn Abbas, khitan termasuk ujian bagi Nabi Ibrahim dan ujian ke atas Nabi adalah dalam hal-hal yang wajib (QS. Al-Fath:342) 


Selain itu dalam hadits juga diterangkan dari Utsaim bin Kulaib dari ayahnya dari datuknya, bahwa dia datang menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Aku telah memeluk Islam. Maka Nabi pun bersabda, " Buanglah darimu rambut-rambut kekufuran dan berkhitanlah." [HR. Imam Ahmad & Imam Abu Daawud]


UMUR YANG SESUAI

Sebenarnya ada tiga waktu berlainan untuk berkhitan:

- Waktu wajib : yaitu sebelum masuk umur baligh (Ibn al-Qayyim, Kitab At-Tuhfah-110) 

- Waktu yang dianjurkan : yaitu ketika usia kanak-kanak dianjurkan untuk shalat (7 tahun) atau disebut juga waktu itsghar (Kitab At-Tuhfah-112) 

- Waktu mubah : yaitu waktu selain yang disebutkan di atas. 


Berdasarkan pembagian di atas, maka khitan pada usia 2-3 bulan dibolehkan. 


KEUNTUNGAN KHITAN

- Mencegah kotoran dan tempat pembiakan kuman pada kemaluan;

- Terhindarnya kemaluan dari terkena penyakit kelamin seperti sifilis;

- Berkurangnya risiko kepada penyakit kemaluan seperti pembengkakan atau kanker;

- Memaksimalkan kepuasan seks ketika jima' (hubungan seks) [Fiqh Taharah:172]


Khitan waktu bayi masih berusia beberapa bulan terbukti tidak menyakitkan bayi tersebut, karena pensarafan belum terbentuk dengan sempurna di sekitar kemaluan dan kulit kemaluan. Buktinya, bayi tidak dapat mengontrol kencing mereka. Lantaran itu, prosedur khitan sewaktu awal bayi dilakukan tanpa memerlukan bius karena ia tidak menyakitkan bayi tersebut. Ini berbeda dengan kanak-kanak yang telah besar. Maka berkhitan awal terdapat kebaikannya seperti yang disarankan oleh para dokter. 

Friday, January 27, 2023

ADAB MENGKAFANI DAN MENYOLATI JENAZAH

ADAB MENGKAFANI DAN MENYOLATI JENAZAH

Membaguskan Kafan

Hendaknya seorang memilih jenis kain kafan yang bagus tanpa berlebihan, memilih warna putih, serta mengukurnya hingga bisa menutupi seluruh badan jenazah. Semua itu termasuk membaguskan kafan, berdasarkan Sabda Rasulullah SAW: "Idzaa kafana ahadukum akhoohu falyuhassin kafanuhu" (Jika salah seorang dari kalian mengkafani jenazah saudaranya, hendaklah ia membaguskan kafannya) [HR. Imam Muslim dari Sahabat Jabir RA]

Kain Berwarna Putih

Rasulullah SAW bersabda: "Ilbasuu min tsiyaabikumul bayaadho, fa innahaa min khoyri tsiyaabikum, wa kaffinuw fiyha mau taakum..." (Pakailah pakaian berwarna putih. Sesungguhnya itu adalah sebaik-baik pakaian kalian. Kafanilah orang-orang yang meninggal di antara kalian dengannya) [HR. Imam Achmad, Imam Abu Daawud, Imam Tirmidzi dari Sayyidina Abdullah bin Abbas RA]


Demikian halnya Rasulullah SAW, beliau dikafani dengan tiga helai kain dari Yaman yang berwarna putih, yakni kain Sahuliyah yang terbuat dari katun, tanpa dikenakan gamis dan sorban. [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidah Aisyah]


Makna Sahuliyah adalah kain yang berasal dari Yaman, yang terbuat dari katun berwarna putih. Nama itu dinisbatkan kepada sebuah perkampungan yang berada di Yaman bernama Sahul. Kain tersebut dibuat di sana. Kursuf adalah katun. 


Jika Kain Kafan Sempit

Ketika kafan yang ada terlalu sempit dan tidak cukup menutup seluruh badan jenazah, hendaknya orang yang memandikan mengkafaninya dengan menutup bagian kepalanya meskipun kakinya terbuka. Hal ini berdasarkan perintah Nabi SAW ketika mengkafani Muah'ab bin Umair. Khabbah berkata: "Kami diperintahkan untuk menutup kepalanya dan menutup kakinya dengan idzkir." [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Khabbab]

Idzkir adalah sejenis tanaman rumput yang baunya harum. 


ADAB SHOLAT JENAZAH

Haram Mensholatkan Non Islam


Haram menshalatkan jenazah orang-orang kafir dan munafik, meskipun mereka adalah karib kerabat dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik." [QS. At-Taubah: 84] 


Memperbanyak Jumlah Orang

Semakin banyak kaum Muslimin yang menshalatkan, maka semakin bagi jenazah. 


Rasulullah SAW bersabda: "Man sholla 'alaihi mi a'tun minal muslimina ghufirolahu" (Barangsiapa dishalatkan oleh seratus orang kaum Muslimin, niscaya akan diampuni) [HR. Imam Ibnu Maajah dari Abu Hurairah RA]


Beliau SAW juga bersabda: "Maa min mayyitin tusholliy 'alaihi ummatun minal muslimiyna yablughuwna mi a'tan, kulluhum yasyfa'uunalahu, illa syaffi'uu fiihi." (Tidaklah seorang jenazah dishalatkan oleh kaum Muslimin sebanyak seratus orang yang seluruhnya memberi syafa'at baginya, melainkan akan diterima syafaatnya) [HR. Imam Muslim dari Sayyidah Aisyah RA]


Beliau SAW bersabda pula: "Maa min rojulin muslimin yamuutu, fayaquumu 'alaa janaazatihi arba'uwna syaffa'ahumulloohu fiyhi" (Tidaklah seorang Muslim mati lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat puluh orang laki-laki yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan menerima syafa'at mereka baginya) [HR. Imam Muslim dari Ibnu Abbas RA]


Maka hendaknya kaum Muslimin berusaha memperbanyak jumlah jamaah yang menshalatkan jenazah, memperbanyak, dan merapatkan shaf mereka. 

Thursday, January 26, 2023

Fatayat Taman Bergerak, Bekali Anggota dengan Wawasan Haji dan Umrah

Fatayat Taman Bergerak, Bekali Anggota dengan Wawasan Haji dan Umrah

Fatayat Anak Cabang Taman menggelar satu kegiatan rutin yang diikuti oleh seluruh anggota dan juga dari masing-masing ranting.

Agenda yang digelar ini merupakan salah satu rutinan Fatayat Ancab Taman dan biasanya diadakan pada setiap hari Sabtu Pahing.


Rutinan Fatayat Ancab Taman terebut terakhir dilaksanakan di Ranting Banjarejo dengan dihadiri oleh pengurus masing-masing ranting, yang kebetulan juga kedatagan tamu dari Biro Haji dan Umrah Al Baiyyin, yaitu Ibu Nur Al-Bayyin.


Momentum seperti ini tentu menjadi salah satu hal yang sangat bermanfaat bagi seluruh anggota Fatayat, sebab bisa menambah iman dan taqwa kepada Allah, menambah khazanah keilmuan dan mempererat tali silaturrahim antar sesama anggota.


Acara rutinan ini diawali dengan istighotsah, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian wawasan terkait haji dan umrah. Tidak lupa, ada juga materi yang disampaikan mengenai NU dan ilmu agama.


Pengurus Fatayat Ancab Taman selaku penyelenggara kegiatan ini berharap bahwa agenda rutinan bisa terus berjalan dan bisa menjadikan seluruh anggota Fatayat agar lebih baik lagi kedepannya.


“Senang bisa menyelenggarakan acara tersebut dengan sukses, dan harapan saya kedepan bisa lebih banyak lagi anggota Fatayat yang hadir, semua ini tidak lepas dari kerja sama seluruh pengurus dan anggota,” ungkap Ibu Lutfi.


Salah satu hal yang menjadi kendala dalam kegiatan ini yaitu pada pendanaan, sehingga harapan dari Fatayat Ancab Taman kedepannya semua bisa jauh lebih tertata dan banyak support untuk progres dari Fatayat Ancab Taman.


Mengingat, di balik suksesnya acara rutinan ini ada pengurus Fatayat Ancab Taman dan juga anggota yang berjuang dalam syiar Nahdlatul Ulama.

Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam setiap langkah kita semua. Amin.

📝 : Intan Gandhini

📷 : PAC FATAYAT NU TAMAN KOTA MADIUN

Wednesday, January 25, 2023

Meraih Derajat Dengan Bijaksana

Meraih Derajat Dengan Bijaksana

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Raihlah ketinggian derajat keluhuran di sisi Allah. Bersikap bijaklah kepada orang yang tidak mengetahui (jahlun) atasmu dan berilah orang yang tidak mau memberi kepadamu." [HR. Imam Adly dari Ibnu Umar]

Manusia adalah makhluk yang istimewa dan dimuliakan. Secara jelas Allah SWT telah berfirman: "Dan sungguh telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkat mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." [QS. Al-Isra:70]


Karena manusia adalah makhluk yang dimuliakan, maka secara naluri, setiap orang ingin dihormati dan ingin hidup mulia serta bermartabat. Tidak mungkin orang ingin menjadi hina. Demikian juga, secara naluri pula setiap orang senang disanjung, dipuji atau dihargai. Sebaliknya manusia tidak suka kalau dihina, diejek atau direndahkan. Dia akan marah, tidak terima bahkan sampai mengadukan ke pengadilan. Bukankah orang sering mengadukan orang lain dengan alasan pencemaran nama baik, atau pembunuhan karakter? 


Itu pula yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya: "Hiduplah dengan mulia atau mati dalam keadaan syahid." Itulah naluri setiap manusia, berbeda dengan binatang yang tidak memperdulikan harga diri atau martabat. Bagi binatang yang penting bisa makan dan minum. Tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya dan sebagainya. 


Kemuliaan Yang Sejati

Setiap orang ingin meraih kemuliaan, tapi tidak semua orang bisa meraihnya. Dan masih banyak manusia yang mengetahui apa yang dimaksud kemuliaan sejati. Bagaimana bisa meraih kemuliaan sejati kalau belum memahami apa itu kemuliaan sejati. 


Kemuliaan sejati adalah ketika seseorang mampu membawa dirinya maupun keluarganya pada kemuliaan di hadapan Allah SWT dan di tengah kehidupan masyarakatnya. Yaitu dengan cara memelihara diri dari cacat moral, menjalankan perintah dan ajaran Allah SWT serta tidak punya beban dosa kepada Allah SWT dan juga tidak dikejar-kejar oleh rasa bersalah kepada sesama. 


Orang yang seperti ini, akan hidup terhormat dan berwibawa di tengah-tengah masyarakatnya. Dia juga akan hidup tenang tentram dan sejahtera. Masyarakat sekitarnya menerima dan menghargai keberadaannya. Hatinya juga merasakan (sakinah) ketentraman yang mendalam karena tidak punya banyak dosa kepada Allah SWT. Itulah sebenarnya kemuliaan dan martabat yang sejati. 


Selanjutnya, orang yang tidak memiliki cacat moral, lalu diberi nilai lebih oleh Allah berupa kekayaan, keilmuan dan kedudukan tentu akan bertambah nilainya di masyarakat. Sebab, dia bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Yang diberi kekayaan, memberikan manfaat dengan hartanya, yang diberi ilmu memberikan manfaat dengan ilmunya, yang diberi kedudukan mengabdikan diri untuk ummat. Orang yang seperti ini, akan selalu mulia di sisi Allah SWT sekaligus terhormat dalam pandangan sesamanya. 


Orang yang tidak memiliki cacat moral dan sekaligus menebar manfaat bagi ummat, dia tetap akan dihormati dan berwibawa di masyarakat, meskipun dia tidak kaya atau tidak menjabat. Berbeda dengan kemuliaannya semu, yaitu kemuliaan yang hanya karena jabatan, atau kekayaan, tidak disertai ketaqwaan. Nanti kalau sudah tidak menjabat, atau tidak kaya lagi, dia tidak akan dihormati dan disegani. Berapa banyak para pejabat yang setelah turun dari jabatannya justru dikejar-kejar polisi dan akhirnya masuk bui. Kita sudah diberi contoh oleh Allah SWT dengan raja Fir'aun. Fir'aun adalah raja yang sangat berkuasa bahkan sampai mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan. Namun, ternyata dia mati dalam keadaan hina dan dihinakan.


Sebaliknya, orang yang mendapat kemuliaan sejati, setelah matipun masih dimuliakan. Coba saja kita lihat berapa banyak orang yang terpelihara kepribadiannya dan banyak manfaat dan jasa merekapun senantiasa dikenang oleh masyarakatnya. Sebut saja para walisongo, Mbah Kyai Hasyim Asy'ari, Presiden Soekarno dan lain sebagainya. Memahami dan menyadari hal-hal di atas, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana hadits di atas, raihlah derajat dan martabat tinggi di sisi Allah dengan melakukan hal-hal berikut. 


Pertama, Memaafkan Orang yang Tidak Tahu

Kalau ada orang yang bodoh tidak memahami ajaran agama memperlakukan kita dengan sesuatu yang tidak baik, mengolok-olok, baik melalui perbuatan atau ucapan yang menjadi ekspresi kebodohannya maka Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita agar tidak menghiraukannya, tidak membalasnya. Nabi Muhammad SAW bahkan menyuruh memaafkannya. Dalam istilah Jawa, ngeladeni wong gendeng ya melo gendeng (melayani orang gila sama halnya ikut menjadi gila). Melayani perbuatan buruk orang bodoh maka ikut bodoh. Kalau ada orang yang melakukan keburukan karena dia bodoh lalu kita mengikutinya sama halnya kita ikut menjadi bodoh. 


Sebagai panutan ummat, para ulama atau pemimpin yang diberi amanat agama oleh Allah SWT harus berusaha menjaganya. Sebab, kalau martabat yang memperjuangkan agama jatuh maka agama juga akan ikut terjatuh. 


Kedua, Memberi Kepada Orang yang Tidak Memberi

Untuk meraih kemuliaan dan martabat tinggi selanjutnya adalah hendaknya kita memiliki sifat dermawan (loman), kepada siapapun memberi, kepada kawan maupun lawan, bahkan kepada orang yang bakhil dan tidak pernah sepersenpun memberi kepada kita. Di sanalah anda memperoleh kemenangan yang sejati. 


Hidup tidak hanya sekarang, kita juga mempunyai masa depan, masa tua bahkan kehidupan setelah mati. Hidup ini juga bukan hanya kita rasakan, tapi juga dirasakan oleh anak cucu kita. Oleh karena itu, perbanyaklah menanam kebajikan, bersedekah, menolong orang lain. Sebab, kebaikan kita, pertolongan kita sejatinya merupakan tabungan kita, baik untuk kita maupun untuk anak cucu kita. Selama kita ikhlas melakukannya maka Allah SWT yang tidak pernah tidur akan membalasnya. Allah SWT akan menggerakkan hati orang yang pernah kita bantu atau orang lain untuk membalas kebaikan kita. Jadi, hakikatnya Allah SWT yang membalas, namun melalui tangan-tangan hamba-hamba-Nya. 


Kalau kita sering berbuat baik kepada sesama, maka anak cucu kita juga akan merasakan kebaikannya. Sebab, masyarakat akan membalas kebaikan kita, dan tentu saja kepada anak cucu kita nantinya. Sebaliknya, kalau selama ini kita sering menyakiti orang lain sama halnya dengan mewarisi kesulitan bagi anak cucu kita. Anak cucu kita akan kesulitan mencari kerja, mencari bantuan bahkan dalam mencari jodoh pun agak sulit. Masyarakat belum melupakan kejahatan atau keburukan orang tuanya. Lain halnya kalau orang tuanya suka memberi dan bermanfaat bagi orang lain, maka anak cucunya pun juga akan dengan mudah menjalani kehidupan mereka. Mudah mencari pekerjaan, mudah mencari jodoh. Alhasil banyak orang lain yang peduli. 


Ingat, kisah Nabi Khidir AS ketika memperbaiki rumah dua anak yatim yang sudah mau roboh. Hatinya bergerak untuk membantu anak yatim pemilik rumah tersebut. Ternyata kedua orang tuanya adalah orang yang baik-baik (orang sholeh). Maka jangan sampai lelah untuk memberi atau menolong serta berbuat baik, bahkan kepada orang yang berbuat buruk dan bakhil sekali pun. 

4 Dinar Ditukar 4 Doa

4 Dinar Ditukar 4 Doa

Dikisahkan, ada seorang ulama besar namanya Manshur bin Ammar. Orang-orang di daerahnya sangat mencintai dan mengagumi beliau. Sampai-sampai kalau beliau membuka majlis pengajian, semua toko tutup dan pasar sepi. Karena mereka tahu keutamaan majlis dzikir dan ilmu yang diadakan oleh Syaikh Manshur bin ‘Ammar.

Di daerah tersebut ada sebuah rumah yang semua penghuninya adalah pelaku maksiat. Mereka memiliki kebiasaan mabuk, judi dan main perempuan. Di rumah itu, ada seorang budak yang tiap hari selalu menyaksikan majikannya selalu bermaksiat kepada Alloh.


Pada hari itu, majikan memerintahkan budaknya untuk pergi berbelanja di pasar.

“Hai budak, ini ada uang 4 dinar. Pergilah ke pasar, belanja! Segera setelah belanja, kamu harus segera pulang! Sebagaimana kewajibanmu seorang pembantu.” Perintah sang majikan.


Ketika budak tadi sampai di pasar, dilihatnya pasar sangat sepi. Lihat sini-sana tutup semua. Kemudian ia bertanya kepada pemuda yang tergesa-gesa ingin ke suatu tempat.

“Maaf, saya ingin bertanya. Pasar ini kapan bukanya?” tanya si budak.

“Kalau sekarang ini pasar tutup. Semua orang datang ke majlisnya Manshur bin ‘Ammar.” Jelas pemuda tadi.

“Siapa dia?” tanya budak lagi.

“Dia adalah seorang ulama besar di daerah ini.” Jelas si pemuda.

“Terus, bagaimana ini? Saya diperintahkan majikan saya untuk belanja.”

“Tunggu saja sampai buka.”

“Nanti telat, saya dimarahi.” Keluh si budak.

“Ya tidak ada lagi toko yang buka.”

“Majlis Manshur bin ‘Ammar itu khusus atau semua orang boleh ikut?” tanya budak itu lagi.

“Semua orang bisa ikut.” Jawab pemuda tersebut.


Budak tadi berpikir, daripada menunggu di pasar tidak ada yang dikerjakan, lebih baik hadir ke majlis saja. Berangkatlah ia ke majlisnya Manshur bin ‘Ammar di masjid yang berlikasi di jantung kota. Sampai di sana ia duduk di barisan paling belakang, agar bisa cepat pulang dan berharap di perjalanan pulang menjumpai toko yang sudah buka.


Manshur bin ‘Ammar menyampaikan ceramah yang amat menyentuh, sehingga membuat sebagian jamaah yang mendengarkan meneteskan air mata. Selesai ceramah, ada satu orang yang hadir membisiki beliau. Setelah dibisiki, beliau berkata, “Ya ya, saya umumkan.”

“Hai para hadirin, siapa yang pagi ini sudah punya uang 4 dinar dan bersedia disedekahkan? Maka dia akan mendapatkan 4 doa dariku. Yang insyaAlloh mustajab.” Manshur bin ‘Ammar dengan suara lantang.


Hadirin yang hadir menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil bertanya, “Kamu bawa?”

“Tidak.”

“Lha kamu?”

“Juga tidak.”


Secara kebetulan, mereka semua tidak ada yang bawa. Budak tadi merogoh sakunya, pas ada uang 4 dinar. Dia berpikir, kalau diberikan dia akan mendapatkan 4 doa mustajab. Kapan lagi ada kesempatan seperti ini. Tapi dengan resiko, majikannya pasti akan marah besar.


Akhirnya budak tadi memutuskan untuk maju menyerahkan 4 dinar yang dia bawa, meskipun itu sebenarnya bukan uangnya. Setelah diterima oleh Syaikh Manshur, uang tersebut diberikan kepada orang yang membisikinya. Kemudian orang tersebut pergi beranjak dari majlis untuk menyelesaikan kebutuhannya. Manshur bin ‘Ammar kemudian menanyakan kepada si budak, apa 4 doa yang diinginkannya.

“Yang pertama, saya punya majikan, dia dan seluruh keluarganya ahli maksiat. Saya minta didoakan agar semuanya matu bertaubat.”


Kemudia Syaikh Manshur mengangkat tangannya,

“Ya Alloh, berkat majlis ini semoga majikan orang ini ditaubatkan ke jalan Alloh. Menjadi orang yang cinta dan dicintai oleh Alloh.”

“Amin.” Jawab hadirin serentak.

“Apa doa yang kedua?” tanya Syaikh Manshur.

“Saya ini seorang budak, saya ingin merdeka.”

“Ya Robb, orang yang ada di depan ini adalah seorang budak. Semoga segera dibebaskan oleh majikannya.”

“Amiin.” Jawab hadirin serentak.

“Yang nomer tiga?” tanya beliau lagi.

“Saya ingin mendapat rejeki 4 dinar, untuk membayar hutang.”

“Lha itu tadi uang siapa?”

“Itu uang majikan saya.”

“Kok tadi tidak bilang?”

“Maaf, sudah terlanjur saya berikan.”

“Ya sudah. Ya Alloh berikanlah rejeki 4 dinar kepada budak ini untuk membayar hutangnya.”

“Amiin.” Jawab hadirin serentak.

“Yang terakhir apa doanya?”

“Yang terakhir saya minta untuk Alloh mengampunin saya, Anda dan semua yang hadir di sini.”

“Ya Alloh ampunilah aku, lelaki itu dan semua yang hadir di majlis ini.”


Majlis pengajian pun bubar. Budak itu pulang ke rumah majikannya dengan perasaan takut. Karena dia harus mempertanggungjawabkan uang 4 dinar kepada majikannya. Meskipun diberi 4 doa, tapi kalau dihajar oleh majikannya, ya babak belur sekujur tubuhnya.


Sampai di rumah, majikannya langsung marah-marah, karena datangnya saja sudah telat.

“Hei, budak dari mana kau?” bentak majikannya.

“Dari pasar.”

“Bukankah kau berangkat sejak pagi? Kenapa baru pulang siang begini?”

“Pasarnya tutup”

“Lha terus?”

“Mau nggak saya hadir majlis. Di situ ada majlis pengajian yang dipimpin oleh Manshur bin ‘Ammar.”


Aneh, mendengar nama itu hati si majikan serasa berdesir.

“Siapa Manshur bin ‘Ammar?”

“Kurang tahu. Pokoknya dia memimpin satu majlis pengajian. Orang-orang berbondong mendatanginya sampai pasar tidak buka.”

“Terus, apa yang kamu lakukan?”

“Saya menunggu di situ. Saya sudah niat mau belanja setelah majlis selesai. Tetapi Manshur bin ‘Ammar mengumumkan barangsiapa punya 4 dinar akan aku berikan 4 doa.”

“Kamu serahkan uang saya ya?”

“Ya. Tapi insyaAlloh berkahnya kembali ke Anda.”

“Aku tidak peduli. Uangku mana? Belanjaku mana?”

“Tapi doa itu diamini ribuan orang yang hadir di majlis yang dipimpin oleh Manshur bin ‘Ammar.”


Majikannya tiba-tiba terdiam sejenak.

“Ada doamu?” tanya si majikan.

“Yang pertama, saya minta semoga majikanku ditaubatkan oleh Alloh.”

“Kamu meminta itu di majlis?” majikan seperti tidak percaya.

“Ya. Saya terus terang sudah sumpek melihat Anda setiap hari berkubang maksiat. Aku berharap Anda mau bertaubat.”


Majikannya meneteskan air mata. Haru hatinya mengetahui budaknya memiliki perhatian terhadap dirinya.

“Kamu ingin aku bertaubat?”

“Iya. Saya takut Anda mati dalam keadaan masih seperti ini.”


Seketika majikannya bersujud, menangis dan berkata,

“Ya Alloh, saya bertaubat. Astaghfirullahal ‘adzhiim.”

Setelah tangisnya reda, majikan bertanya lagi, “Terus doamu yang kedua apa?”

“Saya minta untuk Alloh memberi kemudahan saya menjadi orang bebas. Saya sudah lama jadi budak.”

“Karena engkau meminta doa untuk kebaikanku, maka aku akan berbuat baik kepadamu. Engkau aku bebaskan di jalan Alloh.”

“Kemudian apa yang ketiga?”

“Ketiga, saya meminta supaya dapat 4 dinar untuk mengganti milik Anda.”

“Uang 4 dinar itu aku hadiahkan untukmu. Kamu sudah tidak berhutang lagi.”

“Terus doamu yang terakhir apa?” tanya majikan lagi.

“Saya meminta Alloh mengampuni Anda, saya, Manshur bin ‘Ammar dan orang yang hadir di majlis tersebut.”

“Kalau ini saya tidak ikut-ikut.”

“Terus bagaimana?” tanya si budak.

“Ya sudah. Tiga hal sudah aku lakukan. Yang keempat kita bersama-sama meminta kepada Alloh. Kamu silahkan pergi kemanapun. Kamu sudah bebas.”


Majikan itu lantas menemui istrinya. Menceritakan peristiwa yang baru saja dialami sambil menangis. Satu keluarga itu akhirnya bertaubat atas semua kemaksiatan yang biasa mereka lakukan.


Beberapa hari kemudian, si majikan itu bermimpi mendengar ada suara yang berkata,

“Tiga permintaan kau berikan dan aku Cuma satu permintaan tidak aku berikan. Kamu sangka dirimu lebih dermawan dari Aku? Ketahuilah Aku mengampuni dosamu, dosa budakmu, Manshur bin ‘Ammar dan yang hadir di majlis itu.”


Saat terbangun, dia merasakan kegirangan dengan apa yang didenar dalam mimpinya. Sebuah isyarat bahwa Alloh mengabulkan doa keempat. Dia segera mencari bekas budaknya untuk mengabarkan isi mimpinya.

[sumber: Manhaj As-Sawiy hlm 171 atau Al ‘Ilmiyyah hlm 158]

(…)

Kisah ini mengingatkan kita, betapa dahsyatnya doa yang dipanjatkan di majlis imu dengan diamini oleh banyak orang.

Sunday, January 22, 2023

Al Maghfurlah KH. Ahmad Abdul Hamid, Kendal - Jawa Tengah

Al Maghfurlah KH. Ahmad Abdul Hamid, Kendal - Jawa Tengah

Pencetus Kalimat Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwaamith Thariiq


Beliau bernama lengkap KH. Ahmad Abdul Hamid bin KH. Abdul Hamid Qendali. Lahir pada tahun 1915 M di Kota Kendal, sebuah kota kabupaten sekitar 25 km dari kota Semarang. Ayahnya, KH. Abdul Hamid adalah seorang Kiai besar di Jawa Tengah kala itu. Namanya cukup tersohor di mana-mana, terutama di kalangan pesantren di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan keberhasilan KH. Abdul Hamid Qendali dalam menyusun berbagai kitab berbahasa Arab. Suatu bakat yang dikemudian hari menurun pada putranya yaitu KH. Ahmad Abdul Hamid.


Pada masa kelahiran Kiai Ahmad ini, bangsa Indonesia sedang gandrung-gandrungnya membuat suatu kelompok atau organisasi, baik yang bersifat keagamaan, sosial, ekonomi maupun politik. Semisal di tahun 1912 M lahiriah organisasi Muhammadiyah. Kemudian pada tahun 1918 M, lahir Nahdlatut Tujjar, yang konon merupakan cikal bakal dari organisasi NU, organisasi terbesar di negeri nan elok ini. 


Selanjutnya pada tahun 1920-an berturut-turut, bermunculan organisasi-organisasi atau pergerakan-pergerakan, dengan berubahnya SDI (Sarekat Dagang Islam) menjadi Sarekat Islam (SI), lahirnya NU (Nahdlatul Ulama) 1926 dan kemudian lahirlah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928.


Latar belakang sejarah itu turut membentuk pribadi Ahmad sebagai seorang aktivis sejak usia remaja. Apalagi orang tuanya selalu mendorong dan menempa diri Ahmad agar gayeng berkiprah pada organisasi. Tak heran jika kemunculan GP Ansor di daerahnya pun misalnya, tak terlepas dari jasa Ahmad muda kala itu. 


Selepas SD, Ahmad lalu masuk Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Kendal. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan ke berbagai pondok pesantren. Diawali dengan nyantri di PP. Rembang asuhan KH. Kholil bin KH. Harun selama dua tahunan. Kemudian beliau berpindah ke PP. Tebuireng, di bawah asuhan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Rasa hausnya akan ilmu tak berhenti disitu, beliau melanjutkan Tholabul Ilmi di PP. Jamsaren Solo, di bawah asuhan KH. Idris. 


Masih merasa belum cukup, beliau lalu melanjutkan ke Pesantren Buntet, Cirebon di bawah naungan KH. Abbas. Rupanya kehausan akan ilmu tak cukup berhenti di situ, tercatat KH. Ahmad juga pernah mengenyam pendidikan di Kota Suci Makkah. 


Ceritanya ketika beliau menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya, pada siang hari di samping mengajar di Madrasah Indonesia asuhan KH. Abdul Jalil Al Muqaddasi, malam harinya gantian beliau yang bertholabul 'ilm di madrasah tersebut. 


DA'I DAN PENULIS PRODUKTIF

Di samping sebagai Pengasuh Pondok Pesantren "Al Hidayah" yang letaknya hanya sekitar 400m dari rumahnya, beliau juga sebagai Ad-Da'i ilallah dan Imam Besar Masjid Kabupaten Kendal. Beliau rutin mengasuh pengajian tiap ba'da Shubuh di hari Jum'at dengan berpegang pada Kitab Risalatul Mu'awanah. 


Sisi lainnya ternyata beliau juga penggagas dan pendiri "Sarasehan Anjangsih" yaitu suatu majelis pengajian bulanan bagi para pejabat di Kabupaten Kendal. Tak tanggung-tanggung bahkan di usianya yang menginjak ke-75 tahun, seusianya beliau melakukan kegiatan senam jantung sehat, beliau langsung bertolak ke Semarang untuk memberikan pengajian rutin yang beliau dirikan sejak tahun 1939 itu secara istiqomah. 


Dalam keseharian KH. Ahmad bin Abdul Hamid, jiwa dan waktunya beliau dedikasikan sepenuhnya untuk mengabdikan dirinya pada agamanya dan juga pada ummat (masyarakat). Hampir-hampir seluruh daerah di Jawa Tengah pernah beliau jangkau dalam mengembang risalah dakwah. Mulai dari kalangan rakyat jelatah hingga pejabat pemerintahan. Semua dapat dipastikan mengenal dan merasakan kedekatannya dengan sosok Kiai yang dapat ngemong semua kalangan tersebut. 


Di tengah kesibukannya membimbing ummat, Kiai Ahmad masih bisa meluangkan waktu untuk menulis. Beliau bahkan termasuk seorang penulis yang produktif. Ada sekitar 25 karya tulis beliau yang tertulis dalam bahasa Jawa Pegon. 


Karya-karya tulis Kiai Ahmad tersebut meliputi bidang aqidah, sejarah Islam, syari'ah ke-NU-an dan tuntunan-tuntunan dakwah. Kitab-kitab beliau banyak yang diberikan kata sambutan oleh pejabat-pejabat tinggi negara, diantaranya Gubernur Jawa Tengah saat itu, Pangdam Diponegoro, Menteri Agama, bahkan Jaksa Agung pun juga pernah, ini sebagai bukti betapa dekatnya beliau dengan para umaro'. 


JAGO OLAHRAGA

Mungkin tidak ada yang mengira bahwa KH. Ahmad Abdul Hamid mempunyai kegemaran dalam bidang orang. Bahkan, beliau merupakan sosok olahragawan. Rasanya sangat sulit memadukan dua dunia yang amat berbeda itu, dunia ulama' dan olahraga. Tercatat sejak nyantri di Pondok Rembang, Ahmad muda sudah tenar sebagai "jagoan" dalam urusan menendang bola. Suatu ketika di tahun 1934, beliau menyandang ban kapten bagi sebuah klub pesepakbola asal Kendal. Bahkan hobinya mengolah si kulit bundar ini tetap dipertahankan hingga usianya merambah senja. 


Pernah suatu ketika dalam sebuah event bertajuk memperingati hari Pahlawan di bulan November tahun 1979, Kiai Ahmad bersama tim veterannya mampu 'mempermalukan' kesebelasan Pemda Kendal dengan skor telak 5-1, uniknya beliau tampil membuat Quatrick dengan memasukkan 4 gol ke gawang kesebelasan Pemda Kendal. Padahal usianya saat itu sudah 64 tahun. 


Belum berhenti disitu, ulama yang sudah bercucu ini masih merawat kebugaran tubuhnya dengan berenang, jogging dan jalan cepat. Setiap pagi usai sholat Shubuh beliau jalan sehat dengan mengelilingi Kota Kendal, bahkan terkadang beliau selingi dengan jalan-jalan ke pedesaan hingga 4-5km dari Kota Kendal. Beliau juga tercatat sebagai anggota klub Jantung Sehat. Sangking getolnya menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya, beliau tak pernah absen untuk menjadi peserta gerak jalan sehat di kotanya. 


Diantaranya tercatat ketika HUT PWI 1982 di Semarang, Hari Rumpun Diponegoro 1985 di Kendal, Maraton Veteran di Salatiga dan terakhir 4 September 1986 dalam acara Proklamator II dengan jarak tempuh sekitar 5km. Maka bisa dimaklumi jika pada tanggal 4 September 1985 tatkala kota kabupaten ini dilewati Api PON, Bupati Kendal yaitu Bpk. Sudomo Yusuf, BA mempercayai dan mengapresiasi Kiai Ahmad sebagai pembawa Api PON XI sejauh kurang lebih 1km dengan mengambil start dari Pendopo Kab. Kendal. 


PERJUANGANNYA SEBAGAI TOKOH NU

Kiai Ahmad Abdul Hamid pernah diamanahi sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Saat itu, beliau berjuang menemui Pimpinan DPR/MPR RI (tahun 1989) untuk memberi dorongan dan mendesak pemerintah agar segera mengesahkan UU Peradilan Agama. Bahkan beliau menyerukan kepada ummat Islam kala itu untuk melaksanakan sholat hajat untuk meminta kepada Allah agar keinginan ummat Islam dikabulkan. 


Selain mengemban amanah jabatan keagamaan, beliau juga pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kendal dari Partai NU (1951-1971) bersamaan dengan itu beliau juga menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Kendal (1951-1973). 


Semangat perjuangan Kiai Ahmad ini, memang telah tertanam sedari beliau masih kecil, apalagi kiprahnya bersama NU yang sudah mendarah daging. Beliau sendiri mengaku sejak kecil sudah menjadi NU tulen. Kariernya bersama NU semenjak beliau gabung di ranting NU, terus ke MWC hingga melaju sampai di Wilayah. Beliau kemudian menjadi Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, lalu menjadi Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, dan tepat pada tahun 1980 beliau menjabat sebagai Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH. Sahal Mahfudh), terakhir beliau diamanahi sebagai Mustasyar PBNU hasil Muktamar Krapyak, Yogyakarta. Kiai Ahmad juga pernah tergabung dalam Barisan tentara Hizbullah di bawah komando Munawwir Syadzali (mantan Menteri Agama) semasa Kemerdekaan RI. 


Kiai Ahmad lah yang mempopulerkan kalimat "wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariiq & billahit taufiiq wal hidayah" sebagai kalimat penutup di akhir pidato. Kalimat penutup pidato dan surat-menyurat khas warga NU sebelum salam penutupan. Yang arti harfiahnya: "Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya."

Awalnya, beliau hanya mempopulerkan kalimat "Billahit Taufiiq wal Hidayah". Namun, karena kalimat itu kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan ummat Islam, maka ia merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi. Untuk itu beliau kemudian menciptakan istilah baru yaitu, "Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwaamith Thariiq" yang dirasakan cukup sulit ditirukan oleh orang non NU. Sayangnya ummatnya harus meratap kesedihan tatkala beliau menghadap Sang Kholiq pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H. Wallahu a'lam bish showwab. Al Fatihah


Sumber: Jejak Sholihin/Media Ummat/ 11 Rojab 1436 H


Saturday, January 21, 2023

Jemput 1 Abad NU, Beginilah Pesan Gus Blangkon kepada Seluruh Generasi Muda NU

Jemput 1 Abad NU, Beginilah Pesan Gus Blangkon kepada Seluruh Generasi Muda NU

Nahdlatul Ulama kini menjemput usianya yang sudah mencapai 1 Abad, tepat pada tanggal 7 Februari 2023 mendatang.

Usia NU tersebut memang terbilang tidak muda lagi, sebab tepat seratus tahun yang lalu NU lahir dan menjadi salah satu kiblat nuansa Islam yang rahmah di Nusantara ini.

Mengingat NU yang semakin besar dan banyak diikuti oleh masyarakat luas, kini NU harus bersiap untuk menyiapkan kader atau generasi muda yang jauh lebih baik untuk menjemput Abad kedua NU mendatang.


Berdasar pada hal itu, LTN-NU Kota Madiun mengundang salah satu tokoh da'i nyentrik yang namanya sudah banyak dikenal oleh para pemuda, yaitu Gus Blangkon.


Gus Blangkon dihadirkan pada agenda rutin LTN-NU Kota Madiun yaitu Pojok Nahdliyin dengan topic utama “Menyongsong 1 Abad NU dengan Dakwah Bil Hikmah”.


NU memang sudah seharusnya dijadikan salah satu teladan dalam berdakwah di era seperti sekarang ini, pasalnya sudah banyak terjadi dakwah yang tidak mengedepankan rasa tresno dan hanya bersifat memukul bukan merangkul, marah-marah dan bukan ramah.


Gus Blangkon—begitu nama sapaannya, menjadi salah satu bukti adanya dakwah Islam ala NU yang bisa diterima masyarakat di era seperti sekarang ini.

Hal itu karena Gus Blangkon banyak dekat dengan anak-anak muda, terutama untuk menjalankan amaliyah seperti mengaji dan lain sebagainya.


Gus Blangkon, nama yang unik ini pada mulanya memang bukan serta merta pemberian atau label saja, melainkan memiliki cerita tersendiri.

 “Sebetulnya Gus Blangkon itu bukan blangkonnya bapak-bapak itu, dulu awalnya nama Blangkon dicetuskan oleh anak-anak muda yang bertemu dengan saya membuat nama Blangkon dengan kepanjangan blak-blakan leh takon,” ujar Gus Blangkon.


Nama yang bisa dikatakan sangat unik tersebut tentu menjadi ciri khas bagi Gus Blangkon, terlepas dari cerita yang disampaikan.

“Ya pada saat itu, waktu pertama bertemu dengan anak-anak memang sedang memakai blangkon, kemudian disingkat menjadi Gus Blangkon,” imbuhnya.


Gus Blangkon sendiri menjelaskan bahwa dakwah yang dijalankannya memang berbeda dengan ulama atau pendakwah yang lain. Hal itu karena Gus Blangkon memilih sasaran dakwah kepada pemuda yang giat di dunia musik dan beberapa mantan anak jalanan.


Bahkan Gus Blangkon juga menjelaskan ada salah satu pemuda yang mengatakan, bahwa dirinya tidak bisa mengaransemen lagu jika tidak mengkonsumsi minuman terlarang terlebih dahulu.


Namun, dengan kelembutan dan kebijakan sikap Gus Blangkon akhirnya mampu menyelipkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin agar bisa diikuti oleh pemuda tersebut.


Hal itu menjadi bukti bahwa NU adalah karakter Islami yang dikemas dengan balutan budaya Nusantara sehingga menyatu antara budayanya.


Terakhir, Gus Blangkon berpesan khususnya bagi setiap orang yang ingin mengikuti jejak langkah Gus Blangkon dalam berdakwah melalui jalur yang dipilihnya.

“Begini, ulama NU itu banyak yang menjadi waliyullah yang harus mendahulukan rasa kasih sayang, bahkan kelas Kiai kita itu adalah wali semua, dan kalau sudah menjadi wali maka kita harus mengikuti jejak beliau, insya Allah akan selamat dunia akhirat,” pungkas Gus Blangkon.***

📝 (Intan Gandhini) 

📷 (LTN NU Kota Madiun) 


Wednesday, January 18, 2023

TAN ABDURRAHMAN WAHID

TAN ABDURRAHMAN WAHID

"Saya ini keturunan China, ini jujur. Leluhur saya Tan Kim Ham," demikian pengakuan Gus Dur.


Silsilahnya sebagai berikut: Tan Kim Ham tersebut adalah Dubes China untuk Majapahit, yang saat itu diperintah oleh Raja Brawijaya V kemudian turunannya hingga sekarang, yakni keturunan dari putri Campa, seorang putri China yang lahir di Kamboja dan dikirim ke Indonesia untuk menjadi selir Raja Brawijaya V. Dari putri ini kemudian lahir Raden Patah. Ibu putri Campa ini memiliki anak di antaranya putri, yang kemudian dikawinkan dengan Tan Kim Ham, dan dari mereka kembali inilah melahirkan leluhur-leluhur Gus Dur.


"Makanya, kalau ada ribut-ribut anti China, saya agak brengkel (dongkol) juga. Wajar, wong saya membela leluhur saya. Saya tidak terima, karena di Indonesia ini tidak ada yang asli, semua gado-gado," kata Gus Dur suatu ketika.


Di sisi lain, Gus Dur juga keturunan Arab. Karena anak dari Tan Kim Ham kawin dengan anak perempuan dari Maulana Ishaq. Dari situlah kemudian lahir leluhur-leluhur Gus Dur.


"Saya ini keturunan Arab dan China gabung jadi satu, menjadi orang Jawa. Jadi ada teman saya di Jakarta yang ngerti sejarah, kalau panggil saya Tan Gus Dur. Karena dia tahu kalau saya dari marga Tan." Demikian jelas Gus Dur.

Monday, January 16, 2023

SHALAWAT DATANGKAN RAHMAT

SHALAWAT DATANGKAN RAHMAT

Kata Maulid, dalam bahasa Arab, merupakan isim zaman/makan (kata yang menunjukkan arti waktu/tempat) dari tashrif/ kata walada-yulidu. Jika walada berarti lahir, maka maulid berarti waktu kelahiran/ tempat kelahiran. Dengan demikian, yang dimaksud dengan istilah maulid nabi adalah hari saat Nabi Muhammad SAW dilahirkan, dan oleh karenanya, memperingati maulid Nabi dapat langsung diartikan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Peringatan Maulid Nabi awalnya diadakan pada zaman dinasti Fatimiyyah, tahun 300-an Hijriyah. Lalu pernah digunakan untuk memompa semangat tentara Islam pada zaman perang salib. Momen ini digunakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi untuk memutar kembali perjuangan Muhammad Rasulullah dan para sahabatnya di segala bidang demi tegaknya Islam di muka bumi. 


Melalui metode yaitu mengenang perjuangan beliau dan para sahabatnya membangkitkan kembali semangat tentara Islam dalam perang salib yang melelahkan. Memasuki bulan Rabiul Awal atau yang dikenal orang jawa dengan “bulan mulud”, ada tradisi yang senantiasa dilestarikan oleh sebagian ummat Islam, yaitu tradisi baca kitab maulid, Al-Barzanji, Diba’ atau Burdah dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Tradisi ini biasanya diselenggarakan dari rumah ke rumah secara bergiliran, atau di masjid-masjid maupun musholla, dengan cara membaca sholawat secara bersama-sama dimana salah satu dari yang hadir membaca kitab maulid tersebut, sedangkan yang tidak membaca dianjurkan menjawab dengan bacaan sholawat. Setelah acara usai dilanjutkan dengan jamuan makan bersama. Entah makanan itu berupa makanan ringan, snack, ataupun lainnya. Kadang kala juga hanya sekedar minuman the atau kopi.


Semarak membaca kitab maulid ini tiada lain bertujuan untuk bersholawat, memanjatkan doa untuk Nabi Muhammad sebagai nabi yang telah memberi perubahan dari zaman kegelapan jahiliyah menjadi jaman pencerahan Islam. Meskipun doa kita sebagai hamba tidak dibutuhkan Rasulullah SAW, mengingat posisinya sebagai makhluk yang paling utama, tetapi bagi kita doa itu riwayat dari Nu’man Bin Basyir RA, “Doa adalah ibadah yang berpahala.”


Dalam penyelenggaraan membaca maulid tersebut menyimpan beberapa macam ibadah, diantaranya adalah, membaca sholawat kepada Nabi Muhammad, bersedekah berupa makanan, berdoa dan mendoakan, mengingat perjuangan para pendahulu dengan maksud dari tujuan mengambil hikmah dan pelajaran dari masa mereka. Tentunya di balik semua ibadah-ibadah di atas ada keberkahan dan anugerah yang akan diterima jika memang menjalankannya tulus karena mengharap pahala dari Allah SWT.


Hadits berikut memberi penjelasan mengenai keutamaan membaca sholawat, sebagaimana riwayat sahabat Ibnu Mas’ud RA, “Orang yang paling utama berada denganku kelak di hari kiamat adalah mereka yang banyak membaca sholawat kepadaku.”


Sungguh keberkahan tiada tara bagi siapa saja ummat muslim diantara mereka yang senantiasa memperbanyak membaca sholawat karena akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dengan menempatkannya bersama Nabi Muhammad SAW.


WALLAHU A'LAM BISSHAWAB


Sunday, January 15, 2023

Tanamkan Pekerti Sejak Dini

Tanamkan Pekerti Sejak Dini

Menurut Islam, kewajiban orang tua terhadap anak merupakan suatu ketentuan yang harus dilaksanakan oleh seorang ayah dan ibu. Dan sebagai konsekwensi logis menjadi orang tua, yaitu melaksanakan kewajiban-kewajibannya untuk memenuhi hak-hak anak mereka. Bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, atau orang tua melupakannya sama sekali, maka berakibat terjadinya hal-hal yang tidak baik terutama terhadap anak, bahkan terhadap orang tua tersebut. 



Akibat yang tidak baik terhadap anak yaitu, secara psikologis anak akan merasakan bahwa dirinya tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, dapat menyebabkan anak memiliki perilaku yang tidak baik, anak merasakan hak-haknya tidak terpenuhi, bahkan mungkin terjadi anak tersebut menjadi anak yang durhaka kepada orang tuanya. 


Sesungguhnya mengabaikan kewajiban dapat merugikan diri sendiri, bahkan bila anaknya durhaka kepada dirinya, maka orang tua tersebut mendapatkan laknat dari Allah SWT. Sebagaimana wasiat Nabi SAW: "Allah melaknat orang tua yang membawa anaknya untuk durhaka kepada keduanya."


Salah satu kewajiban orang tua harus mengajari anak beretika dan bertata krama, karena hal ini merupakan tolak ukur keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya. Sopan santun adalah hal yang harus ditanamkan sejak kecil. 


Dengan tahu cara menjaga perilaku, orang-orang di sekitar anak, kita akan melihatnya sebagai pribadi yang baik. Hal ini dapat membuat anak merasa lebih percaya diri saat harus bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Bagaimana cara mengajarkan sopan santun pada anak? Diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Mulailah Sejak Kecil

Jangan berikan alasan kepada anak untuk tidak memiliki sopan santun hanya karena usianya yang masih kecil. Ajarkan ia mengenai sopan santun sedini mungkin. Dari saat anak kita dapat berbicara, ajarkan mereka untuk mengatakan "Terima kasih" atau "Maaf". Semakin dini kita memperkenalkan sopan santun kepada anak, maka akan semakin baik agar sikap sopan santun tumbuh bukan menjadi sebuah keterpaksaan. Tapi memang menjadi sifat dasarnya. 


2. Berikan Contoh

Anak-anak belajar melalui apa yang mereka lihat. Karena itu, tunjukkan anak kita bagaimana cara bersikap yang baik. Kita juga harus melakukan apa yang kita suruh mereka lakukan, hal ini akan menjadi contoh baik untuk anak kita tiru nantinya. 


3. Sabar

Jangan khawatir atau marah ketika si kecil tidak langsung melakukan apa yang kita minta. Anak kita tidak akan berhasil hanya dalam waktu satu hari. Berikanlah waktu untuknya mencerna apa yang kita maksud. Hal ini akan memakan waktu lama, tapi kita harus dapat bersabar dan tetap konsisten menerapkan apa yang harus dilakukan atau dikatakan dan apa yang tidak. 


4. Tidak Dapat Dinegosiasikan

Beberapa tata krama dan sopan santun mau tak mau harus dilakukan oleh anak kita. Seperti jangan menggigit orang lain atau berteriak di tempat umum. Jangan biarkan anak berpikir hal-hal tersebut boleh dilakukan. Ajarkan kepadanya bahwa hal-hal seperti berterima kasih, kesopanan, menunggu giliran serta menyapa orang lain adalah hal yang harus dilakukan. Berilah pengertian bahwa hak dan kewajiban saling berhubungan. Jika ia ingin mendapatkan hak, maka ia harus melaksanakan kewajibannya. 

CARA TANAMKAN CINTA PADA NABI DAN RASUL SEJAK DINI KEPADA ANAK

CARA TANAMKAN CINTA PADA NABI DAN RASUL SEJAK DINI KEPADA ANAK

Sebagai orang tua kita diperintahkan mengajarkan anak-anak kita pentingnya Syariah Islam, agar ketika baligh nanti mereka paham dan Istiqomah dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim.


Anak-anak harus diajari terkait akidah, adab maupun syariah merupakan bagian dari syariah Islam yang tidak terpisahkan. Tentu pengajaran tersebut harus mengikuti dari apa yang telah Nabi Muhammad contohkan.


Para salaf (pendahulu) kita yang sholeh yang pakar keluarga mengingatkan, ada tiga hal yang harus diajarkan pada anak Muslim. ''Ajarkan sayang Allah, Alquran, dan Rasul,''.


Ada momen maulid Nabi atau tidak, sebagai orang tua wajib mengenalkan Nabi Muhammad Saw ke anak-anak.

Dalam sebuah hadist

yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Nabi bersabda:


اادبوا اولادكم على ثلاث حصال: حب نبيكم وحب ال بيته وتلاوة القراًن فان حملة القران فى ظل الله يوم لاظل الا ظله مع انبياءه واصفيائه


“Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur’an, karena orang mengamalkan al-Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci”


Agar anak mencintai Nabi Muhammad Saw. Tentunya harus mengenalkan sosok Nabi Muhammad Saw. ke anak-anak sejak usia dini.


Mengajarkan anak mencintai Nabi Muhammad SAW, bukan hanya sebagai penanaman salah satu rukun iman. Namun, juga menanamkan keteladanan. Yakni, menanamkan budi pekerti mulia. Karena itu, ketiga cinta Allah, Alquran, dan Rasulullah SAW sulit untuk dipisah-pisahkan. ''Memanglah sayang Allah SWT, sayang Alquran, dan sayang Rasulullah SAW perlu dijadikan tunjak kehidupan seharian kita.


Tak mudah memang menanamkan cinta pada tokoh yang terpisah berabad-abad jauhnya. Namun, jangan pernah surut berupaya. Bila melihat empat konsep dasar dalam mendidik anak untuk mencintai Allah dan Rasul. Yakni, dipraktikkan, dicontohkan, dibiasakan, dan yang terakhir, didoakan dan dimotivasi.


Saudaraku, ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anak. Yakni, di mana untuk menjalaninya seorang ibu itu seharusnya pinter (cerdas), pener(bisa aplikaskan ilmu dengan metode yang tepat), dan kober (mempunyai cukup waktu mendidik anak). Secara tradisional, keempat konsep itu banyak dilakukan para ibu. 

Persoalannya, dengan berubahnya struktur dan pola interaksi di dalam keluarga semenjak para ibu bekerja di luar rumah. 


Namun, kini pun dengan kerja sama peran antara ibu dan ayah, penanaman nilai-nilai mulia itu secara bersama. Pendekatannya, bisa melalui keberagaman anak. Dengan demikian, anak bisa lebih mudah tertarik.


Sehingga jangan sampai kita mendidik dengan mengenalkan agama hanya sekedar bersifat normatif, berupa larangan dan perintah, bukankah agama sebagai rahmatan lil alamin,''? ''Sehingga seakan-akan agama itu bagi anak menjadi beban dan ancaman.'' Padahal yang jauh harus ditanamkan kecintaan dalam hatinya kepada Agama dan akidahnya.


Dalam mengajarkan anak untuk mencintai Rasul/Nabi Muhammad SAW pada awalnya melalui cerita-cerita/dongeng tentang pribadi Rasul, kejadian-kejadian luar biasa yang pernah dialami Rasul, dan sebagainya. Hal ini disampaikan sejak anak masih kecil, misalnya pada saat anak menjelang tidur.


Agar lebih mengena ke hati, kami menyarankan, cerita-cerita yang disampaikan tak sekadar data. Tapi, cerita yang dapat menggugah perasaan cinta anak. Misalnya, tentang beratnya perjuangan dan pengorbanan Nabi Muhammad SAW. Dan, jangan lupa pula, tentang ''Betapa rasa cinta Rasulullah SAW terhadap umatnya,''. Termasuk, betapa besarnya cinta Rasul pada umat yang hidup sepeninggalnya, supaya tertanam Cinta mereka kepada Sang Baginda.


Selain itu, pembiasaan akan akhlak mulia Nabi yang kelak berguna sebagai bekal anak bisa dimulai sejak kecil. Caranya, bisa melalui pembiasaan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad seperti: makan, mengenakan baju, sepatu dan sebagainya dengan tangan kanan, berbicara dengan lembut, berperilaku sopan santun, bisa mengendalikan amarah, dan lain-lain.


Hal itu tentu saja tidak hanya disampaikan sekali-dua kali, melainkan setiap hari. Orang tua juga harus memberi contoh dan mempraktikkan tentang kebiasaan-kebiasaan yang baik dari Rasul, baik dari perilaku, maupun perbuatannya. ''Sehingga mencintai Rasul itu bukan sekadar diungkapkan, melainkan juga dipraktikkan dengan sikap dan perbuatan yang mencontoh Rasul, sehingga anak-anak kita akan menjadi anak yang shaleh/shalehah, bahagia dunia dan akhirat, sikap dan perilakunya baik, doanya didengar oleh Allah.


Masih banyak langkah yang bisa ditempuh ayah bunda agar anak-anak lebih mencintai Nabi Muhammad Saw.


Namun, mendidik anak di zaman now akan menghadapi banyak cobaan. Sehingga dibutuhkan ayah bunda yang paham Islam agar bisa menancapkan aqidah dan menderaskan tsaqofah Islam ke anak-anak.


Semoga Allah Swt. senantisa menuntun kita agar bisa mendidik anak-anak mencintai Nabi Muhammad Saw. Agar kelak mereka menjadi penerus perjuangan Islam dan memimpin peradaban dunia. Aamiin.

Sunday, January 8, 2023

Istighotsah & Syukuran Kantor Baru, Ajang Refleksi Kinerja BMT NU Kota Madiun

Istighotsah & Syukuran Kantor Baru, Ajang Refleksi Kinerja BMT NU Kota Madiun

Ahad Malam (8/1/23), lantunan bacaan istighotsah menjadi pembuka 'pintu' kantor BMT NU Kota Madiun yang sekarang beralamatkan di Jl. May Jend Sungkono no. 70, Kel. Nambangan Lor, Kec. Manguharjo, Kota Madiun.


Pembacaan istighotsah yang dipimpin oleh Gus Miftahul Huda ini diikuti ± 30 tamu undangan baik dari pendiri dan nasabah juga hadir pula perwakilan dari Badan Otonom dan Lembaga di bawah naungan PCNU Kota Madiun.


Pengasuh Ponpes Kanzul Ulum ini berpesan kepada pengurus khususnya dan teruntuk hadirin yang hendak ingin membuka suatu usaha, "Hendaknya setiap hari dibacakan surat Al-Waqi'ah dan juga melaksanakan Shalat Dhuha sebelum membuka toko (red: usaha)."


Sementara Drs. Agus Triono, Katib Syuriyah PCNU Kota Madiun berpesan dalam sambutannya, "Mari kita 'openi' (red: merawat) BMT ini bersama-sama, jangan hanya mau 'ngopeni' ketika lembaganya sudah besar. Dan tatkala nantinya lembaga ini sudah besar, jangan pernah sekali-kali melupakan NU."


Di penghujung acara, Abas Hasan selaku Komisaris BMT NU Kota Madiun memaparkan, "BMT ini termasuk dalam Nahdlatut Tujjar yang sebagian program telah berjalan. Kedepannya berharap adanya sinergitas antara banom dan lembaga yang lain untuk dapat mengisi dan bantu merealisasikan program-program yang dicanangkan BMT. Dan di tahun kedua ini memohon untuk intensitas pengawalan dan pengawasan terhadap kinerja BMT ini agar dapat mewujudkan cita-cita dari muassis Nahdlatul Ulama serta bermanfaat untuk masyarakat Kota Madiun."


Perlu untuk diketahui bersama bahwa lembaga milik PCNU Kota Madiun yang bergerak di bidang kemandirian ekonomi ini yang selama setahun lalu bertempat di Jl. Kolonel Marhadi no. 9 atau selatan Aloon-Aloon Kota Madiun kini telah berpindah di lokasi yang telah tertera di atas.

📝 (hsa)
📷 (LTN NU Kota Madiun)

Monday, January 2, 2023

Tutup Tahun 2022, LTN NU Kota Madiun Peringati Haul Gus Dur ke-13

Tutup Tahun 2022, LTN NU Kota Madiun Peringati Haul Gus Dur ke-13

Rabu Malam (28/12/2022), bertempat di Kantor PCNU Kota Madiun tampak kerumunan orang dari berbagai lintas iman berkumpul untuk mengikuti jalannya peringatan Haul Gus Dur ke-13. Acara yang bertemakan "Toleransi Harga Mati!" ini dihadiri lebih dari 50 orang. 


Haris Saputra, selaku Ketua Panitia memaparkan, "Acara ini merupakan kerjasama kami (red: LTN NU) dengan Gusdurian Madiun. Kami sangat mengharapkan dengan adanya acara semacam dapat menambah rasa toleransi antar umat beragama dan wawasan tentang agama ataupun kepercayaan yang ada di kota Madiun ini." 


Peringatan Haul Gus Dur ke-13 kali ini dimulai dengan Pembacaan Tahlil yang dipimpin Ustadz Danang Vianto dan diikuti oleh jama'ah Masjid Quba NU pada bakda Maghrib. Dan untuk resminya acara Haul nya dibuka oleh perwakilan PCNU Kota Madiun, yaitu Drs. Choirul Muttaqin, M.Pd.I dan disambung dengan sambutan dari perwakilan Gusdurian Madiun yaitu Pendeta Virgo.


Acara yang 'semi formal' ini berlangsung begitu khidmat dan sesekali diisi dengan candaan oleh pengisi acara yang memberikan testimoni tentang sosok Gus Dur dan rekomendasi toleransi yang harusnya ditanamkan dalam diri kita masing-masing. Tak hanya itu ada juga Performance dari LESBUMI NU kota Madiun feat. Grup Musik Pondok Pemulihan asuhan Pendeta Rudi El Kel, dan juga penampilan dari Pemuda Gereja Katolik Mater Dai Kota Madiun. 


Semua pembicara baik dari Nasrani, Budha, Penghayat mengagumi sosok Gus Dur dan juga berterimakasih kepada teman-teman NU yang telah memfasilitasi untuk bisa duduk bersama dengan saudara lintas iman. Harapannya semoga kegiatan semacam ini tidak berhenti di sini saja tapi kedepannya harus ada aksi-aksi sosial, sinergitas antar umat beragama harus tetap sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh sosok Gus Dur itu sendiri. 



Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-