Nahdlatul Ulama Kota Madiun

sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah

Youtube

Profil

Sejarah

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.

Read More

Visi Misi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Read More

Pengurus

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Madiun terdiri dari 3 unsur kepengurusan, Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), dan Tanfidziyah (Pelaksana Harian).

Read More

MWC

MWC (Majelis Wakil Cabang) merupakan kepengurusan di tingkat kecamatan, terdiri dari MWC NU Manguharjo, MWC NU Kartoharjo, dan MWC NU Taman.

Read More

Warta

Monday, July 31, 2023

Siapa Orang Istimewa Itu?

Siapa Orang Istimewa Itu?

Syaikh Abdurrahman Ba Jalhaban memiliki seorang istri yang tidak patuh dan berakhlak buruk. Cacian, makian dan piring terbang selalu dihadapi dengan sabar oleh beliau.

Suatu ketika Syaikh Abdurrahman bepergian menuju suatu tempat yang jauh. Beliau berjumpa dengan dua orang laki-laki asing yang punya tujuan sama. Abdurrahman Ba Jalhaban meminta agar diizinkan bergabung dalam melakukan perjalanan bersama. Dua orang itu menyetujui dengan syarat masing-masing dari tiga orang itu harus menyediakan makanan secara bergantian. Beliau menyetujui syarat itu. Tanpa saling mengenalkan diri, mereka berjalan melanjutkan perjalanan.


Pada saat giliran mencari makanan oleh dua orang lelaki, keduanya melaksanakan sholat dan berdoa. Tiba-tiba turunlah makanan dari langit. Syaikh Abdurrahman takjub dengan apa yang dilihatnya.


Saat tiba giliran untuk mencari makan, beliau bingung. Mau cari dimana?


Akhirnya beliau melaksanakan sholat, berdoa, dan bertawassul dengan orang yang disebut namanya oleh dua orang temannya. Karena tidak tahu namanya, beliau hanya menyebut tawassulnya dengan nama yang sama yang ditawassuli dua orang sahabatnya.


Tidak selang lama, jatuh makanan dari langit. Bahkan jumlahnya melebihi dibandingkan makanan dua orang sahabatnya.


Tambah takjub dan heran Syaikh Abdurrahman. Siapakah sebenarnya orang istimewa yang dijadikan tawassul oleh dua orang sahabatnya itu.


Dua orang sahabatnya juga tak kalah heran. Karena penasaran, kedua bertanya,

“Kepada siapa anda bertawassul?”

“Aku tidak akan mengatakan sebelum kalian memberitahukan dulu kepada siapa kalian bertawassul?” Syaikh Abdurrahman berkata:

“Kami bertawassul dengan Syaik Abdurrahman Ba Jalhaban. Beliau memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Karena kesabarannya yang luar biasa terhadap peringai buruk istrinya.” Kata dua orang asing itu.


Syaik Abdurrahman kaget mendengarnya. Beliau memutuskan segera pulang ke rumah dan membatalkan rencana ke tempat yang akan dituju. Kisah yang baru saja dialami beliau ceritakan kepada istrinya. Istrinya akhirnya bertaubat dari perilaku buruknya.

[Dikutip dari Kalamu Habib Ahmad As Saqaf hlm. 157]

Sunday, July 30, 2023

MEMOHON PERTOLONGAN (ISTIGHATSAH)

MEMOHON PERTOLONGAN (ISTIGHATSAH)

Apa makna memohon pertolongan?

Memohon pertolongan adalah permohonan seorang hamba pada pertolongan dan bantuan dari pihak yang dapat menolong dan membelanya di saat mengalami kesulitan atau semacamnya.

Apakah boleh memohon pertolongan dari selain Allah?

Ya, boleh memohon pertolongan dari selain Allah SWT dengan pertimbangan bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebab dan perantara, karena meskipun sesungguhnya pertolongan itu dari Allah SWT, namun tidak menafikan bahwa Allah SWT menetapkan sebab-sebab dan perantara-perantara yang disediakan-Nya bagi pertolongan tersebut.


Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW: "Allah senantiasa menolong hamba selama hamba menolong saudaranya." [HR. Imam Muslim]


Dan sabda Rasulullah SAW terkait hak-hak jalan: "... dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan serta memberi petunjuk kepada orang yang tersesat." [HR. Imam Abu Daawud]


Allah menisbahkan dan mengaitkan pertolongan kepada hamba dan menganjurkan manusia agar saling tolong menolong. Dengan demikian, orang yang meminta pertolongan kepada selain Allah tak sedang meminta darinya agar menciptakan sesuatu. Yang ia maksudkan, berdoa kepada Allah bagi peminta pertolongan agar dibebaskan dari kesulitan misalnya.


Apa dalil atas disyariatkannya permohonan pertolongan (istighotsah)?

Dalil-dalilnya cukup banyak, di antaranya adalah yang disebutkan dalam hadits Nabi yang mulia:

“Sesungguhnya pada Hari Kiamat matahari mendekat hingga membuat keringat sampai setengah telinga. Ketika dalam keadaan seperti itu, mereka meminta pertolongan kepada Adam, kemudian kepada Musa, kemudian kepad Muhammad SAW…” [HR. Imam Bukhori] Seluruh manusia yang dihimpun saat itu sepakat terhadap dibolehkannya manusia meminta pertolongan kepada para nabi AS. Yaitu melalui ilham dari Allah SWT kepada mereka. Hadits ini mengandung dalil yang sangat jelas terkait penetapan permohonan pertolongan kepada selain Allah.


Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah SAW: “Jika salah satu di antara kalian tersesat, maksudnya tersesat jalan, atau menghendaki pertolongan sementara ia berada di daerah yang tak ada orang yang membuatnya merasa aman, hendaknya ia berkata: ‘aghiitsuuniy – Hai hamba-hamba Allah, tolonglah aku’,”


Pada riwayat lain, “aghiitsuuniy –Bantulah aku.” Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang tidak kalian lihat.” [HR. Imam Thobaroniy dari Sayyidina Utbah bin Ghozwan RA]


Hadits ini dengan tegas membolehkan adanya permohonan pertolongan dan menyeru makhluk-makhluk yang tidak ada di tempat baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Allah lebih mengetahui.


Dalam karyanya Khulashoh al-Kalam, Sayyid Imam Ahmad bin Zaini Dahlan Rahimahullah mengatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa Mahdzab Ahlussunnah wal Jama’ah membolehkan tawasul dan permohonan pertolongan kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Karena kita meyakini tidak ada pengaruh, manfaat, dan bahaya kecuali dalam wewenangan mutlak Allah semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Para nabi tidak punya pengaruh sesuatu pun. Mereka hanya sebagai perantara tabaruk dan permohonan pertolongan lantaran kedudukan mereka. Karena mereka adalah kekasih-kekasih Allah SWT.


Kalangan yang membedakan antara yang hidup dan yang mati adalah orang-orang yang meyakini adanya pengaruh pada orang hidup bukan pada orang mati.


Sedangkan kami mengatakan: “Allah Pencipta segala sesuatu.” [QS. Az-Zumar: 62]


Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan Allah-lah yang menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” [QS. Ash-Shoffat: 96]


Apa makna hadits, “Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah”? [HR. Imam Tirmidzi]

Hadits ini menunjukkan bahwa pemenuhan berbagai keperluan dan pertolongan pada hakikatnya dari Allah. Namun Allah lumrah menolong hamba-Nya baik dengan perantara maupun tanpa perantara. Maka diperbolehkan meminta dan memohon pertolongan kepada selain Allah, dalam arti memohon pertolongan dari-Nya dengan jalan mencari sebab dari (datangnya) pertolongan Allah SWT. (Permintaan tolong ini) disertai keyakinan bahwa pada hakikatnya yang memberi adalah Allah SWT, bukan yang lain.


Jadi hadits ini tidak dapat dijadikan dasar adanya larangan memohon pertolongan kepada selain Allah. Jika kita memaknai hadits ini dengan pemaknaan bahwa permohonan pertolongan tidak diperkenankan kecuali kepada Allah, maka kita menentang Al-Qur’an dan Sunnah. Sebab Allah menisbahkan pertolongan pada selain-Nya. Dia pun menganjurkan manusia agar saling tolong menolong di antara mereka.


Allah SWT berfirman: “Dan hendaknya kalian saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan, dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” [QS. Al-Maidah: 2]

Juga hadits-hadits lain yang telah disebutkan sebelum ini.


Apa hukum menyeru/ memanggil kepada selain Allah?

Seruan/panggilan kepada selain Allah dibolehkan, baik yang diseur/dipanggil itu hidup maupun mati, agar yang diseur mengajukan diri kepada Allah pada urusan penyeru. Ini sesuai dengan yang disepakati ulama dan para imam terkemuka.


Tak seorang pun (dari mereka) yang menyatakan hukumnya makruh, terlebih lagi (sampai menyatakan) syirik dan haram.


Apakah seruan/panggilan kepada wali/orang-orang sholeh itu ibadah?

Ulama Rahimahullah mengatakan bahwa seruan/panggilan bukan sebagai ibadah. Kecuali, jika yang menyeru/memanggil meyakini bahwa yang diseru/dipanggil memiliki kewenangan mutlak terhadap manfaat dan bahaya, atau kehendaknya pasti terlaksana tanpa kekuasaan Allah SWT. Maka ini syirik. Sebab keyakinannya itu merupakan salah satu dari keistimewaan-keistimewaan khusus yang ada pada sifat ketuhanan. Adapun jika ia tidak meyakini yang sedemikian itu, maka itu sama sekali bukan merupakan ibadah.


Seandainya manusia menyeru kepada pemimpinnya agar menolongnya dalam menghadapi pihak yang bertindak sewenang-wenang, atau agar membantunya dalam menghadapi kesulitan seraya meyakini bahwa yang diseru tak punya kewenangan mutlak untuk mendatangkan manfaat atau menghindarkan bahaya, tetapi Allah menetapkannya sebagai sebab yang berlaku dalam kebiasaan yang dapat memenuhi kehendaknya melalui tindakannya, maka ini bukan merupakan ibadah kepadanya.


Seandainya setiap seruan adalah ibadah, niscaya seruan kepada orang yang hidup dan yang mati pun dilarang lantaran keduanya sama-sama tidak memiliki pengaruh tanpa ketetapan dari Allah, dan ini bukan merupakan pendapat yang dianut oleh seorang pun di antara kaum muslimin.


Imam Ath-Thobaroni menukil dalam karyanya At-Tarikh bahwa para sahabat RA memiliki semboyan pada saat memerangi kaum murtad dalam Perang Yamamah: 

يا محمد 

"Wahai Muchammad!",

Ini terjadi setelah Rasulullah SAW wafat pada masa pemerintahan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.


Dinyatakan pada riwayat, bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar RA mengatakan, "Jika kaki salah seorang di antara kalian mengalami kesemutan (mati rasa), hendaknya ia menyeru:

.يا محمد

"Wahai Muchammad!"

Ini disebutkan Ibnu Taimiyah dalam Al-Kalim ath-Thoyyib.


Diriwayatkan, ketika Abdullah bin Umar RA mengalami kesemutan pada kakinya, dikatakan kepadanya, "Ingatlah orang yang paling kamu cintai, maka deritamu akan hilang."


Ia pun berteriak:

يا محهداه

"Wahai Muchammad!".

Ini disebutkan oleh Imam Al-Qodhy Iyadh dalam Asy-Syifa'.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Wednesday, July 26, 2023

Lautan Pahala Di Hari 'Asyura

Lautan Pahala Di Hari 'Asyura

Kita sudah memasuki bulan Muharram 1445 H. Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum). Banyak keutamaan serta amaliyah yang dianjurkan dilakukan pada bulan Muharram. Utamanya adalah puasa Asyura. Hukum puasa Asyura adalah sunnah; maksudnya sangat dianjurkan dan berpahaa bagi yang mengerjakannya namun tidak berdosa bagi yang tidak mengerjakannya.

Hadits dari Siti Aisyah RAnha yang diriwayatkan Imam Bukhori: Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa di hari Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka.


Diriwayatkan juga bahwa ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari Asyura. Beliau bertanya, "Hari apa ini?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini. Rasulullah SAW bersabda, "Saya lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian (kaum Yahudi)." Maka kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya." [HR. Imam Bukhori]


Diriwayatkan oleh Imam bahwa Rasulullah pun sempat diprotes oleh ummat Islam di Madinah: "Ya Rasulullah, hari itu (Asyura) diagungkan oleh orang Yahudi." Maksudnya, kenapa ummat Islam mengerjakan sesuatu persis seperti yang dilakukan oleh ummat Yahudi? Beliau lalu bersabda: "Di tahun depan InsyaAllah kita akan berpuasa pada tanggal 9." Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10 tapi juga tanggal 9 Muharram. Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah SAW telah wafat.


Sebagian ulama memberikan nama tersendiri untuk puasa Sunnah di tanggal 9 Muharram ini, puasa Tasu'a, dari kata tis'a artinya bilangan sembilan. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah bagian dari kesunnahan puasa Asyura.


Adapun Fadhilah atau keutamaan puasa Asyura adalah seperti digambarkan dalam hadits Sahabat Abdullah bin Abbas berikut ini: "Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan." [HR. Imam Muslim]


Puasa Asyura disandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda, "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan sholat yang paling utama adalah setelah sholat wajib adalah sholat malam." [HR. Imam Bukhori]


Keutamaan yang didambakan dari puasa Asyura adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daawud meriwayatkan dari Sayyidina Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Puasa di hari Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu."


Puasa Asyura dapat menebus dosa satu tahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dapat menebus dosa dua tahun. Hal ini dikarenakan hari Arofah adalah hari khususnya Rasulullah SAW. Sedangkan hari 10 Muharram adalah harinya para nabi lainnya.


PENUH SEJARAH

Selanjutnya diterangkan pula bahwa 10 Muharram adalah hari yang penuh dengan kesejarahan. Tercatat beberapa kejadian penting yang berlangsung pada hari 10 Muharram, tentunya dengan tahun yang berbeda-beda.

Pertama, 10 Muharram adalah hari diciptakannya Nabi Adam AS di dalam surga.

Kedua, hari dimana Nabi Nuh AS berhenti berlayar dalam banjir bandangnya.

Ketiga, Allah menjadikan lautan bagaikan daratan sebagai ruang pelarian Nabi Musa sekaligus kuburan bagi Fir'aun.

Keempat, hari keluarnya Nabi Yunus AS dari perut ikan Hut.

Kelima, hari dilahirkannya Khalilullah Nabi Ibrahim AS dan juga hari diselamatkannya Nabi Ibrahim AS dari kobaran api.

Keenam, hari kelahiran Nabi Isa AS dan hari dimana Allah SWT menyelamatkan Nabi Isa AS dari kejaran ummatnya dengan mengangkatnya ke atas.

WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Tuesday, July 25, 2023

Arti Sebuah Kejujuran

Arti Sebuah Kejujuran

Syaikh Abdul Qodir Al Jailani mempunyai kisah menarik tentang KEJUJURAN. Mari kita simak bersama.

Sejak anak-anak aku telah membiasakan diri bersikap JUJUR. Saat aku berangkat dari Makkah menuju Baghdad untuk menuntut ilmu, ibuku mengingatkanku agar senantiasa bersikap dan berkata jujur.


Saat aku dan rombongan kafilah tiba di daerah Hamdan, sekawanan perampok menghadang kami. Mereka merampas harta yang dibawa rombongan kafilah kami.


Salah satu di antara perampok lewat di depanku dan berkata,

“Apa yang kamu bawa?”

“40 Dinar.” Jawabku


Orang itu mengira kalau aku telah membohonginya, sehingga ia membiarkanku begitu saja. Lalu perampok lainnya melihatku dan bertanya,

“Apa saja yang kamu bawa?”


Aku pun segera memberitahukan keapdanya apa yang aku bawa secara rinci. Perampok itu mengecek semua yang aku bawa dengan melakukan penggeledahan kepadaku. Karena heran dengan keterusteranganku, orang itu membawaku kepada pimpinannya.


Pimpinan rampok lantas bertanya kepadaku,

“Apa yang mendorongmu untuk berkata jujur?”

“Ibuku telah mengingatkanku agar berkata jujur. Sehingga aku pun merasa takut untuk mengkhianati janji itu.” Jawabku


Mendengar jawaban itu pimpinan rampok ketakutan, lalu berteriak, merobek bajunya dan berkata,

“Engkau takut mengkhianati janji ibumu, sementara aku tidak takut mengkhianati janji Allah.”


Kemudian pimpinan rampok itu memerintahkan anak buahnya untuk segera mengembalikan harta yang mereka rampas dari kafilah.

“Aku bertobat pada Allah di atas tanganmu.” terang pimpinan rampok kepadaku.


Menyaksikan kejadian ini anak buah pimpinan rampok itu berkata, “Engkau pemimpin kami dalam merampok, dan sekarang engkau pemimpin kami dalam bertaubat.”


Maka bertobatlah mereka semua berkat kejujuranku.

(…)

Mari biasakan diri untuk jujur, meski pahit dan berat mengucapkan.

Dengan berkata jujur kita telah menyelesaikan masalah sebelum masalah itu sempat muncul.

Tabur KEJUJURAN, menuai KEPERCAYAAN

Tabur KETEKUNAN, menuai KEMENANGAN

Tabur KERJA KERAS, menuai KESUKSESAN

Jangan TAKUT menjalani jika itu BENAR

Monday, July 24, 2023

Empat Rahasia dari Allah

Empat Rahasia dari Allah

Banyak di kalangan orang muslimin yang merasa khawatir, gelisah, hidupnya tidak tenang terkait permasalahan rezeki. Kalau kita membicarakan masalah rezeki tentunya sangat luas, akan tetapi kami akan membahas sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah SWT dalam masalah rezeki.

Pertama, telah kita ketahui bersama bahwa datangnya rezeki itu tidak semata-mata dengan bersungguh-sungguh dan kerja, melainkan dengan kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dan itu sesuai dengan Al-Qur’an, “Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun da mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” [QS. Nuh: 72]


Berdasarkan ayat ini ada tiga hal penting. Pertama, bahwa rezeki itu datang dari langit berupa hujan. Kedua dan ketiga, rezeki dari Allah SWT yang berupa melimpahnya harta dan anak-anak kita. Ketiga rezeki ini disebabkan kita selalu meminta ampunan kepada Allah SWT, kembali kepada-Nya, serta menambah ketaatan kita kepada Allah SWT.


Dengan demikian prinsip dalam Al-Qur’an dan ajaran agama Islam yang mana kita semua wajib beriman, percaya bahwa siapapun orangnya yang menghendaki rezeki maka kita wajib mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Dan ini seiring dengan firman Allah SWT, “Famsyuu fi manakibiha wa kuluu min rizqihi” artinya “maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” [QS. Al-Mulk: 15] Kalau kita perhatikan ayat tersebut, mengapa Allah SWT tidak berkata, “wa kuluu min rizqiha?” sebab kata ganti (dhamir) “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT, seandainya Allah SWT itu berkata, “min rizqiha” maka tentulah rezeki itu datang dalam kehidupan sehari-hari lantaran usaha manusia itu sendiri, akan tetapi rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Dengan demikian maka kata ganti (dhamir), “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT. Berfikirlah!


Adapun permasalahan lain, rezeki termasuk sesuatu yang diciptakan Allah SWT tanpa adanya aturan. Kita wajib mengetahui bahwa Allah SWT telah menjelaskan empat hal yang mana tiada aturan pasti di dalamnya (hanya Allah yang tahu).


Pertama, kematian. Kedua, tertawa. Ketiga, menangis. Keempat, rezeki. Empat hal ini Allah SWT menciptakan tanpa adanya aturan. Setiap sesuatu pasti ada aturan yang mengikatnya, seperti saat kita merasa lapar maka kita harus segera makan, saat kita merasa harus maka kita segera minum, akan tetapi kematian itu tidak ada aturan yang mengikat.


Terkadang manusia itu dalam keadaan sehat wal afiat akan tetapi Allah SWT mungkin saja mencabut nyawanya, begitu juga tertawa dan menangis.


Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang, tertawa dan menangis dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” {QS. An-Najm: 43-44] kenapa empat hal ini disendirikan oleh Allah SWT? Sebab empat hal itu tidak ada aturan yang mengikat.


Kematian itu kapan saja bisa mendatangi kita semua, baik orang dewasa, anak kecil, orang sehat, orang yang sedang sakit dan sebagainya.


Prinsipnya rezeki itu hanya satu, yakni hubungan kepatuhan, kedekatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu janganlah kita merasa cemas, khawatir dengan permasalahan rezeki.


Bahwa Allah SWT mengetahui setiap manusia diciptakan sesuai dengan rezekinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”. [QS. Nuh: 6]


Adapun penduduk langit mereka sudah merasa tenang dengan rezeki dari Allah SWT. Kita sebagai penduduk bumi yang beriman kepada Allah SWT juga harus meyakini jaminan rezeki dari Allah SWT.


Namun perlu dikletahui bahwa rezeki seorang mukmin berkaitan erat dengan ketaatannya kepada Allah SWT.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Sunday, July 23, 2023

Salah Persepsi

Salah Persepsi

Suatu hari Imam Syafi’i mengunjungi kediaman Imam Ahmad bin Hanbal. Setelah keduanya menyantap makan malam, Imam Syafi’i kemudian berbaring di kamar yang telah disediakan.

Keesokan harinya, putri Imam Ahmad bertanya kepada ayahnya, “Ayah, apakah orang itu adalah Imam Syafi’i yang sering anda ceritakan?”

“Iya betul, putriku.”

“Aku mengamati tamu ayah itu sejak tadi malam, ada tiga hal yang aku perhatikan. Pertama, ketika kita menghidangkan makanan, dia makan banyak sekali. Kedua, saat masuk kamar tamu dia hanya tidur, tidak melaksanakan sholat malam sama sekali. Dan ketiga, waktu sholat shubuh dia sholat berjamaah bersama kita tanpa berwudhu.”


Putri Imam Ahmad itu merasa heran dan ganjil, ayahnya sering menceritakan kesalehan dan keagungan Imam Syafi’i. Namun setelah menyaksikan sendiri, persepsinya terhadap Imam Syafi’i berubah 180 derajat.


Imam Ahmad hanya diam saja mendengarkan penuturan putrinya. Pada waktu berhadapan dengan Imam Syafi’i, Imam Ahmad menanyakan tiga hal yang disinggung putrinya. Dengan tenang, Imam Syafi’i menjawab,

“Aku makan banyak sekali karena aku tahu betul makanan yang kalian hidangkan adalah makanan dari harta yang halal. Anda adalah orang yang dermawan.”


“Makanan dari orang dermawan adalah obat. Sedangkan makanan dari orang bakhil adalah penyakit.”


Aku makan banyak bukan untuk mencari kenyang, tapi karena ingin mengobati penyakitku dengan makanan dari anda.


Aku tidak sholat malam, karena saat aku merebahkan badanku untuk tidur, aku melihat seolah di depanku terbuka lembaran Al-Qur’an dan hadits. Allah memberikan petunjuk kepada menyelesaikan 72 masalah fiqih yang aku harapkan bisa bermanfaat untuk ummat Islam. Sehingga malam itu aku tidak punya kesempatan untuk sholat malam.


Sedangkan aku sholat Shubuh bersama kalian tanpa berwudhu, karena aku belum tidur. Sepanjang malam aku begadang. Sehingga aku sholat bersama kalian dengan wudhunya sholat Isya’.”


Mengetahui hal itu, putrid Imam Ahmad hanya termenung menyadari kekhilafannya.

[Diterjemah dari kitab Anisul Mu’minin hlm. 80]

(…)

Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran kita. So, always be positive.

Wednesday, July 19, 2023

Sepuluh Kebaikan dalam Sholat

Sepuluh Kebaikan dalam Sholat

Dari Sayyidina Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sholat adalah tiang agama, barangsiapa menunaikannya, berarti menegakkan agama dan barangsiapa mengabaikannya berarti menumbangkan agama.” Sholat adalah tiang agama, begitu juga soko adalah penyangga rumah. Kalau soko rumah itu tidak ada atau rapuh maka rumah akan roboh, begitu juga dengan sholat kalau kita meninggalkan sholat maka kita sama halnya merobohkan agama. Perlu kita ketahui bahwa di dalam sholat itu ada sepuluh kebaikan, di antaranya adalah:

Pertama, sholat itu menghiasi wajah kita (Zainul wajhi). Orang yang senantiasa melakukan sholat dan tidak melakukan sholat tentu wajahnya akan beda. Sebab sholat adalah hiasan wajah kita. Kedua, sholat bisa menerangi hati kita (nuuril qolbi). Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sholat seseorang adalah penerang hatinya, barangsiapa di antara kamu yang ingin hatinya diterangi, hendaklah memperbanyak sholatnya.” [HR. Imam Ad-Dailami]


Ketiga, sholat akan membuat badan kita enak (sehat). Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, “Bangkitlah kamu, lalu sholatlah karena sholat adalah obat (syifa’).” [HR. Imam Achmad dan Imam Ibnu Maajah]. Dalam riwayat lain, “Sesungguhnya Allah apabila menurunkan penyakit dari langit ke bumi maka Allah memalingkannya dari orang-orang yang meramaikan masjid.” [HR. Imam Al-Asykari]. Keempat, sholat bisa menentramkan jiwa kita di dalam kubur (unsung fil qobri). Kelima, sholat bisa mendatangkan rahmat. Keenam, sholat bisa berfungsi sebagai kunci dari langit (miftahus sama’).


Ketujuh, sholat bisa menambah berat timbangan amal kita kelak di hari akhir (Tsiqlul mizan). Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tiada suatu keadaan pun bagi seorang hamba yang lebih dicintai oleh Allah, selain Dia melihatnya dalam keadaan sujud seraya membenamkan mukanya ke tanah (sujud).” [HR. Imam Ath-Thobaroni]


Kedelapan, sholat bisa mendatangkan ridhonya Allah SWT (mardhotur Robb).


Kesembilan, sholat sebagai penebus surga (tsamanul jannah). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang sholat adalah orang mengetuk pintu Maha Raja dan sesungguhnya orang yang senantiasa mengetuk pintu, maka akan cepat dibukakan pintu itu baginya.” [HR. Imam Ad-Dailami]


Kesepuluh, sholat sebagai penghalang dari sengatan api neraka (hijabun minannar).


Semua kebaikan tersebut terangkum dalam sabda Rasulullah SAW, “Lima kali sholat, barangsiapa yang memeliharanya maka baginya menjadi cahaya dan tanda serta keselamatan pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak memeliharanya, maka baginya tidak mempunyai cahaya, tanda dan keselamatan dan pada hari kiamat dia bersama fir’aun, qorun, haman, dan ubay bin kholaf.” [HR. Imam Ibnu Nashr]


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Sunday, July 16, 2023

Jangan Biarkan Kotoran Hati Berkarat

Jangan Biarkan Kotoran Hati Berkarat

Hati sering digunakan dengan maksud makna jiwa, dan hati yang bermakna liver. Untuk menggambarkan betapa pentingnya menjaga hati yang bermakna jiwa manusia, kami akan menguraikan mudghoh atau hati dalam hadits dengan makna liver. Ini analogi saja untuk memudahkan pemahaman pada tujuan dari pembahasan kita ini. Mudghoh atau hati letaknya di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia membutuhkan perhatian yang serius. Perlu kita ketahui bahwa penyakit-penyakit manusia bersumberkan dari hati. Baik dan tidaknya metabolism tubuh seseorang tergantung pada balik dan tidaknya darah orang tersebut. Dan darah itu akan menjadi baik dan tidak tergantung dua hal:

Pertama, apa yang dimakan dan bagaimana cara memperoleh makanan itu. Apa yang dimakan adalah harus sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging-dagingan yang memperkuat stamina. Kemudian darimana yang kita makan atau bagaimana cara mendapatkan makanan itu, halal disini sudah mencakup pengertian makanan itu diperoleh dengan cara yang benar.


Kedua, darah itu baik dan tidaknya adalah bersumber dari pencernaan. Pencernaan yang berfungsi dengan baik akan membuat darah baik dan begitu juga sebaliknya; jika pencernaannya tidak berfungsi dengan baik maka darah yang dihasilkannya juga tidak baik.


Upaya untuk membantu memperbaiki pencernaan biasa kita lakukan paling tidak satu tahun sekali; yaitu puasa Romadhon. Puasa Romadhon diantaranya manfaatnya adalah membersihkan semua organ-organ manusia. Panasnya pencernaan orang-orang yang berpuasa akan membakar hal-hal yang negative dalam pencernaan seperti bachsil dan bakteri dan lain sebagainya. Dengan demikin pencernaan dapat kita analogikan seperti bejana yang kita gunakan untuk memasak segala sesuatu. Kita bayangkan seandainya bejana itu tidak pernah dicuci. Setelah kita gunakan untuk memasak ikan laut, kita gunakan untuk memasak telur, terus demikian silih berganti sehingga menimbulkan kerak pada bejana itu.


Demikian pula pencernaan, kerak-kerak, imbas daripada yang kita makan lambat atau cepat mempengaruhi proses kerja pencernaan atas makanan yang kita konsumsi.


Sangat jelas sekali bahwa pencernaan tidak bisa bekerja sendiri. Hasil proses pencernaan dilimpahkan ke ginjal, pancreas sampai pada liver. Dari kerja sama yang kompak menghasilkan beberapa hal, diantaranya darah putih, darah merah, sperma, keringat, air kencing dan kotoran.


Dari hasil kerja sama yang baik antara organ tubuh manusia tersebut akan menghasilkan lima hal di atas yang baik pula. Bila akibat proses kerja pencernaan yang kurang baik sehingga terjadi darah kotor dalam tubuh manusia, maka sangat diperlukan sekali pembersih. Yang pertama untuk membersihkan pencernaan yang menjadi sumber pengelola makanan dalam tubuh. Kedua membersihkan apa yang telah diolah.


Tugas liver adalah menjatah atau menyalurkan darah ke jantung, ke otak kecil. Apakah tidak mungkin apabila darah atau kotoran akan mempengaruhi fisik otak manusia serta syarafnya. Sehingga kurang mampu untuk berfikir baik, membuka wawasan, dan pandangan yang jauh. Apalagi jelas kita tidak menginginkan pola fikir yang kurang baik. Yang tidak menguntungkan bagi pribadi kita, baik dalam urusan dunia maupun akhirat kita.


Dengan hasil darah yang baik dan sehat, akan sangat membantu dalam kecerdasan; dari kecerdasan hati sampai kecerdasan akal. Sehingga menumbuhkan pola fikir dan wawasan serta pandangan yang jernih. Bisa memilah mana yang menguntungkan dalam dunia dan akhiratnya. Dan mana yang merugikan dalam kedua hal tersebut.


Secara fisik saja sangat memerlukan kesehatan dan kebersihan. Hati adalah bagian tubuh manusia yang sangat berperan dalam memberikan atau dalam mensupport pola fikir, wawasan dan pandangan manusia, karena hati adalah tempatnya iman dan tempatnya nafsu. Lalu apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai alat untuk membersihkannya.


Kita harus memberikan makanan hati serta pembersihnya seperti ilmu ma’rifat dan lain sebagainya, yang terkait dengan keimanan serta pertumbuhannya. Paling tidak kita bisa memilih mana yang didorong oleh imannya dan mana yang didorong oleh nafsunya. 


Seperti masalah pencernaan di atas bukan sesuatu hal yang mustahil bilamana kita mendiamkan kotoran-kotoran hati maka akan mempengaruhi pola fikir yang pada dasarnya akan merugikan diri sendiri.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Marhaban Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H

Marhaban Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H

Kita sudah memasuki gerbang 1 Muharram 1445 H. namun, sayang seribu sayang, kebanyakan ummat Islam, termasuk kita tentunya, kurang peduli terhadap kalender hijriyah. Kalau ditanya tanggal berapa hijriyah, hampir semua orang geleng-geleng kepala atau plonga-plongo karena tidak tahu. Tanggal hijriyah yang dihafal paling hanya bulan Ramadhan. Sambil menghitung hari-hari puasa menunggu datangnya lebaran.

Ada baiknya kita kembali menyelami lebih dalam bagaimana sistema kalender hijriyah dan sejarah pembentukannya. Kalender hijriyah sangat penting karena menjadi acuan dalam pelaksanaan beberapa syariat Islam, seperti ibadah haji, puasa, haul zakat, dan lain sebagainya. Adalah hilal yang dijadikan sebagai acuan awal bulan. Allah SWT berfirman, “Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan bagi haji.” [QS. Al-Baqarah: 189]


SISTEM KALENDER

Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada kalender hijriyah berbeda dengan kalender masehi. Pada system kalender masehi, sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat. Namun pada system kalender hijriyah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari.


Kalender hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun kalender masehi.


Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).

 

Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29-30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).


Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setalah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29 maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.


SEJARAH PENETAPAN

Sebelum ada penanggalan hijriyah orang-orang Arab biasanya menentukan tahun dengan peristiwa-peristiwa besar. Misalnya tahun fiil (gajah), karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah. Maka tahun kelahiran Rasulullah SAW dikenal dengan istilah tahun gajah.


System penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq RA. Barulah di masa Khalifah Umar bin Khathab RA, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman penanggalan bagi kaum muslimin.


Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy’ari RA sebagai gubernur Basrah kala itu, dari Kholifah Umar bin Khathab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat tersebut kepada Sang Kholifah melalui sepucuk surat, “Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”


Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khathab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum muslimin.


Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khathab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai patokan awal tahun. Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi SAW. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi SAW ke kota Madinah.


Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib RA. Hati Umar bin Khathab RA ternyata condong kepada usulan kedua ini, “Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang bathil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khathab RA mengutarakan alasan.


Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun. Landasan mereka adalah firman Allah SWT, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di di dalamnya.”


Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga momen tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.


Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran atau wafatnya Nabi SAW. Namun mengapa dua opsi ini tidak dipilih? Ibnu Hajar rohimahulloh menjelaskan alasannya, “Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum diketahui secara pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan manakala teringat tahun itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” [Fathul Bari, 7/335]


Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi SAW sebagai acuan; karena dalam hal tersebut terdapat unsur menyerupai kalender Nasrani. Yang mana mereka menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan. Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi SAW sebagai acuan, karena dalam hal tersebut unsure tasyabuh dengan orang Persia (majusi). Mereka menjadikan tahun kematian raja mereka sebagai acuan penanggalan.


PENENTUAN BULAN

Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah. Sebagian sahabat mengusulkan bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin Khathab dan Sahabat Utsman bin Affan mengusulkan bulan Muharam. “Sebaiknya dimulai bulan Muharram. Karena pada bulan itu orang-orang usai melakukan ibadah haji.” Kata Sayyidina Umar bin Khathab RA. Akhirnya para sahabatpun sepakat.



Alasan lain dipilihnya bulan Muharram sebagai awal bulan diutarakan oleh Imam Ibnu Hajar rahimahullah, “Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan Muharram. Dimana baiat terjadi di pertengahan bulan Dzulhijjah (bulan sebelum Muharram).


Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan Muharram, serta tekad untuk berhijrah juga terjadi pada hilal bulan Muharram (red, awal bulan Muharram). Karena inilah Muharram layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat mengapa dipilih bulan Muharram.” [Fathul Bari, 7/335]


Dari musyawarah tersebut, ditentukanlah system penanggalan untuk kaum muslimin, yang berlaku hingga hari ini. Kalender ini dinamakan kalender hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.


Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khathab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun.


Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan system kalender hijriyah adalah papyrus di Mesir pada tahun 22 H. 


Friday, July 14, 2023

TABARUK (MERAIH KEBERKAHAN) PADA BEKAS ORANG-ORANG SHOLEH

TABARUK (MERAIH KEBERKAHAN) PADA BEKAS ORANG-ORANG SHOLEH

Bolehkah Tabaruk (Meraih Keberkahan) pada bekas orang-orang sholeh dan apa dalilnya?

Diperbolehkan untuk melakukan suatu tabaruk dan dalilnya sangat banyak.

Di antaranya, kenyataan tabaruk yang dilakukan oleh para sahabat RAnhum, dan upaya mereka mendapatkan pertolongan melalui peninggalan-peninggalan Nabi SAW pada saat beliau masih hidup maupun setelah beliau wafat.


Terkait hal ini terdapat banyak hadits yang kami paparkan sebagiannya secara ringkas sebagai berikut:


* Dari Sahl bin Sa'ad mengenai kisah pakaian Burdah yang dimintanya dari Nabi SAW. Saat itu sahabat-sahabatnya mengecamnya lantaran meminta pakaian Burdah tersebut kepada Nabi SAW, padahal beliau masih memakainya.


Sahl bin Sa'ad RA mengatakan, "Aku memintanya kepada beliau hanya agar dijadikan sebagai kafanku." Dalam riwayat lain, "Aku berharap keberkahannya karena Nabi SAW telah mengenakannya, semoga aku dapat dikafani dengannya." [HR. Imam Bukhori]


* Dari Asma' binti Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA, dia mengatakan, "Ini adalah jubah Rasulullah SAW."


Asma' mengeluarkan jubah thoyalisi kisrowani kepadaku dan mengatakan. "Dulu ini berada di tempat Aisyah. Begitu Aisyah wafat, jubah ini beralih kepadaku. Dulu Nabi SAW mengenakannya. Kami membasuhkannya untuk orang-orang sakit dengan berharap kesembuhan lantaran jubah beliau ini." [HR. Imam Muslim]


* Dari Abdullah bin Mauhib, dia mengatakan, "Ibuku mengutusku untuk menemui Ummu Salamah RA dengan membawa segelas air. Ummu Salamah RA membawa guci kecil dari perak yang berisi rambut Nabi SAW.


Saat itu jika ada orang yang terkena gangguan atau suatu penyakit, maka orang itu dibawa kepada Ummu Salamah RA yang lantas mengeluarkan guci yang berisi rambut beliau itu. Rambut itu pun dimasukkan ke dalam air beberapa saat lalu orang yang sakit meminum air darinya.


Aku melongok ke dalam guci tersebut dan aku melihat beberapa helai rambut yang berwarna merah." [HR. Imam Bukhori]


* Dari Anas RA bahwa Ummu Sulaim membuka kotak kecilnya, lantas mengelap keringat Nabi SAW ke dalamnya, kemudian memerasnya ke dalam botol-botolnya.


"Apa yang kamu lakukan, Ummu Sulaim?" tanya Nabi SAW.

Ummu Sulaim menjawab, "Wahai Rasulullah, kami mengharap keberkahannya bagi anak-anak kecil kami."

Beliau bersabda, "Kamu benar." [HR. Imam Muslim]


* Dinyatakan dalam riwayat bahwa ketika Anas menghadap kematian, dia berwasiat agar keringat itu dicampur dengan hanuth (jenis minyak wangi untuk jenazah). Begitu dia wafat, minyak wangi itu pun diberi keringat beliau tersebut. [HR. Imam Bukhori]


Anas mengatakan, "Aku melihat Rasulullah SAW dan tukang cukur rambut yang sedang mencukur beliau, sementara sahabat-sahabat beliau mengelilingi beliau. Mereka tidak menghendaki ada sehelai rambut pun yang jatuh kecuali di tangan seseorang." [HR. Imam Muslim]


* Para sahabat RAnhum senantiasa menjaga rambut Nabi SAW untuk keperluan tabaruk dan permohonan syafaat. Dalam riwayat dinyatakan bahwa Kholid bin Walid RA meletakkan rambut-rambut Nabi SAW pada pecinya. Dalam suatu peperangan, pecinya terjatuh. Kholid bin Walid RA pun berusaha keras untuk mendapatkan kembali pecinya hingga membuat sebagian sahabat tidak menyukai perbuatannya ini lantaran berakibat pada banyaknya jumlah korban yang tewas.


Kholid mengatakan, "Aku melakukan itu bukan karena peci, tapi karena rambut Nabi SAW yang ada padanya agar keberkahannya tidak terampas dan jatuh di tangan orang-orang musyrik." [Asy-Syifa' karya Al-Qodhi 'Iyadh]


* Dari Abu Juhaifah RA, ia berkata, "Aku menemui Nabi SAW yang saat itu sedang berada di Kubah Merah yang terbuat dari kulit. Aku melihat Bilal mengambilkan air wudhu Nabi SAW, sementara orang-orang dengan sigap menadahinya. Orang yang mendapatkan tadahan air wudhu, membasuhkan pada dirinya. Sedangkan orang yang tidak mendapatkan tadahan air wudhu itu mengambil dari basahan air wudhu yang didapat sahabatnya.

Maksudnya untuk mendapatkan keberkahan dan syafaat."


* Abu Musa Al-Asy'ary mengatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Juhaifah RA darinya; Nabi SAW meminta diambilkan secawan air lantas membasuh kedua tangan dan wajah beliau dengan air tersebut sudah beliau dengan air tersebut lantas menuangkannya.

Beliau bersabda kepada Abu Musa RA dan Abu Juhaifah RA:

"Minumlah kalian berdua darinya dan tuangkanlah pada wajah dan leher kalian berdua." [HR. Imam Bukhori]

Ini adalah perintah dari Rasulullah SAW agar melakukan tabaruk pada bekas-bekas beliau.


* Dari Ja'far bin Muhammad RA, ia mengatakan, "Saat mereka memandikan jenazah Nabi SAW setelah beliau wafat, ada air yang terhimpun di kelopak mata beliau. Ketika itu Ali RA menghisapnya sedikit demi sedikit." [HR. Imam Achmad]

Maksudnya ia menghisap air itu lantaran keberkahan-keberkahan Nabi SAW.


* Diriwayatkan bahwa Mu'awiyah memiliki beberapa potongan kuku Nabi SAW. Ketika menghadapi kematian, ia berwasiat agar kuku-kuku itu ditumbuk sampai halus lantas diletakkan di mata dan mulutnya.

Mu'awiyah berkata kepada para sahabat, "Lakukanlah itu kepadaku, dan biarkanlah itu di antara aku dan Allah Sang Arhamarrohimin (Yang paling penyayang di antara yang penyayang). [Tahdzib al-Asma' wa al-Lughot karya Imam An-Nawawi]


* Diriwayatkan bahwa Anas berwasiat agar di bawah lidahnya diberi sehelai rambut Rasulullah SAW.

(Saat ia wafat) wasiat itu pun dilakukan. [Al-Ishobah fi Tamyiz ash-Shohabah karya Imam Ibnu Hajar]


Apa hikmah tabaruk pada bekas orang-orang sholeh?


Seorang bijak menyebutkan bahwa hikmah tabaruk dengan bekas orang-orang sholeh dan tempat-tempat mereka serta apa-apa yang berhubungan dengan mereka adalah lantaran tempat-tempat mereka berkaitan dengan pakaian mereka, pakaian mereka mencakup badan mereka, badan mereka mencakup hati mereka, dan hati mereka berada dalam kehadiran Tuhan mereka. 


Saat Allah melimpahkan berbagai curahan anugerah ketuhanan ke dalam hati mereka, maka keberkahannya menjalar kepada tiap sesuatu yang berkaitan dengannya dan yang berada di sekitarnya.


Seperti dinyatakan dalam firman Allah SWT:

"(Samiri berkata) lalu aku mengambil segenggam dari bekas utusan itu." [QS. Thoha: 96]

Maksudnya, dari bekas telapak kaki kuda utusan itu (malaikat) sebagaimana yang dipaparkan pada beberapa kitab tafsir. [Al-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an karya Imam Qurthubi dan Tafsir Ibnu Katsir]


Apakah tabaruk pada bekas orang-orang sholeh pada hakikatnya merupakan tawasul pada diri pemiliknya?

Tabaruk dengan bekas orang-orang sholeh adalah hakikat tawasul dengan diri, dan ini dibolehkan bahkan dianjurkan dalam syariat. Sebab, ini berarti seorang hamba berupaya menggapai wasilah atau perantara kepada Allah SWT untuk mencapai tujuan-tujuannya lantaran perantara itu telah ditetapkan memiliki keutamaan di sisi Allah.


Kenapa tabaruk itu hukumnya diperbolehkan dan disyariatkan?

Dihukumi boleh dan juga dianjurkan karena amaliyah tabaruk ini mencontoh dari mereka, maksudnya dari para sahabat, pada seluruh aktivitas mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah.


Adapun anggapan bahwa tabaruk merupakan perbuatan sia-sia tanpa makna dan tiada guna bagi mereka yang melakukannya, maka sungguh jauh kemungkinannya para sahabat melakukan perbuatan yang tiada arti sama sekali. Jauh pula kemungkinannya Rasulullah SAW menetapkan perbuatan yang tiada arti itu. Jadi, pasti mereka mempunyai tujuan yang benar dan maksud yang mereka kehendaki, yaitu menggapai berkah, syafaat, dan Rohmah dari Allah SWT lantaran adanya keutamaan bekas-bekas yang mulia itu di sisi Allah SWT.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB


Wednesday, July 12, 2023

SETELAH BACA INI, ADA YANG MASIH INGIN KORUPSI?

SETELAH BACA INI, ADA YANG MASIH INGIN KORUPSI?

Sahabat Abi Rafi’i bercerita, “Suatu ketika aku berjalan bersama Rasulullah. Ketika melewati areal pemakaman, Rasulullah tiba-tiba berkata,

“Sungguh malangnya dirimu, sungguh malangnya dirimu.”

Karena heran spontan beliau berkata seperti itu, aku lantas bertanya, “Kepada siapa anda berbicara, wahai Rasulullah?”

“Kepada seseorang yang dikuburkan di sini. Aku utus dia ke Kabilah Bani Salim untuk mengumpulkan zakat, ternyata dia memakan dari harta zakat itu satu butir kurma.”

“Kemudian apa yang terjadi?”

“Aku saat ini melihat satu butir kurma itu berkobar api dan masuk ke perutnya.”

[Diterjemah dari Kitab Al Futuhat Al ‘Aliyyah hlm. 91]

(…)

Ini adalah akibat memakan satu kurma yang diambil dari harta orang kaya yang berkewajiban zakat, bagaimana jika yang diambil adalah uang ratusan juta dari harta Negara yang hakikatnya adalah milik rakyat?


Semoga para pejabat dan pemimpin di Negara kita ini tidak lupa dengan hadits di atas, sebagai pengingat dalam menjalankan amanah sebagai abdi rakyat dan bangsa.

Tuesday, July 11, 2023

Tiga Anugerah Paling Berharga

Tiga Anugerah Paling Berharga

Dalam penciptaan kita di dunia ini, kita tidak pernah memilih untuk menjadi manusia. Bagaimana seandainya kita di dunia ini dilahirkan dalam keadaan menjadi seekor binatang semisal ayam atau kambing atau hewan-hewan lainnya, tentunya kita akan menjadi makhluk yang berderajat rendah.

Beruntungnya kita diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sebagai manusia yang tentunya mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada hewan. Manusia merupakan makhluk yang unik dan sangat jauh berbeda dengan hewan. Karena pada dasarnya manusia diberikan akal oleh Allah SWT, untuk memahami segala apa yang bisa diindera. Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada akal dan aturan hidup. Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga ketika berperilaku pun hewan terbiasa hidup bebas, sebebas-bebasnya tanpa adanya beban aturan.


Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala perbuatan manusia itu terikat dengan hukum syara’, tak bisa sebebas-bebasnya bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Aturan itu bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.


HIDUP DENGAN ATURAN

Karena manusia adalah makhluk yang berbeda dengan hewan, maka manusia harus senantiasa terikat dengan aturan hukum yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Dan harus selalu menggunakan akalnya untuk memahami segala apa yang bisa terindra dan memahami teks-teks yang bersumber dari Al-Khaliq. Tak boleh manusia membangkang apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.


Ketika ada perintah untuk melaksanakan berbagai kewajiban, maka laksanakanlah secara menyeluruh, tidak dipilih-pilih, karena pada hakikatnya semua kewajiban itu adalah taklif yang apabila dilaksanakan dengan penuh keikhlasan akan berbuah pahala, dan jika tidak dikerjakan akan mendapatkan siksa.


Orang yang mempunyai akal tetapi tidak mau menggunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah, mempunyai mata tetapi tidak dipakai untuk melihat tanda-tanda kekuasan Allah, mempunyai telinga tapi tidak mau mendengarkan kebenaran yang bersumber dari Allah. Maka orang tersebut derajatnya sama dengan hewan bahkan lebih sesat lagi, lebih hina daripada hewan.


Keuntungan yang kedua jika dilahirkan dalam keadaan muslim. Betapa beruntungnya seorang manusia yang memeluk agama Allah SWT, yaitu Islam. Sebab semenjak ia masuk Islam, maka semua perbuatan yang ia lakukan mulai mendapat perhitungan serta ganjaran kebaikan di sisi Allah SWT.


Adapun orang yang kafir, maka apapun yang ia kerjakan di dunia tidak akan memperoleh balasan kebaikan dari Allah SWT. Mengapa? Sebab mereka telah mengingkari perkara yang paling mendasar dalam kehidupan, yaitu keimanan kepada Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa semua yang mereka kerjakan akan terhapus dari catatan rekening amal mereka. Bahkan ditegaskan bahwa mereka bakal menjadi orang-orang yang merugi kelak di akhirat.


Keuntungan yang ketiga kita dilahirkan di samping sudah beragama islam kita juga sebagai ummat Rasulullah SAW. Ummat Nabi Muhammad SAW kalau berbuat salah tidak langsung disiksa oleh Allah SWT, melainkan ditunggu sampai di akhirat nanti, kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Berbeda dengan ummat sebelum Nabi Muhammad SAW, jika mereka berbuat salah, Alloh langsung memberikan adzab secara langsung di dunia, tidak ditunggu dulu sampai di akhirat. Bisa kita lihat cerita kaum Nabi Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Nabi Ibrohim, penduduk Madyan dan lain-lain, seperti yang tercantum dalam surat At-Taubah. Kaum sebelum Nabi Muhammad SAW tidak diberikan lipatan pahala yang luar biasa oleh Allah SWT. Ummat Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT diberikan lipatan pahala yang sangat luar biasa sehingga ummat Nabi Muhammad SAW bisa menandingi ibadah hamba-hamba Allah.


Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini. Lipatan pahala bagi ummatnya Nabi Muhammad SAW seperti yang tercantum dalam surat Al-Qadr. Beruntunglah bagi ummat Nabi Muhammad SAW diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa menyamai amal ibadah orang-orang terdahulu. Bila sampai menjumpai lailatul qodar dalam keadaan sungguh-sungguh beribadah pada Allah SWT dengan cara tadarus, tahajud, dzikir ditambah I’tikaf, dan dia di malam itu tidak melakukan maksiat sekejap matapun, maka ia telah bisa menyami para orang-orang sholeh terdahulu.


Maka kita harus bersyukur kepada Allah, dengan menambah ketaatan dan ibadah kita kepada Allah SWT, menjauhi segala dosa yang mengandung murka-Nya.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Monday, July 10, 2023

Solusi Cerdas untuk Orang ELIT (Ekonomi Sulit)

Solusi Cerdas untuk Orang ELIT (Ekonomi Sulit)

Datang seorang pemuda menemui Imam Abu Hanifah untuk meminta solusi dari masalah yang dihadapinya. Dia menceritakan bahwa dirinya mencintai seorang gadis dan gadis itu juga mencintainya. Dia sudah menemui orang tua si gadis dan bilang ingin menikahi. Namun, orang tuanya meminta mahar yang sangat besar. Jauh dari kemampuan dirinya.

Setelah mendengarkan cerita pemuda itu, Abu Hanifah bertanya, “Bagaimana kondisi gadis itu dan keluarganya?”

“Gadis itu berasal dari Baghdad. Keluarganya sangat doyan berpesta dan hura-hura.” Jawab pemuda itu.


Abu Hanifah berpikir sejenak, lantas berkata, “Pergilah, temui orang tua gadis itu! Sepakati mahar yang mereka minta. Setelah melangsungkan akad nikah, jangan sentuh dulu istrimu tapi kembalilah menemuiku.”


Berangkatlah pemuda itu menuju rumah gadis pujaannya. Setelah bertemu dengan keluarga si gadis, dia menyanggupi mahar tinggi yang ditentukan oleh orang tua si gadis. Namun hanya sebagian kecil saja yang dibayar tunai, sisanya dia menghutangnya. Uang yang diserahkan hanya sejumlah yang dimilikinya.


Setelah akad nikah dilangsungkan, pemuda itu menuruti petunjuk Imam Abu Hanifah. Dia segera menemui beliau, dan mengabarkan bahwa dia telah melakukan akad nikah dan belum menyentuh istrinya.


Pemuda itu berkata dengan ketakutan, “Sekarang, hutang mahar yang menjadi tanggunganku banyak sekali. Apa petunjuk anda selanjutnya?”

Abu Hanifah dengan tenang menjawab, “Masalah ini sepele. Pergilah sekarang ke keluarga istrimu. Sampaikan kepada mereka, kamu akan pindah rumah ke tempat yang jauh bersama istrimu. Pastikan, tempat yang kamu tuju itu kota yang istrimu dan keluarganya tidak rela jika kamu membawa serta istrimu ke sana.”


Pemuda itu lantas pergi dan menjalankan petunjuk Abu Hanifah. Dia merencanakan diri untuk pergi ke suatu tempat yang jauh.


Ketika hal itu disampaikan kepada keluarga istrinya, mereka kaget bukan main. Mereka tidak rela melepas anak gadisnya dibawa ke tempat sejauh itu. Mereka menolak dengan keras, tetapi si pemuda tetap bersikukuh pada keinginannya. Pemuda itu berkata, “Dia sekarang adalah istriku. Semua urusannya di tanganku sekarang. Kalian sudah tidak punya wewenang.”


Keluarga istrinya menyinggung mahar yang masih dihutang. Dan mereka menagih agar dilunasi sekarang juga. Pemuda itu menjawab, “Aku tahu itu. Tetapi aku belum menyentuhnya. Jika kalian sebagai wali menceraikan aku dan istriku, aku tidak punya kewajiban membayar mahar sepeser pun.”


Keluarga istrinya dibuat bingung tidak berkutu. Jika mereka memisahkan keduanya, mereka menanggung malu dan tidak menerima mahar sedikitpun. Jika membiarkan pemuda itu membawa anak gadisnya, mereka tidak rela.


Akhirnya setelah keluarga itu berunding memutuskan, memohon agar pemuda itu mengurungkan niatnya untuk pindah rumah. Dengan tawaran, biaya mahar bisa diturunkan sekehendak hati pemuda itu.


Pemuda itu tidak memberi jawaban, dia hanya bilang akan mempertimbangkannya. Namun dalam hatinya sangat girang sekali. Dia segera menemui Abu Hanifah mengabarkan perkembangan bagus dari masalahnya.


Pemuda itu berkata, “Ijinkan saya untuk menambahkan syarat-syarat yang harus dipenuhi keluarga istriku supaya aku tidak pergi. Saya bisa minta rumah, perhiasan, tanah dan lain-lain.”

“Jangan macam-macam kamu! Jangan rakus. Jika kamu melakukannya aku bisa memberi petunjuk kepada keluarga itu yang dapat membantumu tidak berkutik.” bentak Abu Hanifah.

“Apa itu?” tanya pemuda itu.

“Aku akan mengabarkan kepada keluarga istrimu supaya salah satu dari mereka mengklaim menghutangi istrimu. Dan dia tidak mengizini istrimu untuk pergi.” Kata beliau. Di dalam fikih ditetapkan, seorang yang masih punya hutang tidak boleh bepergian jauh tanpa seizing orang yang menghutangi.


Pemuda itu sangat ketakutan dan memohon agar jangan memberitahu hal itu kepada keluarga istrinya. Dia menemui keluarga istrinya dan menyepakati diturunkannya nilai mahar.

[Diterjemah dari Syarh Yaqut Nafis karya Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri hlm 594]

Sunday, July 9, 2023

RIDHO REZEKI SEDIKIT DAN RIDHO AMAL SEDIKIT

RIDHO REZEKI SEDIKIT DAN RIDHO AMAL SEDIKIT

Nabi SAW bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu melihat orang yang diberi kelebihan harta dan keduniaan, maka hendaklah melihat orang yang ada di bawahnya.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidina Abu Hurairah RA]

Prinsip dalam permasalahan dunia dan harta kita disuruh memandang orang yang ada di bawah kita. Permasalahan agama dan akhirat kita disuruh memandang orang yang ada di atas kita.


HIDUP RINGAN

Bersyukur itu penting, dengan bersyukur Alloh SWT akan meningkatkan nikmat dan rezeki-Nya kepada kita. Bersyukur mendapatkan ridha dari Allah SWT. Bersyukur membuat hati kita lega dan neriman. Sebaliknya kalau kita tidak bersyukur hati tidak terima (nggrundel: jawa). Hati kita akan sakit dan berat. Orang yang tidak bersyukur, hatinya tidak terima dan sebagainya itu akan menjadi penyebab beban batin terasa berat. Kalau beban batin kian hari bertambah berat dan kalau sampai tidak bisa menahan akhirnya stress, terkena penyakit darah tinggi (strock) yang mana akhirnya akan menimbulkan penyakit psikosomatika, yakni penyakit fisik yang diakibatkan oleh beban batin yang terlalu berat. Jadi, bersyukur itu sangat penting, kalau kita diberi rezeki oleh Allah SWT maka kita terima dengan sebaik-baiknya. Sekecil apapun pemberian dari Allah SWT janganlah kita lihat wujud barangnya, lihatlah siapa yang memberi yakni Allah SWT. Seperti halnya kalau kita diberi uang seratus ribu dari presiden, seratus ribu dari bapak presiden ini jauh lebih berarti daripada satu juta dari orang yang dengki kepada kita. Apalagi ini bukan dari presiden, yakni pemberian dari Allah SWT. Tidak ada alasan untuk tidak menerima, tidak ada alasan untuk tidak mensyukuri pemberian dari Allah SWT. Dan kita tentu juga menyadari terhadap kita sendiri, betapa hinanya kita di hadapan-Nya, sering melakukan dosa, sering melakukan maksiat, meskipun demikian Allah SWT masih memberi kenikmatan kepada kita. Sehingga mau tidak mau kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala pemberian-Nya.


MOTIVASI SYUKUR

Dan salah satu motivasi kita agar senantiasa bersyukur, yaitu lihatlah dalam urusan harta dan keduniawian pada orang yang ada di bawah kita. Lihat orang yang mungkin lebih susah, mungkin lebih miskin dan sebagainya. InsyaAllah dengan memandang orang-orang yang berada di bawah, kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan kenikmatan yang tak terhingga. Tapi ingatlah, melihat orang yang di bawah kita, bukan untuk menghina atau merendahkan mereka tapi untuk menumbuhkan rasa syukur. Dan kalau hati ini sering bersyukur, diberi nikmat sedikit juga bersyukur, diberi nikmat banyak juga bersyukur, maka hati akan terasa ringan (lega/jawa).


Kalau hati kita lega/ringan maka beban fikiran, beban mental, beban batin menjadi ringan, peredaran darah menjadi lancar dan badan kita menjadi sehat. Antara lain hikmahnya seperti penjelasan di atas.


Kalau kita diberi sedikit hati ridha, maka Allah SWT pun akan ridha kepada kita meskipun amal kita hanya sedikit. “Man radhiya bilqaliili minar rizqi radhiyallahu minhu bilqaliili minal amal” (Orang yang apabila diberi rizki sedikit oleh Allah SWT hatinya ridho, maka ketika orang itu amalnya sedikit maka Allah SWT juga ridha).


Intinya, kita jangan sampai tidak mensyukuri nikmat sekecil apapun. Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada kita supaya kita bisa mensyukuri nikmat sekecil apapun dengan melihat orang yang ada di bawah kita, yang lebih susah banyak, yang lebih miskin banyak, yang mengalami kekurangan/cacat banyak bahkan yang mati pun banyak.


WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB

Wednesday, July 5, 2023

Taubat Berkat Jenang

Taubat Berkat Jenang

Syaikh Bisyr Al Hafi adalah seorang wali besar. Disebut Ali Hafi yang maknanya seorang yang tidak memakai alas kaki, karena beliau mengejar gurunya yang bernama Sufyan Ats-Tsauri dengan bertelanjang kaki. Syaikh Bisyr pada akhirnya sadar dan turun futuhnya di bawah bimbingan gurunya itu.

Suatu hari Syaikh Bisyr Al Hafi menyentuh jenang yang dijual di sebuah toko.

“Ini berapa harganya?”


Penjual yang tahu beliau adalah ulama besar berkata, “Tidak usah, dibawa saja.”

“Saya hanya tanya, ini harganya berapa?”

“Ini harganya seribu, tetapi untuk Anda saya tidak memberi harga.”

“Aku hanya bertanya saja.”


Jenang itu kemudian diletakkan kembali. Kemudian Syaikh Bisyr berjalan pergi meninggalkan toko itu. Toko tersebut segera dikerumuni banyak orang untuk berebut membeli jenang yang telah disentuh oleh tangah Syaikh Bisyr.


Di tempat lain ada 12 perampok yang pada malamnya sukses menjalankan aksi akan mengadakan syukuran. Mereka menugaskan satu orang untuk membeli minuman keras.

“Ini uang 100 ribu. Carilah minuman paling istimewa. Kalau bisa nggak perlu diminum, untuk berkumur saja sudah memabukkan.” Kata salah seorang dari mereka.


Berangkatlah salah seorang dari kawanan perampok itu. Kebetulan toko-toko yang lain tutup, menyisakan satu toko yang dikerumuni banyak orang.


Orang-orang tersebut satu per satu saling menyahut menyebutkan harga.

“Lima ribu.”

“Sepuluh ribu.”

“Dua puluh ribu.”


Perampok yang ditugaskan membeli minuman penasaran melihat kejadian itu. Dia bertanya kepada orang yang berada di sampingnya,

“Kok saling menaikkan harga. Ini rebutan apa?”

“Memperebutkan sebuah jenang yang ada di pojok itu.”

“Jenang apa?”

“Jenang itu tadi disentuh seorang wali Allah.”

“Wali itu apa?”

“Rojulun atha’allahu waroulahu wa akramahu. Orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, kemudian dia dimuliakan oleh Allah.”


Perampok itu menganggukkan kepala berkali-kali. Terdengar lagi sahut-sahutan orang menawar harga jenang di toko itu.

“45 ribu.”

“50 ribu.”


Perampok gregeten, akhirnya dengan lantang mengatakan, “Seratus ribu.”


Setelah perampok menawar dengan harga itu, tidak ada yang berani menawar di atasnya. Orang-orang yang hadir mengucapkan selamat sambil menepuk pundaknya.

“Wah, beruntungnya Anda.”

“MasyaAllah.” Kata orang yang lain.


Tapi di dalam hatinya, perampok membatin, teman-teman saya itu meminta minuman keras. Kok malah saya belikan jenang. Apa ada orang makan jenang teller?


Akhjrnya, meski sedikit ada keraguan tapi sudah terbangun suatu keyakinan, bahwa orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya pasti memiliki berkah. Termasuk sesuatu yang disentuhnya. Kalau tidak ada berkahnya, kenapa orang-orang sampai berebut. Hingga sampai dilelang oleh penjualnya.


Sampai di hadapan teman-temannya, dia diberondong pertanyaan.

“Mana botolnya? Kita akan segera mengadakan pesta.”

“Seluruh uangnya saya belikan jenang ini.”

“Ahh. Kamu itu perampok tergoblok di dunia. Ini jenang harganya seribu, kok kamu beli seratus ribu,” ejek temannya sesama perampok.

“Tapi ini bukan sembarang jenang. Ini jenang yang pernah disentuh wali Allah.”

“Apa itu wali Allah itu?”

“Rojulun atho’allaha warosulahu wa akromahu.”


Berkahnya seorang wali, seorang perampok bisa mendalil memakai bahasa Arab. Teman-temannya heran.

“Bisa ndalil kamu sekarang, apa maknanya? Jelaskan!”

“Orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, lalu dia dimuliakan oleh Allah,” jelas perampok yang membawa jenang.


Bos perampok yang sedari tadi mendengarkan, terlihat memandang serius ke anak buahnya yang satu itu,

“Kamu itu perampok, kok bisa ndalil? Kalau begitu nyata keistimewaannya. Jenang yang hanya seharga seribu kamu beli seratus ribu, kamu perampok bisa ndalil dan hatiku tersentuh mendengar penuturanmu.” Kata si bos.

“Sudah, di mana rumah wali Allah itu? Akan saya datangi. Aku akan bertaubat. Aku akan menjadi muridnya. Kalian kan anak buahku, aku bebaskan. Tetap jadi perampok silakan, mau ikut taubat juga silakan,” tegas bos perampok kepada anak buahnya.

“Bos, jangan begitu. Kita merampok berjama’ah. Sekarang kita taubat juga berjama’ah,” kata anak buahnya.


Dikisahkan, akhirnya sekawanan perampok itu bertaubat di bawah bimbingan Syaikh Bisyr Al Hafi. Bahkan mereka menjadi para wali Allah.

(…)

Sekelam apapun masa lalumu, masa depanmu masih suci kesempatan untuk menjadi baik masih terbentang luas.

Badan Otonom

Muslimat NU
Read More
GP Ansor
Read More
Fatayat NU
Read More
IPNU
Read More
IPPNU
Read More
PMII
Read More
Jatman
Read More
JQH NU
Read More
ISNU
Read More
PSNU PN
Read More

Lembaga

LP Ma'arif NU
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
RMINU
Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama
LBMNU
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
LESBUMI
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia
LAZISNU
Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama
LTNNU
Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama
LAKPESDAM
Kajian Pengembangan Sumber daya
LDNU
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LPBINU
Penanggulangan Bencana Perubahan Iklim
LTMNU
Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama
LKKNU
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
LFNU
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
LPBHNU
Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
LPNU
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
LPPNU
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
LKNU
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
LPTNU
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
LTN NU
Lembaga Infokom dan Publikasi Nahdlatul Ulama
LWPNU
Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-