Monday, May 8, 2023

Husnul Khotimah dengan Hati Bersih

“Di antara kalian ada yang beramal dengan amal-amal sholeh surga, amal-amal baik terus sampai antara dia dan surga hanya tinggal 1 hasta lagi saja, tinggal beberapa nafas lagi dalam hidupnya didahului oleh kehendak Allah, didahului oleh ketentuan Allah, bahwa dia harus menjadi penduduk neraka, maka dia berubah amalnya menjadi amal-amal orang-orang yang jahat maka ia wafat dalam keadaan masuk neraka, diantara kalian ada orang-orang yang terus jahat sampai antara dia dengan neraka hanya tinggal 1 hasta saaj lalu dia didahului oleh ketentuan Allah untuk masuk ke dalam surga maka berbalik amal pahalanya menjadi amal-amal orang yang baik setiap perbuatannya maka ia wafat dan wafat sebagai ahli surga.” [HR. Imam Bukhori]

Para muhadditsin mensyarahkan hadits ini adalah dari sebab getaran hati, ketika hati itu berbuat yang baik-baik, pikirannya luhur maka itu akan menuntunnya kepada husnul khatimah, namun walaupun ibadahnya banyak, apabila hati itu jahat, hatinya terus menghina orang, hatinya terus sombong pada orang lain, hatinya terus membenci orang lain, hatinya terus mencela orang lain, bisa saja di akhir Allah melihat orang ini tidak pantas masuk ke dalam surga, maka Allah balikkan dengan ketentuan-Nya.


Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh Allah itu kata Rasul SAW tidak melihat pada perbuatan dan bentuk kalian tapi melihat kalian pada niat perbuatan itu, dan melihat apa yang ada pada sanubari kalian, yang kalian fikirkan.”


Saat seseorang bertakbir “Allahu Akbar” hatinya kosong, dia mendapat pahala, namun ketika bertakbir “Allahu Akbar” 1 kali dengan ucapan penuh kerinduan kepada Allah, jauh beribu kali lebih indah daripada orang yang mengucapkannya yang sama dengan niat yang berbeda.


Maka jagalah hati dan sanubari, dalam niat-niat dan cita-cita, selalulah bercita-cita dengan hal-hal yang luhur, maka Allah akan melimpahkan keluhuran.


Diriwayatkan di dalam Adabul Mufrod oleh Imam Bukhori bahwa salah satu seorang sahabat, ketika Rasulullah SAW wafat, Beliau bersabda: “Wahai Allah, ambil mataku, butakan penglihatanku, aku tidak mau melihat lagi apa-apa setelah wafatnya Nabi SAW, jangan sampai mataku melihat lagi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.” Maka ia dibutakan oleh Allah, para sahabat berdatangan kepadanya, bersilaturrahmi kepadanya karena dia buta, berkata para sahabat: “Kenapa engkau buta?” Ia berkata: “Aku tidak mau lagi melihat apapun kalau tidak lagi lihat wajah Nabi SAW, tidak bisa digantikan dengan kijang-kijang indah dari Yaman atau pemandangan-pemandangan lainnya, tidak bisa digantikan oleh wajah indahnya Nabi SAW, aku tidak butuh mataku lagi biar saja buta kalau tidak lagi memandang wajah Nabi Muhammad SAW.” Demikian indahnya hati mereka para sahabat Rasul, cinta mereka kepada Rasulullah SAW.


Diriwayatkan seorang ibu-ibu tua lanjut usia, ketika Sayyidina Umar bin Khaththab RA lewat, Kholifah di masa lalu, pemimpin di masa lalu malam tidak tidur, keliling ke rumah-rumah fuqara', keliling ke rumah-rumah dhu’afa, ke rumah-rumah orang susah, ke rumah anak yatim barangkali ada rintihan tangis, barangkali ada yang kelaparan, barangkali ada yang kebutuhan maka dia lewat, rumah-rumah itu diketahui, satu rumah dilewati Sayyidina Umar bin Khaththab tahu di situ ada seorang ibu-ibu lanjut usia yang sendiri sebatang kara tidak ada orang bersamanya dilewati oleh Sayyidina Umar bin Khaththab mau dilihat apakah pelitanya hidup atau barangkali perlu dibantu untuk menghidupkan pelitanya, Sayyidina Umar bin Khaththab, maka di malam hari itu ia mendengar senandung doa munajat dan tangis dari ibu tua itu, maka Sayyidina Umar bin Khaththab mendekatkan telinganya, “jangan-jangan ibu-ibu ini lapar, kurang makanannya, aku harus membantunya.”


Maka ia mendekatkan telinganya apa yang dirintihkan ibu itu, ternyata ibu itu sedang berdoa: “Wahai Allah kau telah pisahkan aku dari Nabi Muhammad di dunia, jangan pisahkan lagi aku dengan Muhammad di akhirat, di dunia sudah kau buat Rolasul wafat sebelumku, jangan sampai di akhirat aku tidak jumpa lagi.”


Jatuh roboh Sayyidina Umar bin Khaththab mendengar ibu itu, hingga tidak bisa lututnya menahan tubuhnya, dia jatuh berlutut dan menangis dari rindunya kepada Rasulullah SAW dan dari harunya atas doa ibu yang sudah lanjut usia itu yang masih terus sedih dengan wafatnya Nabi SAW.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-