Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Sunday, June 18, 2023

Esensi dan Tanda Haji Mabrur

Esensi dan Tanda Haji Mabrur

Walaupun kita belum bisa menunaikan ibadah haji, namun layak dan pantas kalau kita juga membicarakan dan merenungkan hal-hal yang terkait dengan haji. Di samping membekali diri untuk ke depan, kita mengintai saudara-saudara kita siapa yang hajinya mabrur. Bukan untuk dikatakan kepada mereka, tetapi sekedar untuk memberi rambu-rambu pada diri kita terhadap mereka. 

Kata "Haji Mabrur" Ini sudah sangat populer. Dalam kitab-kitab hadits disebut-sebut dan diulang sebanyak 41 kali. Dan banyak pendapat tentang "Haji Mabrur". Sehingga wilayahnya masuk pada hikmatut tasyri, karena sudah bermacam-macam pendapat dan persepsi. Ada yang mengatakan bahwa, karena haji pada hakikatnya adalah uji kepatuhan dan kesabaran, maka orang yang menunaikan haji tentu seharusnya akan semakin patuh dan semakin sabar. Sehingga orang yang datang dari menunaikan haji kemudian tidak patuh, maka kita ragukan kemabrurannya. 


Orang yang pulang haji kemudian tetap saja temperamen, emosional, maka sesungguhnya bisa dikatakan kurang mabrur. Kalau kita perhatikan bahwa seluruh proses ibadah haji itu murni ibadah badaniyah dan yang ibadah ruhaniyah yang terkait dengan mental. Padahal proses ibadah haji itu sepertinya bermain, jalan-jalan, camping, lempar kerikil dan lain-lain, dan semua orang apapun derajat dan kedudukannya harus tunduk patuh mengikuti proses seperti itu. Jenderal bahkan Presiden sekalipun harus mainan lempar kerikil di Jamarat. 


Tetapi, pada hakikatnya bukan main-main, tetapi uji kepatuhan dan kesabaran. Betapa tidak mudahnya untuk sekedar ke kamar kecil, karena harus antre lama. Hal ini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Sedangkan Ibnu Umar berpendapat bahwa ciri haji mabrur, husnush shahabah. Orang yang pulang haji semakin baik dalam bergaul dengan teman-temannya. Semakin familiar, semakin akrab dengan sahabat-sahabatnya. Sehingga kalau pulang haji, masih saja cemberut tidak familiar dengan sahabatnya, maka belum dikatakan mabrur. 


TIGA TANDA MABRUR

Rasulullah SAW ditanya oleh sahabatnya tentang haji mabrur, beliau bersabda: Ith'aamuth tho'aam, ifsaaus salaam wa wath thiibul kalaam. Sehingga menurut Rasulullah SAW haji mabrur tandanya ada tiga. Pertama, ith'aamuth tho'aam (memberi makan) artinya seorang yang hajinya mabrur diantara tandanya adalah dia semakin dermawan. Orang berangkat haji pada umumnya kaya, mampu atau setidaknya mempunyai harta yang lebih dibanding yang lain. Jika pulang haji tidak dermawan, maka masih belum dikatakan mabrur hajinya. 


Kedua, ifsaaus salaam (menebarkan salam) menjadikan salam sebagai bagian kebiasaan dalam pergaulan. Namun, harus juga disertai senyum. Dalam hadits yang terpisah, Rasulullah SAW bersabda : Ittaqin naara, walau bith tholqi wajhin (takutlah dari api neraka, walaupun pahala itu diperoleh dari senyum). Jadi, senyum, muka ceria, ketika bertemu sahabat, itu berpahala. Bahkan dengan senyum, sebanyak 16 urat akan tidak tegang dan akan terjadi rileksasi. Sehingga tidak gampang berkerut, akibatnya akan awet muda, awet sehat, awet hidup. Sehingga, jika kita menemui orang pulang haji, kemudian menjadikan salam sebagai harga mahal, cemberut, maka hajinya belum mabrur. 


Ketiga, thiibul kalaam (perkataannya selalu baik). Yang biasa omong kotor, sepulang dari haji hilang kebiasaannya itu. Pembicaraannya selalu santun, sopan, enak didengar, tidak menyakitkan orang lain, tidak arogan, dll. 


Untuk itu, marilah ketiga hal ini kita galakkan terutama dalam diri kita, walaupun kita belum berkesempatan menunaikan ibadah haji. Dan jika kita berkesempatan menunaikan haji, hendaknya ketiga hal ini perlu diperhatikan dan diamalkan. Terakhir, yang terkait bulan Dzulhijjah adalah puasa Arafah, Shalat Idul Adha dan berqurban. Untuk itu kami menghimbau kepada kita semua untuk melaksanakan itu, semoga dengan demikian kita bisa menjadi hamba Allah yang semakin taat dan bisa mencapai derajat taqwa yang sebenarnya. 


Tentang ibadah qurban ini, syariat Islam memberi kesempatan yang agak panjang, yakni 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Patut kita renungkan sabda Rasulullah SAW : man kaana lahu sa'atun walam yudhohhi falaa yaqrobanna musholli (barangsiapa yang punya kelonggaran rizqi, kemudian tidak berqurban, maka janganlah mendekati masjidku). Suatu sindiran yang amat keras, orang yang punya ketekunan beribadah "percuma" kalau tidak ada kepedulian sosial. Semoga hubungan kita dengan Allah baik, dan dengan manusia lain juga baik. Sehingga menjadi hamba Allah yang selamat di dunia dan akhirat. 


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Friday, June 16, 2023

TENTANG PENETAPAN SYAFA’AT

TENTANG PENETAPAN SYAFA’AT

Apa syafa’at yang diyakini kaum muslimin yang bertauhid?

Syafaat yang diyakini oleh kaum muslimin yang bertauhid adalah doa si pemberi syafaat (kepada Allah SWT) teruntuk pihak yang disyafaati. Kemudian Allah SWT memperkenankannya lantaran anugerah-Nya bagi siapa saja yang Dia kehendaki.

Apakah syafaat diperkenankan dan apa dalilnya?

Ya, syafaat diperkenankan. Dalil yang memperkenankannya adalah firman Allah SWT dalam kitab-Nya yang agung: 

“Dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhoi (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya’: 28)


“Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak bergunan kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan ridhai.” [QS. An-Najm: 26]


Syafaat seperti apa yang terhalang dan ditolak oleh Al-Qur’an?

Syafaat yang terhalang dan ditolak Al-Qur’an adalah syafaat yang mengandung kesyirikan yang diyakini oleh kaum musyrikin pada tuhan-tuhan mereka. Yaitu syafaat yang tidak diizinkan dan tidak diridhai Allah SWT. Mereka berpandangan bahwa syafaat tuhan-tuhan mereka itu diterima dan tidak ditolak, serta bukan dengan izin Allah SWT.


Adapun syafaat dengan izin Allah SWT dari hamba-hamba-Nya yang terpilih dan memilik keutamaan kepada orang-orang durhaka namun mereka tetap mengesakan Allah, maka syafaat ini tidaklah terhalang. Meyakininya termasuk ajaran agama. Sebab syafaat termasuk doa. Sedangkan Allah SWT memperkenankan doa orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta melimpahkan tambahan karunia-Nya kepada mereka.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB



Thursday, June 15, 2023

Ember dari Langit, Bukti Kekuatan Tauhid

Ember dari Langit, Bukti Kekuatan Tauhid

Ummu Syuraik al-Qurasyiah 

Diantara sahabat Rasulullah SAW yang gigih mendakwahkan Islam adalah sosok seorang wanita bermental baja. Namanya adalah Ghaziyah binti Jabir bin Hakim. Beliau seorang wanita dari Quraisy, wanita dari Bani Amir bin Lu’ai dan ia pernah menjadi istri Abu al-Akr ad-Dausi. Beliau merasa simpati hatinya dengan Islam sejak masih di Mekkah, hingga mantaplah iman di hatinya dan beliau memahami kewajiban dirinya terhadap agama yang lurus sehingga beliau mempersembahkan hidupnya untuk menyebarkan hidupnya untuk menyebarkan dakwah tauhid, meninggikah kalimat Allah dan mengibarkan panji Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullahi.

MENGAJAK WANITA BERIMAN

Mulailah Ummu Syuraik bergerak untuk berdakwah dan mengajak wanita-wanita Quraisy secara sembunyi-sembunyi. Beliau berdakwah kepada mereka, memberikan dorongan-dorongan agar mereka masuk Islam tanpa kenal dan jemu. Beliau menyadari resiko yang akan menimpa dirinya, baik pengorbanan maupun penderitaan, serta resiko yang telah menghadangnya, berupa gangguan dan siksaan terhadap jiwa dan harta. Akan tetapi, iman bukanlah sekedar kalimat yang diucapkan oleh lisan, melainkan iman pada hakikatnya memiliki konsekuensi dan amanah yang mengandung beban dan iman berarti jihad yang membutuhkan kesabaran.


Takdir Allah menghendaki setelah masa berlalu beberapa lama, mulailah hari-hari ujian, hari-hari menghadapi cobaan dialami Umm Syuraik. Pasalnya, aktivitas Ummu Syuroik RAnha telah diketahui penduduk Mekkah. Akhirnya, mereka menangkap beliau dan berkata, “Kalaulah bukan karena kaum kamu, kami akan tangani sendiri. Akan tetapi, kami akan menyerahkan kamu kepada mereka.”


Ummu Syuraik berkata, “Maka datanglah keluarga Abu al-Akr (yakni keluarga suaminya) kepadaku kemudian berkata, “Jangan-jangan engkau telah masuk kepada agamanya (Muhammad)?” Beliau berkata, “Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad”. Mereka berkata, “Demi Allah, aku akan menyiksamu dengan siksaan yang berat”. Kemudian, mereka membawaku dari rumah kami, kami berada di Dzul Khalashah (terletak di Shan’a), mereka ingin membawaku ke sebuah tempat dengan mengendarai seekor runta lemah, yakni kendaraan mereka yang paling jelek dan kasar. Mereka memberiku makan dan madu, akan tetapi tidak memberikan setetes air pun kepadaku. Hingga manakala tengah hari dan matahari telah terasa panas, mereka menurunkan aku dan memukuliku, kemudian mereka meninggalkanku di tengah teriknya matahari hingga hampir hilang akalku, pendengaran dan pengilhatanku. Mereka melakukan hal itu selama tiga hari. Tatkala hari ketiga, mereka berkata kepadaku, “Tinggalkanlah agama yang telah kau pegang!”. Ummu Syuraik berkata, “Aku sudah tidak lagi dapat mendengar perkataan mereka, kecuali satu kata demi satu kata dan aku hanya memberikan isyarat dengan telunjukku ke langit sebagai isyarat tauhid’.”


EMBER DARI LANGIT

Ummu Syuraik melanjutkan, “Demi Allah, tatkala aku dalam keadaan seperti itu, ketika sudah berat aku rasakan, tiba-tiba aku mendapatkan dinginnya ember yang berisi air di atas dadaku (beliau dalam keadaan berbaring), maka aku segera mengambilnya dan meminumnya sekali teguk. Kemudian, ember tersebut terangkat dan aku melihat ternyata ember tersebut menggantung antara langit dan bumi dan aku tidak mampu mengambilnya. Kemudian, ember tersebut menjulur kepadaku untuk yang kedua kalinya, maka aku minum darinya kemudian terangkat lagi. Aku melihat ember tersebut berada antara langit dan bumi. Kemudian, ember tersebut menjulur kepadaku untuk yang ketiga kalinya, maka aku minum darinya hingga aku kenyang dan aku guyurkan ke kepala, wajah dan bajuku. Kemudian, mereka keluar dan melihatku seraya berkata, “Dari mana engkau dapatkan air itu wahai musuh Allah”. Beliau menjawab, “Sesungguhnya musuh Allah adalah selain diriku yang menyimpang dari agama-Nya. Adapun pertanyaan kalian dari mana air itu, maka itu adalah dari sisi Allah yang dianugerahkan kepadaku.”


Mereka bersegera menengok ember mereka dan mereka dapatkan ember tersebut masih tertutup rapat belum terbuka. Lalu, mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa Rabbmu adalah Rabb kami dan kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rezeki kepadamu di tempat ini setelah kami menyiksamu adalah Dia Yang Mensyari’atkan Islam’.” Akhirnya, masuklah mereka semuanya ke dalam agama Islam dan semuanya berhijrah bersama Rasulullah SAW dan mereka mengetahui keutamaanku atas mereka dan apa yang telah dilakukan Allah terhadapku. 


Semoga sampai merohmati Ummu Syuraik, yang telah mengukir sebaik-baik contoh dakwah dalam berdakwah ke jalan Allah, dalam keteguhan dalam memperjuangkan iman dan aqiidahnya dan dalam bersabar di saat menghadapi cobaan serta berpegang kepada tali Allah… Marabahaya tidak menjadikan beliau kendor ataupun lemah yang mengakibatkan beliau bergeser walaupun sedikit untuk menyelamatkan jiwanya dari kematian dan kebinasaan. Akan tetapi, hasil dari ketegaran beliau, Allah memuliakan beliau dan menjadikan indah pandangan matanya dengan masuknya kaumnya ke agama Islam. Inilah target dari apa yang dicita-citakan oleh seorang muslim dalam berjihad.


Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sungguh, seandainya Allah memberikan hidayah kepada satu orang karena dakwahmu, maka itu lebih baik dari onta yang merah (harta kekakayaan yang paling berharga).” 


Sumber: kitab Nisaa’ Haular Rosul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthofa Abu An-Nashr asy-Syalabi.

Wednesday, June 14, 2023

KRISIS CINTA KRISIS KEBAHAGIAAN

KRISIS CINTA KRISIS KEBAHAGIAAN

Ketahuilah, kebahagiaan sebagai tujuan primadona setiap manusia, kendati memiliki warna kecenderungan yang berbeda-beda. Terkait dengan itu, perlu diketahui bahwa kebahagiaan berbeda dengan kesenangan. Kesenangan didapati dengan menuruti hawa nafsu, sementara kebahagiaan diperoleh dengan mengendalikan hawa nafsu. Kalau manusia kian meliarkan dan membebaskan hawa nafsu, niscaya terhambat menggapai kebahagiaan, yang didapati hanya sampah kesenangan semata.

Karena itu, kita diperintahkan bertaqwa agar bisa merasakan bahagia. Tapi ketaqwaan tak bisa terbentuk kecuali diawali dengan pengendalian hawa nafsu. Kendalikan nafsu agar bisa melahirkan ketaqwaan, dan ketaqwaan akan mengantarkan pada kebahagiaan. Bukankah kita sudah sholat, puasa, zakat, haji tetapi mengapa kita tidak bahagia? Fenomena itu menunjukkan ada suatu yang salah pada pemahaman keberagamaan kita.


Ingatlah, orang yang tidak menemukan kedamaian dalam hatinya, tidak akan menemukan kebahagiaan di manapun di muka bumi ini, bahkan di istana sekalipun. Lalu apa yang membuat manusia damai dan bahagia?


Imam Ghozali mendefinisikan secara sederhana, kebahagiaan adalah terpenuhinya harapan. Apa saja harapan manusia? Harapan manusia berupa kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis dengan terpenuhi jodoh dan pasangan, intelektual berupa ilmu dan wisdom, dan agama. Memang, manusia itu satu namun memiliki empat kedirian, berupa fisik, psikologis, intelektual dan spiritual. Bukankah harapan manusia akan kebutuhan fisik, psiki, intelektual, dan spiritual telah dipenuhi Allah, namun mengapa mereka tidak kunjung merengkuh kebahagiaan? Tak jarang mereka melukisi kanvas kehidupannya dengan keluhan, bersikap resisten terhadap realitas yang berkunjung padanya.


Ketahuilah, mandulnya pohon kebahagiaan, kendati telah dianugerahi beragam kebutuhan tersebut, karena defisitnya volume cinta. Miskinnya cinta mengantarkan pada miskinnya kebahagiaan. Ketika orang telah dianugerahi cinta, berarti dianugerahi kebahagiaan. Gamblangnya, cinta menjadi kata kunci untuk mengakses kebahagiaan.


Walau demikian, cinta di sini bukan sembarang cinta. Inilah cinta suci. Kita tidak bisa mengakses kebahagiaan dalam beragama, pengetahuan, dan rezeki, lantaran ada energi yang hilang dan kurang. Itulah spirit cinta pada Allah. Cinta itu sebagai permata indah yang terliput di rahim iman. Ya, iman adalah cinta pada Allah.


Bagaimana dengan konsepsi yang berlaku di umum, bahwa iman adalah percaya? Ketahuilah, kalau iman hanya sekedar percaya, iblis amat percaya dan yakin pada Allah. Bagaimana tidak percaya, ia pernah bermuwajahah dengan Allah. Walau sudah pernah berdialog dengan Allah, mengapa iblis dikatakan tidak beriman bahkan kafir? Kalau begitu, apa karakteristik yang menandai dan membedakan orang beriman dan iblis yang sama-sama percaya. ".... Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." [QS. Al: Baqarah: 165]


Pemahaman ini selama ini kurang dijadikan konsentrasi dan fokus kajian. Pada umumnya iman didefinisikan sebagai percaya. Harusnya iman tidak sebatas disebut percaya. Namun, iman sebagai cinta yang menjadi kekuatan dahsyat. Cinta inilah yang memandu manusia menuju kebahagiaan dunia akhirat. Dengan spirit cinta, kita bakal merasakan kebahagiaan setiap saat. Pecinta menggapai bahagia di dunia karena mengalami ma'rifat, dan di akhirat mengalami liqo' dengan Allah.


Renungilah, mengapa di akhirat ada orang bahagia dan menderita pada saat bertemu Allah SWT? Pecinta diwarnai kebahagiaan karena bertemu dengan yang dicintai. Namun, bagi orang yang membenci Allah, niscaya pertemuannya mencipratkan penderitaan baginya.


Di akhirat nanti, semua orang akan mengalami liqo' dengan Allah. Hanya saja ada orang yang memandang-Nya dengan wajah berseri-seri lantaran dijiwai spirit cinta. Dan ada yang terkurung dalam penderitaan karena disergap kebencian.


"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram," [QS. Al-Qiyamah: 22-24]


Makanya, ketika hati telah dipenuhi spirit cinta pada Allah, kematian dipandang sebagai pintu gerbang bertemu dengan kekasih, sehingga dia menyambutnya dengan wajah berseri-seri. Cinta itulah yang membuatnya bahagia. Sementara orang yang membelakangi Allah dan menghadap dunia, justru saat meninggal dunia menjadi orang yang paling menderita. Ia menderita karena dipaksa berpisah dengan yang dicintainya. 


Dari situ bisa diringkas, bahwa Husnul Khotimah berbanding lurus dengan pelepasan keterikatan terhadap duniawi. Kalau orang melepaskan keterikatan pada materi duniawi, dia akan mendapati Husnul Khatimah di ujung perjalanannya di dunia. Namun, kalau orang masih melekat kuat hatinya dengan kehidupan duniawi, maka kematian akan membuatnya menderita, karena dipisah dengan apa yang dicintai.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Tuesday, June 13, 2023

Siapa yang Harus Dikasihani?

Siapa yang Harus Dikasihani?

Dikisahkan, ada orang kaya menghadiahkan lima ratus dinar kepada Imam Junaid. Uang tersebut diletakkan di depan Imam Junaid, Beliau bertanya,

“Anda masih punya uang selain ini?”

“Ya. Uang saya banyak sekali.” Jawab orang kaya pemberi hadiah.

“Anda masih terus bekerja menghasilkan uang?”

“Ya.”

“Anda lebih layak dengan uang ini dibandingkan saya. Saya tidak memiliki uang sebanyak ini. Puji Allah, saya tidak berusaha mencari dan tidak ada keinginan mendapatkannya.” Kata Imam Junaid sambil mengembalikan uang yang ada di depannya.

[Dikutip dari Tadzkiratul Auliya’ hlm. 378]

(***)

Imam Junaid ingin mengingatkan agar kita jangan terbuai dalam menumpuk kekayaan. Tidak selayaknya hal itu dilakukan oleh orang yang meyakini bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara.

Monday, June 12, 2023

AKHLAQ, NILAI KUALITAS SEORANG ANAK

AKHLAQ, NILAI KUALITAS SEORANG ANAK

Anak Sholeh adalah anak yang memberikan manfaat di dunia sampai di akhirat. Ketika ada seorang anak berbuat amal Sholeh, maka pahalanya juga dimasukkan rekening bagi kedua orangtuanya. Anak yang sholeh juga memberikan manfaat di surga, dengan menaikkan derajat mereka di surga.

Kalau seekor burung akan bernilai ketika ia bersuara indah. Seekor kuda bernilai tinggi ketika memiliki kekuatan berlari tak bertandingi. Setiap sesuatu ada nilai kualitasnya. Ada buah berkualitas. Ada barang berkualitas. Nah, demikian juga seorang manusia, ada nilai kualitasnya. Bagi seorang anak, kualitasnya dilihat dari akhlaqnya, kepatuhannya kepada orang tua. Bukan karena ketampanan atau kecantikannya. Kesuksesan atau kekayaannya. Iya, itu memang bisa menjadi pelengkap. Tapi, meski semua itu ada dalam diri seorang anak, namun dia tidak berakhlaq, tidak taat pada orang tua, bahkan berani durhaka, maka orang tua tidak akan bahagia. Dia akan sedih dan susah punya anak tidak taat, atau tidak sholeh. Tidak ada harta yang lebih berharga daripada anak sholeh. Dalam hadits, doa anak sholeh disebut sebagai salah satu amalan manusia yang pahalanya akan terus mengalir.


Seorang anak yang sholeh, juga tidak memiliki ambisi atau ketamakan untuk menguasai harta orang tuanya. Bahkan ketika orang tua mereka sudah tua dan sakit-sakitan. Mereka mau melayani dan merawatnya dengan penuh keikhlasan.


Anak sholeh adalah yang menyenangkan orang tuanya. Merawat ikhlas merawat orang tua. Tidak tamak terhadap harta orang tuanya. Orang tua sudah sepuh, sebaiknya persilahkan harta mereka untuk ibadah, untuk umroh, dijariahkan untuk pondok pesantren. Bahkan mereka tidak harap-harap mendapat warisan.


Berbeda dengan anak yang tidak sholeh. Ketika orang tuanya sudah tua dan sakit-sakitan yang diincar adalah harta warisannya. Kalau sampai ada anak yang tamak pada harta orangtuanya itu namanya anak durhaka, Na'udzubillah.


Sebelum orang tua menyesal karena anaknya durhaka, maka segeralah ikhtiar dengan berupaya keras mendidik anak-anaknya agar menjadi anak sholeh. Termasuk dengan memasukkan mereka ke pondok pesantren.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Saturday, June 10, 2023

TENTANG HAKIKAT IBADAH

TENTANG HAKIKAT IBADAH

Apa makna ibadah?

Ulama ahli tahqiq menyatakan, menurut istilah syariat, ibadah adalah implementasi ketundukan semaksimal mungkin yang disertai keyakinan adanya sifat-sifat ketuhanan pada pihak yang ditunduki atau keyakinan adanya sesuatu yang dari kekhususan-kekhususan sifat-sifat ketuhanan, seperti kewenangan mutlak terhadap manfaat dan bahaya. Adapun bila tak disertai keyakinan ini, maka implementasi ketundukan tersebut sama sekali bukan sebagai ibadah meskipun dilakukan dalam bentuk sujud, apa lagi yang kurang darinya.

Ini sebagaimana disinyalir dalam perintah Allah SWT kepada para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam AS, lantas mereka sujud kepadanya. Juga dikisahkan bahwa Nabi Ya'qub AS, istrinya, dan anak-anaknya sujud kepada Nabi Yusuf AS.


Allah SWT berfirman: "Dan dia menaikkan kedua orangtuanya ke atas singgasana. Dan mereka tunduk bersujud kepadanya." [QS. Yusuf: 100]


Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksudnya adalah kedua orangtuanya dan saudara-saudaranya yang masih ada dengan jumlah sebelas orang sujud kepadanya. Saat itu perbuatan semacam ini masih diperbolehkan dalam syariat-syariat mereka. Jika mereka menyampaikan salam kepada pembesar, maka mereka sujud kepadanya. Hal ini diperkenankan sejak zaman Nabi Adam AS sampai syariat Nabi Isa AS. Namun kemudian perbuatan ini dilarang dalam agama Islam dan ditetapkan bahwa sujud hanya murni ditujukan ke hadirat Allah SWT.


Dalam hadits dinyatakan bahwa Sayyidina Mu'adz datang ke negeri Syam. Di sana dia menemui penduduknya sedang sujud kepada uskup mereka. Saat pulang, dia sujud kepada Rasulullah SAW.

Beliau bertanya, "Apa ini, hai Mu'adz?!"

Sayyidina Mu'adz pun menjawab, "Aku melihat mereka sujud kepada uskup mereka, dan engkau adalah orang yang paling layak untuk disujudi."

Beliau bersabda, "Seandainya aku memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan kepada wanita agar bersujud kepada suaminya."

Maksudnya, bahwa sujud ini dulu diperkenankan dalam syariat mereka. [HR. Imam Ibnu Majah, Imam Achmad dan Imam Ibnu Hibban]


Seandainya hanya berupa sujud kepada selain Allah dinyatakan sebagai ibadah secara mutlak, maka sujud ini tidak akan dapat dibenarkan dalam agama apapun, karena dengan demikian sudah termasuk dalam kekafiran. Sesuatu yang dinyatakan sebagai kekafiran tidak berbeda meskipun dalam syariat yang berbeda-beda dan Allah pun tidak akan pernah memerintahkan kekafiran kapan pun masanya.


Allah SWT berfirman: "Dan Allah tidak meridhoi kekafiran pada hamba-hamba-Nya." [QS. Az-Zumar: 7]


Dengan demikian dapat diketahui bahwa sujud dan bentuk ketundukan lainnya bukan merupakan ibadah menurut istilah syariat kecuali dengan adanya keyakinan terhadap apa yang telah disebutkan di atas tadi. Seperti sujud dan doa kaum musyrikin kepada tuhan-tuhan mereka, di mana mereka meyakini itu.


Mereka telah kufur lantaran keyakinan mereka terkait sujud mereka pada adanya kewenangan mutlak terhadap manfaat dan bahaya, serta terpenuhinya segala yang dikehendaki tanpa ada hubungan dengan Allah SWT. Mereka tetap menganggap bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar dan sembahan-sembahan mereka memiliki ketuhanan di bawah tingkat ketuhanan-Nya. Sebagai konsekuensi dari sifat keturunan (yang mereka yakini itu), maka kehendak mereka harus dapat terpenuhi dan syafaat mereka harus diterima tanpa ada penolakan dan tidak tergantung pada izin Allah SWT.


Ini disinyalir dalam firman Allah SWT sekaligus sebagai pemungkiran terhadap apa yang mereka yakini: "Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih?" [QS. Al-Mulk: 20]


Dan firman Allah SWT: "Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami? Tuhan-tuhan mereka itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri." [QS. Al-Anbiya': 43]


Adapun penggapaian perantara kepada Allah oleh seorang Muslim, permohonannya kepada-Nya dengan meminta syafaat Rasulullah SAW, doanya kepada-Nya dengan memohon pertolongan kepada-Nya, nazarnya serta penyembelihan hewan qurbannya bagi salah seorang nabi dengan tujuan sedekah darinya termasuk ritual menyentuh dan mengelilingi kuburannya, maka meskipun sebagiannya dilarang namun ini semuanya sama sekali bukan merupakan ibadah kepada selain Allah. Sebab, tidak ada seorang pun di antara kaum muslimin yang meyakini ketuhanan selain Allah atau meyakini adanya manfaat dan bahaya serta pengaruh seorang pun selain Dia.


Sebagaimana yang kami lihat, mengapa sebagian kalangan berani mengkafirkan kaum muslimin?

Ketahuilah, bahwa kerancuan pemikiran mereka yang membuat mereka berani mengkafirkan kaum muslimin adalah perkataan mereka. "Setiap ibadah kepada selain Allah adalah syirik," -meski perkataan ini benar dan sudah maklum bagi kalangan terpelajar maupun kalangan awam- tapi mereka sungguh telah sesat dan menyesatkan dalam (menerapkan) hal ini. Mereka membuat perkara-perkara yang tak dapat dibenarkan dan asumsi-asumsi dusta di atas kaidah itu. Seperti pernyataan mereka bahwa setiap doa bagi mayit atau orang yang tidak ada di tempat, nazar atau penyembelihan bagi seorang nabi atau wali, mengelilingi dan menyentuh kuburannya, adalah ibadah selain Allah, dan bahwasanya orang yang melakukan sebagian dari perbuatan-perbuatan itu adalah kafir yang menyekutukan Allah.


Ini adalah kebodohan mereka dan kesalahan yang sangat jelas bertentangan dengan pendapat yang dianut oleh kalangan yang berlaku benar dan menganut pendapat yang shohih. Itu lantaran mereka tidak mengerti apa yang dijadikan penilaian oleh syariat terkait makna ibadah dan hakikatnya.


Maksudnya, ibadah menurut istilah syariat adalah implementasi ketundukan secara maksimal disertai keyakinan terhadap ketuhanan pada yang disembah atau keyakinan terhadap suatu kekhususan sifat ketuhanan, yang terdapat padanya kewenangan mutlak dalam memberi manfaat dan bahaya.


Ketahuilah itu dan pahamilah. Jangan sampai Anda terjebak dalam kekeliruan.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB


Friday, June 2, 2023

ANCAMAN BAGI MEREKA YANG GEMAR MENGKAFIRKAN KAUM MUSLIMIN

ANCAMAN BAGI MEREKA YANG GEMAR MENGKAFIRKAN KAUM MUSLIMIN

Apakah seorang muslim boleh mengkafirkan seseorang yang telah mengucap Laa ilaha illaallah?

Tidak boleh. Sungguh, itu merupakan perkara berbahaya yang mana tidaklah lancing seseorang melakukan itu kecuali bagi yang Allah sesatkan dan sasarkan. Ia buruk prasangkanya dan ia mengikuti hawa nafsunya.

Apa ancaman yang dijanjikan terkait hal itu?

Dalam riwayat sebuah hadits shohih dinyatakan bahwa Nabi SAW bersabda: “Jika seseorang mengkafirkan saudaranya (sesama Muslim), maka jatuhlah vonis kafir itu kepada salah satu dari keduanya. Jika ia (saudaranya itu) sebagaimana yang dia katakan, (maka ia kafir), dan jika tidak, (tuduhan kafir) kembali kepada dirinya.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidina Abdullah bin Umar RA]


Al Imam Abu Bakar Al-Baqilani Rahimahullah berkata, “Menganggap seribu orang kafir masuk Islam dengan satu hal yang meragukan keislaman mereka, lebih ringan daripada mengkafirkan seorang muslim dengan seribu hal yang meragukan kekafirannya.”


Jika demikian halnya mengkafirkan seorang muslim, lalu bagaimana halnya orang yang lancing mengkafirkan mayoritas kaum muslimin dan memvonis mereka berbuat syirik hanya karena perbuatan yang muncul dari mereka berupa tawassul dan mencari keberkahan dengan bekas orang-orang sholeh kala kekokohan iman mereka dan hati mereka pun dipenuhi tauhid pada Allah Tuhan semesta alam?!


Untuk membantah orang yang menyangka demikian dan menempuh madzhab yang membinasakan ini cukuplah dengan ucapan Rasulullah SAW yang telah bersabda: “Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholat di Jazirah Arab, akan tetapi ia tidak putus asa memprovokasi di antara sesama mereka.” [HR. Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dari Sayyidina Jabir RA]


Di dalam hadits ini Rasulullah SAW telah bersaksi bahwa orang-orang yang sholat dari ummat ini tidak akan menyembah selain Allah selama-lamanya dan tidak akan mempersekutukan Allah dengan tuhan lain.


Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda dalam Haji Wada’: “Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini selama-lamanya. Akan tetapi ia akan mendapatkan ketaatan pada apa yang kalian remehkan dari perbuatan-perbuatan kalian, maka ia pun akan puas dengannya.” [HR. Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah dari Sayyidina Amr bin Al-Ahwash RA]


Beliau adalah Ash-Shodiq Al-Mashdiq (orang yang benar lagi dibenarkan) yang tidak bertutur dari hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan. Maka apakah ucapannya menyalahi hal tersebut?

Demi Allah, tidak. Tidak mungkin demikian.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB


Disarikan dari kitab AL-AJWIBAH AL-GHOLIYAH FII ‘AQIIDAH AL-FIRQOH AN-NAJIYAH karya Habib Zein Ibrohim bin Sumaith

Thursday, June 1, 2023

Bangun Semangat Perempuan agar Berpendidikan, Ning Rusydiana Tekun Ngaji hingga ke Mesir

Bangun Semangat Perempuan agar Berpendidikan, Ning Rusydiana Tekun Ngaji hingga ke Mesir

LTN NU Kota Madiun – Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Setiap perempuan berhak memperoleh pendidikan yang layak dan tinggi, sama seperti yang diperoleh oleh laki-laki.

Ning Rusdiana atau bernama lengkap Rusydiana Tsani Mudzakkir, Lc., M.H merupakan putri dari Ibu Nyai, Hj. Dr. Najahah, M.Ag., seorang perempuan yang aktif menjadi penggerak pendidikan baik untuk dirinya sendiri hingga lingkungan di sekitarnya.


Mengawali pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor selama 6 tahun, membuat Ning Rusdiana tergerak untuk terus mengobarkan semangat berpendidikan.


Menjalani masa pengabdian di Sulawesi Tengah selama 1 tahun, kemudian berlanjut untuk hafalan Al-Qur’an di Al-Hidayah Lasem , dan bermuara di Al-Furqon Kudus Jawa Tengah. Perjalanannya dalam memperdalam ilmu agama faktanya tidak berhenti sampai disitu saja.


Keinginan Ning Rusdiana untuk melanjutkan pendidikan tinggi cukup kuat, tetapi pada waktu yang diinginkan ternyata tidak ada ujian atau seleksi melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Semangat Ning Rusdiana tidak berhenti sampai disitu saja, Ning Rusdiana mencoba untuk mendaftar beasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Takdir Allah yang Maha Baik rupanya berpihak pada Ning Rusdiana, setelah mendaftar di UIN Jakarta pemerintah membuka seleksi masuk Al-Azhar Mesir dengan proses seleksi cukup ketat. Dari 300 mahasiswa yang mendaftar, hanya 40 mahasiswa yang dinyatakan lolos dan 4 diantaranya adalah perempuan.


Lika-liku menempuh pendidikan di Al-Azhar benar-benar dirasakan oleh Ning Rusdiana. Pasalnya dari 4 perempuan yang dinyatakan lolos, 3 diantaranya memutuskan untuk tidak berangkat ke Al-Azhar, sehingga Ning Rusdiana hanya perempuan seorang diri di samping banyaknya mahasiswa lelaki yang berasal dari Indonesia.


Di Al-Azhar Mesir, Ning Rusdiana memperdalam ilmu fikih atau hukum (Syariah Islamiyah), dengan mempelajari macam-macam fikih. Salah satunya adalah fikih madzhab, dimana ada berbagai madzhab yang disandingkan.

“Tetapi kalau di Mesir dan Turki itu mayoritas madzhab Hanafi,” ujar Ning Rusdiana.


Lebih lanjut, Ning Rusdiana juga menjelaskan bahwa sebenarnya menempuh studi di Al-Azhar Mesir itu lebih tepatnya semacam keran air, sehingga membuat mahasiswa bingung tetapi itulah hakikat pendidikan yang sesungguhnya.

“Menyandingkan berbagai madzhab tersebut sejatinya para ulama terdahulu hanya berbeda pandangan dalam melihat dalil saja, untuk itu tujuan belajar fikih di Al-Azhar ini adalah dibedah satu persatu. Sebab ilmu di Al-Azhar ini bukan hanya jam’iyyahnya saja, melainkan jami’. Banyak kran air disana, jadi kami sering bingung mengartikan,” imbuhnya.


Ning Rusdiana merupakan mahasiswa perempuan yang pandai membagi waktu, di sela-sela aktivitasnya belajar, Ning Rusdiana juga masih sempat untuk ngaji kitab di Al-Azhar Mesir.

“Karena dulu dari pondok Salaf, jadi merasa nyambung saja kuliah di Al-Azhar ini. Saya selalu aktif ngaji kitab, sebab disini ngajinya berbeda dengan di Indonesia. Disini selesai baca kitab langsung ijazahan, dimana sanad keilmuannya sudah terdokumentasikan dan nyambung,” kata Ning Rusdiana.


Bahkan di Al-Azhar Mesir, Ning Rusdiana juga memiliki kelompok kajian Al-Qur’an dan menjadi koordinator untuk menjalankan aktivitas ngaji kitab yang pada saat itu masih sangat jarang ditemui di Al-Azhar Mesir.

Tahun 2012 Ning Rusdiana resmi lulus dari Al-Azhar Mesir dan melanjutkan pendidikan pada jenjang S2. Menjadi sosok perempuan yang berpendidikan, tidak lantas membuat Ning Rusdiana merasa puas dengan pencapaiannya. Sebab hakikat hidup adalah belajar, maka seluruh waktu mudanya difokuskan untuk mencapai hal istimewa dalam hidup.

“Karena jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Terlebih karena memang saya berasal dari keluarga yang berpendidikan, maka sudah menjadi tugas saya untuk terus belajar. Maka pesan saya, perempuan harus berpendidikan, walaupun tidak bekerja maka tetap harus berpendidikan. Dengan begitu, maka bisa melahirkan anak yang berkualitas. Karena ibu yang berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan tetap berbeda dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya,” pungkas Ning Rusdiana.***

* * *

📝 (Intan Gandhini ) 

📷 (Ning Rusydiana Tsani) 

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-