Saturday, April 29, 2023

AL-QUR'AN ATAU SHALAWAT

Dalam hal ini, Imam Ibnu Hajar di dalam kitab Syarh Al-Ubab berkata bahwa membaca Al-Qur'an itu lebih utama dibanding membaca dzikir umum yang tidak ditentukan oleh waktu dan tempatnya. Adapun dzikir yang memiliki waktu khusus yang di entukan oleh syara' walau melalui jalur yang dhoif maka membaca dzikir itu lebih utama karena adanya nash dari syara'.

Dalam kitab Hasyiyah Idhah al-Manasik di dalam bab enam, Imam Ibnu Hajar mengomentari fatwa Imam Nawawi yang berbunyi: "Disunnahkan kepada orang yang hendak melaksanakan ziarah kepada Rasulullah untuk memperbanyak membaca shalawat dan salam kepadanya selama di perjalanan. Saat dia melihat pepohonan di Madinah dan tanah haramnya atau setiap hal yang diketahui berhubungan dengan Madinah maka dia sunnah untuk menambah bacaan shalawat kepada Rasulullah. Dan dia juga berdoa kepada Allah agar memberinya manfaat dari ziarahnya dan meminta agar Allah menerima ziarahnya."


Imam Ibnu Hajar berkata: "Adapun ucapan Imam Nawawi (Disunnahkan saat seseorang hendak melaksanakan ziarah..., itu menimbulkan satu pertanyaan. " Apakah membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah lebih utama dari membaca Al-Qur'an atau sebaliknya karena memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah pada saat ziarah juga berlaku pada malam jum'at dan waktu lain yang dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat. Atau apakah membaca Al-Qur'an dan memperbanyak shalawat sama utamanya? 


Antara memperbanyak membaca Al-Qur'an atau shalawat, keduanya masih relatif. Yang jelas, memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah di setiap waktu yang ditentukan adalah yang lebih utama hal ini dikarenakan shalawat itu adalah suatu dzikir yang dikhususkan di suatu tempat yang tertentu. 


Hujjatul Islam, Imam Ghazali berkata: Membaca Al-Qur'an lebih utama bagi seluruh makhluk kecuali orang-orang yang menuju ke jalan Allah. Maka bagi mereka, berdzikir kepada Allah itu lebih utama. Di dalam kitab Dzakhirotul Ma'ad disebutkan: Sebagian ahli ma'rifat berkata: Dzikir yang utama itu kondisional dan menyesuaikan dengan keadaan seorang yang berdzikir itu. Apabila dia menemukan ketenangan dengan membaca Al-Qur'an maka membacanya adalah yang lebih utama atau dengan hal selain Al-Qur'an seperti dzikir maka membaca dzikir baginya lebih utama. 


Syaikh berkata: Ini adalah suatu konsep yang adil karena apabila jiwa bisa bersih dari berbagai kotoran, suci dari keruhnya perkara selain Allah dan syahwat, mata hatinya dapat terbuka dari tutup tebal yang mencegah cahaya mata hatinya masuk ke alam nyata sehingga menjadikan jiwanya dapat menemukan kesamaran rahasia ghaib yang patut terlihat padanya dengan izin Sang Pencipta Yang Maha Pemberi, maka pemilik jiwa suci itu telah cocok untuk melakukan berbagai hal yang telah tiba waktunya. Mulai dari membaca Al-Qur'an, dzikir dan membaca shalawat kepada Rasulullah karena dia termasuk golongan lelaki dari "orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." [QS. Al-Ankabuut:69]


Dan yang paling utama untuk dirinya dengan memperhatikan cita-cita dan kemantapan hati adalah fokus membaca Al-Qur'an dengan menjaga hak-hak Al-Qur'an, adab membacanya serta memelihara kemuliaan yang dia diajak ke dalamnya. Adapun membaca shalawat kepada Rasulullah itu merupakan suatu wasilah yang paling sukses untuk setiap pencari ridho Allah dan merupakan salah satu sebab yang paling bermanfaat untuk menghantarkan ke maqam orang-orang shalih dahulu. Maka menjarah keberkahannya adalah hal yang sudah sepatutnya dia lakukan sebisa mungkin dengan berkonsentrasi, memerlukan Rasul yang dibacakan shalawat, dan melakukan adab-adab mulai di Rasulullah. 

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-