Monday, March 13, 2023

Kiprah Dakwah Muslimah

Seorang wanita muslimah bukanlah bilangan yang diabaikan, bukan makhluk yang disia-siakan dan tidak dihargai, dan ia pun tidak mengacuhkan begitu saja apakah ia dihargai atau tidak. Malah ia menghormati dirinya dengan penghargaannya terhadap ajaran agamanya. Kalau orang-orang di sekitar alpa atau lupa dengan ajaran agamanya, ia tampil mengingatkan dan menyadarkannya. 

Pada suatu hari Ibnu Mu'adz Al-'Adawiyah tewas, maka para wanita Islam datang melawat ke rumah ibunya. Maka ucap ibunya kepada para wanita itu: "Kedatangan kalian saya sambut dengan selamat datang, kalau kalian hendak menyampaikan selamat kepada kami. Namun kalau kalian hendak menyampaikan ucapan duka cita, terpaksa saya menyambut dengan ucapan selamat jalan."


Lihatlah bagaimana sikap wanita muslimah terhadap kematian putranya fi sabilillah sebagai hal yang patut mendapat ucapan selamat!? Justru semangat itulah yang meninggikan martabat ummat. Suatu pelajaran berharga yang diberikan oleh seorang wanita muslimah yang patut diteladani dan dihargai, dan dinyatakan kepada dunia "Inilah wanita muslimah dalam prototypenya yang terindah dalam kesempurnaan akhlak dan kemasyarakatannya. 


Apabila diselenggarakan pesta perkawinan, maka wanita tampil melayani para laki-laki. 


Sejarah mencatat ketika suatu hari Ummu Asied Al-Anshariyyah mengundang jamuan pada Rasulullah SAW dan para sahabatnya, maka Ummu Asied lah yang menghidangkan makanan itu di depan Rasulullah SAW, namun terhadap kejadian ini Rasulullah tidak mengucapkan sepatah kata pun. 


Salafus Shaleh kita dahulu tahu menempatkan dan menghargai kedudukan wanita. Pada waktu itu wanita bisa mengoreksi kesalahan laki-laki, dan ternyata pihak laki-laki juga tidak merasa malu menerima pikirannya. Padahal Salafus Shaleh itu siapa, baik ditinjau dari sudut ilmu maupun keimanannya. Mereka tidak pernah menyempitkan ruang gerak antara menuntut ilmu dan menunaikan kewajibannya, seperti yang dituduhkan musuh-musuh Islam seolah-olah Islam mengikat keras kaum wanitanya. 


Ka'ab pernah berkata: "Saya pernah berdebat dengan Umar bin Khattab tentang wanita hamil yang ditinggal suaminya. Saya mengatakan ia boleh kawin kalau sudah melahirkan anaknya. Selanjutnya sikap saya iti dikukuhkan oleh Ummu Thufail, katanya: "Rasulullah SAW pernah memerintahkan kepada Subai'ah Al-Aslamiah, supaya ia kawin (lagi) kalau sudah melahirkan anaknya."


Ya, para wanita itu tidak cukup hanya belajar ilmu, akan tetapi mereka juga mengajarkannya. Malah banyak sahabat Rasulullah SAW yang datang membacakan catatannya di hadapan Ummu Sa'ad binti Rabi', untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan-kesalahan. Bukan hanya itu saja, malah beberapa da'iyah menyebarkan dakwahnya dengan bersemangat dan keras, sehingga menggusarkan musuh-musuh Islam dan mengusirnya keluar dari kota Mekkah. Tapi tekad mereka tidak surut, meskipun harus menghadapi berbagai kesulitan dan pengusiran. 


Ummu Syariek Ad-Dausiyah secara diam-diam menyebarkan Islam kepada wanita-wanita Quraisy dan mempropagandakan agama tersebut. Akhirnya rahasianya diketahui oleh orang-orang Quraisy, lalu ia dikembalikan kepada keluarganya. 


Begitulah wanita muslimah di zaman Rasulullah SAW dan di zaman para sahabatnya. Mereka menanggung berbagai cobaan, penyiksaan dan bahkan pengasingan dalam menyebarkan dakwah agamanya. Namun belakangan ini ada orang yang menuduh Islam tidak mendudukkan wanita pada tempatnya yang layak dalam masyarakat Islam. 

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-