Wednesday, May 3, 2023

Kurban Dinodai Keangkuhan

Allah SWT berfirman kepada Nabi Adam, "Apakah kamu tahu bahwa Aku memiliki sebuah rumah di bumi?". " Tidak, Ya Allah," jawab Nabi Adam. "Sesungguhnya Aku memiliki rumah di Makkah, maka datanglah ke sana". Nabi Adam AS lalu berkata kepada langit, "Jagalah anak-anakku dengan amanah". Namun langit tidak bersedia. Lalu ia memohon hal yang sama kepada bumi. Bumipun juga tidak bersedia. Ia berkata kepada gunung untuk menjaganya, gunungpun tidak mau. 

Nabi Adam AS lalu berkata kepada putranya, Qabil, jagalah anak-anakku. Qabil menyanggupi. "Silahkan ayah pergi ke Makkah dan engkau akan kembali dan engkau akan mendapati keluargamu baik-baik saja."


Qabil merasa bangga dan lebih hebat dari saudaranya. Ia berkata, "Aku lebih berhak untuk menikahinya daripada kamu. Dia saudari kandungku. Dan aku lebih tua daripada kamu. Dan aku yang mendapat wasiat (pesan) dari ayah."


Setelah Nabi Adam AS berangkat ke Mekkah, kedua putranya berkurban sebagaimana perintah Nabi Adam AS. Habil sebagai seorang penggembala memberikan persembahan kurban berupa kambing kibas terbaik (paling gemuk) yang dimilikinya. Sedangkan Qabil memberikan kurban berupa hasil pertaniannya yang kurang baik. Lalu datanglah api di antara kedua persembahan itu. Maka api itu melahap kurban Habil kambing yang gemuk dan membiarkan kurbannya Qabil. 


Qabil sangat marah. Dan iapun berkata kepada saudaranya, "Aku pasti akan membunuhmu sehingga kamu tidak bisa menikahi saudari kandungku." Habil menjawab, "Sesungguhnya Allah hanya menerima persembahan dari orang-orang yang bertaqwa."


Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh al-'Aufi dari 'Abdullah bin 'Abbas, ia berkata: "Saat itu belum ada orang miskin yang perlu disedekahi. Maka, dalam mempersembahkan kurban, Allah SWT menerima kurban hamba-hamba-Nya dengan mengirimkan api untuk membakar apa yang dipersembahkan untuk-Nya. Kurban sendiri, saat itu, diniatkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Lalu tersebutlah dua orang hamba yang tengah duduk-duduk. Kemudian, satu di antara mereka berkata, "Bagaimana kalau kita mempersembahkan kurban?"


Keduanya pun sepakat. Orang pertama adalah seorang penggembala, sedangkan yang satunya adalah petani. Si penggembala memberikan persembahan berupa kambing kibas terbaik (paling gemuk) yang dimilikinya. Sedangkan si petani memberikan kurban berupa hasil pertaniannya. 

"Lalu," tutur Ibnu Jarir dalam riwayat ini, "Datanglah api di antara kedua persembahan itu. Maka api itu melahap kambing yang gemuk dan membiarkan hasil tanaman tersebut"


Melihat ini, si petani pun berkata dengan nada mengancam, "Apakah kamu berpikir bahwa aku akan membiarkanmu pergi dari tempat ini sehingga orang-orang mengetahui bahwa kurbanmu diterima dan kurbanku ditolak?"

"Demi Allah," lanjutnya berapi-api, "Orang-orang tidak akan melihatku karena engkau lebih baik dari diriku." Lanjutnya sampaikan ancam serius, "Aku akan membunuhmu."

"Apa salahku?" tanya si penggembala. "Sesungguhnya Allah SWT hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertaqwa."


Wallahu a'lam bish shawab


Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-