"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), bukankah aku ini Tuhanmu? "Mereka menjawab, " Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini." [QS. Al-A'raf: 372]
Andaikata semua manusia ini beriman, maka di dunia ini tidak akan ada lagi perbuatan jelek, pemimpin negara sayang kepada rakyatnya, seorang bawahan hormat kepada pimpinannya, seorang majikan sayang kepada para buruh / karyawannya, dan tak ada buruh yang unjuk rasa, tidak ada lagi yang korupsi sebab takut akan ancaman Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Manusia akan lebih mengutamakan kepentingan akhirat daripada kepentingan duniawi yang menipu ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Apabila cahaya Allah telah masuk ke dalam qalbu maka dadapun menjadi lapang dan terbuka..." Seorang sahabat bertanya, "Apakah yang demikian itu tanda-tandanya ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Ya, orang-orang yang mengalaminya lalu merenggangkan pandangannya dari negeri tipuan (dunia) dan bersiap menuju ke negeri abadi (akhirat) serta mempersiapkan mati sebelum mati".
Kemudian dari iman inilah timbul sumber-sumber daya pribadi yang lain yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia seperti tujuan hidup (niat), kesungguhan, ketenangan (thuma'ninah), qona'ah, sabar dan tawakkal, bertaubat, ikhlas, istiqamah, tidak banyak bicara, tidak curang dalam pekerjaan, menjaga rasa malu, menundukkan nafsu, selalu berdzikir, tidak meninggalkan shalat, menjaga diri dari makanan yang tidak halal, tidak berlaku dzalim dan bersyukur. Semua itu merupakan sumber daya pribadi yang sekaligus sebagai kecerdasan spiritual.
TUJUAN HIDUP
Sebenarnya manusia itu tidak berhak menentukan tujuan hidupnya, sebab dia itu dihidupkan bukan hidup dengan sendirinya, maka Allah lah yang berhak menentukan apa tujuan Allah menciptakan manusia itu dengan suatu proses yaitu mati kemudian hidup, kemudian mati lagi, kemudian hidup lagi untuk selama-lamanya. Allah SWT menegaskan dalam kitab suci-Nya bahwa: "Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadah (mengabdi) kepada-Ku." [QS. Adz-Dzariyat: 56]
Maka orang mukmin hendaknya berniat bahwa segala aktivitas kehidupannya termasuk bekerja dengan baik, memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya adalah mutlak beribadah kepada Allah SWT, semua itu akan dibalas dengan pahala yang lebih baik daripada pekerjaannya. Pahala di dunia berupa kehidupan yang baik sedang pahala di akhirat berupa nikmat surga yang abadi. Orang yang beriman (mukmin) akan bekerja dengan sungguh-sungguh disebabkan meyakini bahwa ia bekerja itu adalah ibadah kepada Allah yang akan memperoleh pahala disisi-Nya. Dan di samping itu di hadapan ummat manusia ia terpuji sebab pekerjaannya itu juga menguntungkan orang banyak bahkan negara juga diuntungkan.
Orang mukmin meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, telah membagi rezeki kepada hamba-Nya dengan kebijakan-Nya. Ia merasa bangga dan mencintai Tuhannya sebab Allah-lah yang menciptakan dirinya sebagai manusia yang sangat indah dapat melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan sebagainya.
Karena dekat dengan Tuhannya yang Maha Kaya itu orang mukmin sebagai hamba merasa tidak kurang suatu apapun walau ia menerima sesuatu yang kecil sekalipun ia bersyukur dan terima kasih tak terhingga. Lebih baik lagi jika pemberian itu besar, maka ia berbangga dan menceritakannya kenikmatan itu kepada orang lain dan dibagi-bagikan walaupun sampai habis. Ia yakin akan memperoleh lagi dari majikannya, sebab majikannya sangat penyayang dan pemurah terhadap hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah yang disebut "Qona'ah" artinya suka menerima, tidak pernah mengeluh merasa kurang. Rasulullah SAW bersabda artinya "Qona'ah itu bagaikan gudang yang tidak akan habis."