Friday, May 12, 2023

Setitik Debu Taqwa Gapai Ampunan Allah

Dalam surat Ath-Tholaq ayat 5 Allah SWT berfirman: “Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.”

Untuk menjelaskan ayat ini, kami akan menyampaikan apa yang pernah diceritakan oleh Nabi SAW. Ada seorang yang hidup sebelum masa kenabiannya. Orang tersebut hidup berlimpah harta dengan anak cucu yang amat menyenangkan. Menjelang mati, ia bertanya kepada anak-anaknya, “Menurut kalian, ayah kalian ini orang yang bagaimana?” Mereka menjawab, “Orang baik.” Selanjutnya sang ayah mengatakan, “Ketahuilah wahai anak-anakku, aku lebih tahu tentang diriku. Aku tidak memiliki sedikitpun kebaikan di sisi Allah. Oleh sebab itu, pasti Allah akan menyiksaku kelak.” Saya wasiatkan kepada kalian, “Jika suatu saat aku mati, bakarlah tubuhku lalu tumbuklah arangnya sampai menjadi abu. Tumbuklah sekali lagi sampai benar-benar lembut. Lalu, pergilah ke laut dan taburkan semua abu itu ketika angin sangat kencang!”


“Semua anaknya berjanji untuk melakukan wasiat itu. Demi Tuhanku, mereka benar-benar melakukannya.” Kata Nabi SAW. Ketika abu telah ditebar, Allah SWT berfirman, “Kun (jadilah), maka berdirilah seorang lelaki yang utuh.” Allah kemudian bertanya, “Yaa ‘abdii, maa hamalaka ‘ala an fa’alta maa fa’alta? Qoola: makhoofataka / Wahai hamba-Ku, mengapa kamu melakukan semua itu?” Lelaki itu menjawab, “Karena takut kepada (siksa-Mu).” Nabi SAW melanjutkan, “Maka sejak itu, ia mendapat limpahan Rahmat Allah.” Nabi SAW mengulang sekali lagi, “Maka sejak itu, ia mendapat limpahan Rahmat Alloh.” [HR. Imam Bukhori dari Abu Sa’id]


Ada satu lagi kisah hampar sama yang kami yakin dapat menguatkan optimism ampunan Allah untuk Anda. Pada zaman Nabi Musa AS, ada pria di sebuah kampung yang meninggal dan tak satupun orang bersedia memandikan dan memakamkannya. Mereka bahkan menyeret dan melemparkannya ke pembuangan sampah, karena sepanjang hidupnya ia benar-benar “sampah” yang menyusahkan warga. Allah SWT lalu memberitahu Nabi Musa AS, “Wahai Musa, ada orang yang dibuang ke tempat sampah di suatu perkampungan. Carilah ia sampai ketemu, lalu mandikan, bungkuslah dengan kafan, sholatilah dan makamkanlah secara terhormat. Ia benar-benar kekasih-Ku.” Nabi Musa berjalan menyusuri kampung ke kampung untuk mencari “manusia sampah” itu. Setiap orang memberi julukan yang sama untuk mayit itu: “Si Jahat.” Nabi Musa AS meminta ditunjukkan di mana si jahat itu dibuang. Setelah mayat itu ditemukan tergeletak busuk di tumpukan sampah, Nabi Musa AS berkata, “Wahai Tuhanku, apakah Engkau memerintahkan aku mensholati orang yang sudah dikenal kejahatannya ini?”


Allah SWT berfirman, “Wahai Musa, benar ia memang orang jahat, tapi tahukah kamu bahwa ketika menjelang matinya, ia meminta belas kasih-Ku. Apakah Aku, Tuhan Yang Maha Pengasih tidak mengasihinya? Ketahuilah wahai Musa, menjelang sakarotul maut, ia berkata lirih, “Wahai Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui gunungan dosa yang telah aku lakukan sepanjang hidupku. Tapi, saya yakin, Engkau Maha Mengetahui isi hatiku. Aku sejatinya berontak setiap kali aku melakukan dosa. Wahai Tuhanku, sekalipun penuh dosa, aku tetap senang dan hormat kepada orang-orang sholeh di sekitarku. Jika ada dua panggilan, dari orang jahat dan orang sholeh, pastilah aku mendahulukan orang sholeh.”


“Wahai Tuhanku, jika Engkau mengampuni aku, pastilah Nabi-Mu tersenyum gembira karena salah satu ummatnya terbebas dari neraka. Sebaliknya, musuh-musuh-Mu, yaitu Iblis dan setan akan bersedih. Aku yakin, Engkau lebih menyukai senyuman Nabi-Mu daripada senyum iblis dan kawan-kawannya. Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kasihanilah aku.” Maka Allah SWT berfirman, “Aku, Tuhan Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Aku akan mengasihi dan mengampuni dia, karena ia telah mengakui dosa-dosanya kepada-Ku. Allah SWT berfirman, “Wahai Musa, segera sholat untuknya sesuai perintah-Ku. Aku akan mengampuninya atas keberkahan orang yang mensholatinya.”


Dua kisah di atas juga bisa menampar muka kita. Orang yang kita pandang penuh maksiat, bisa jadi ia kekasih Allah karena setitik debu taqwa dalam hatinya yang tidak diketahui siapapun, dan partikel taqwa itulah yang mendatangkan ampunan Allah kepadanya. Sedangkan kita yang merasa lebih suci daripadanya, bisa jadi menurut Allah, ada setitik debu dosa yang kita lakukan tanpa kita sadari dan partikel dosa itulah yang membuat Allah SWT murka kepada kita. Mulai saat ini, hapuslah perasaan bahwa kita lebih suci daripada orang lain, dan hentikan kebiasaan memandang sinis pelaku dosa di sekitar kita, sebab bisa jadi ia lebih harum di sisi Allah daripada kita.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-