Tuesday, May 2, 2023

Cinta Allah dalam Ibadah Sunnah

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan: "Tidaklah para hamba yang beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku Fardhukan kepadanya. Dan hamba yang beribadah kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah, maka Aku juga menyukainya. Jika Aku telah mencintainya,maka Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengarkan, penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia pakai memegang dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan melindunginya."

Hadits di atas juga memberi pengertian, bahwa dasar kecintaan Allah terhadap hamba-Nya adalah melalui perbuatan-perbuatan sunnah. Karena itu, selama seseorang hamba beribadah kepada-Nya melalui ibadah pada-Nya, maka pada saatnya dia mampu tenggelam dengan melihat kesucian Allah, tidak melihat sesuatupun kecuali Allah berada di sisinya. Pengalaman semacam ini merupakan derajat terakhir bagi orang-orang yang menuju akhirat dan jalan pertama bagi orang yang ingin sampai pada Allah SWT. Semoga dengan anugerah dan karunia-Nya, Allah berkenan memberikan hal itu kepada kita. Dengan mengikuti sunnah tercapailah ma'rifat, dengan melakukan perbuatan fardhu tercapailah qurbah (dekat dengan Allah) dan dengan selalu melaksanakan perbuatan sunnah tercapailah mahabbatullah. 


Imam Asy-Sya'rani mengatakan, "Termasuk anugerah Allah karena melakukan perbuatan-perbuatan sunnah adalah kemampuan memahami makna-makna Al-Qur'an dan Hadits. Karena orang yang selalu melaksanakan perbuatan sunnah, maka Allah akan mencintainya. Jika Allah mencintainya maka ia dekat dengan-Nya; dan jika ia dengan-Nya, maka Allah akan memperlihatkan seluruh rahasia syariat-Nya."


Sunnah adalah Pilihan

Hal ini sesuai dengan perkataan sebagian orang yang makrifat: bahwa akan tersingkap sesuatu bagi orang yang menempuh jalan akhirat, kecuali dengan memperbanyak amalan sunnah. 


Sebab amalan fardhu merupakan kewajiban, sehingga Allah akan menyiksa seseorang jika misalnya ia tidak melakukan shalat lima waktu. Berbeda dengan amalan sunnah dimana seorang hamba boleh memilih. Maka melakukannya bukan karena takut akan siksaan Allah, tetapi karena cintanya kepada Allah. 


Seorang sufi adalah orang yang sangat sempurna kecintaannya kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya. Barangsiapa berharap dapat mencapai tujuan dan memperoleh dari yang dimaksud tanpa mengikuti sunnah-sunnah Nabi, maka hampalah harapan itu. 


Menurut as-Suhrawadi dalam kitab al-'Awarifnya bahwa kehendak seperti ini adalah gejala penyimpangan, zindiq (kekafiran) dan menjadikan diri semakin jauh dari Allah. Karena setiap haqiqat yang tertolak oleh syari'at adalah zindiq. 


Orang yang tertipu seperti ini tidak mengetahui bahwa syari'at adalah kewajiban yang berhubungan dengan hamba ('abd), sementara haqiqat adalah penghambaan ('ubudiyah). Sayyid al-Junaid juga mengatakan, "Jalan yang dilakukan para sufi seperti ini adalah berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, semua jalan tertutup kecuali bagi orang yang mengikuti perilaku Rasulullah SAW. Barangsiapa tidak memelihara Al-Qur'an dan hadits maka jangan ikuti dia, karena jalan (ilmu) kita hanyalah berdasarkan Al-Qur'an dan hadits."



Iman Asy-Sya'rani dalam Muqaddimah kitab Mizanul Kubra mengatakan, "Sesuai kesepakatan para guru thariqah, bahwa tidak boleh seseorang menjadi pemimpin orang-orang yang hendak sampai kepada Allah, kecuali jika telah luas pengetahuan syari'atnya dan semua alatnya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan para pemimpin Thariqah Syadziliyah, yaitu Syaikh Abul Hasan asy-Syadziliy, Sayyid Abul Abbas al Marsy, Sayyid Yaqut al-'Arsy dan Syaikh Tajuddin Ibn 'Atha'illah. 


Mereka tidak memasukkan seseorang dalam thariqahnya kecuali setelah luas pengetahuan syari'atnya, dengan ukuran dapat mengalahkan ulama lain melalui hujjah-hujjah yang kuat dalam satu pertemuan. Jika tidak demikian, maka mereka tidak mengambil orang tersebut untuk menjadi murid selamanya. 


Wallahu a'lam bish shawab

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-