Banyak di kalangan orang muslimin yang merasa khawatir, gelisah, hidupnya tidak tenang terkait permasalahan rezeki. Kalau kita membicarakan masalah rezeki tentunya sangat luas, akan tetapi kami akan membahas sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah SWT dalam masalah rezeki.
Pertama, telah kita ketahui bersama bahwa datangnya rezeki itu tidak semata-mata dengan bersungguh-sungguh dan kerja, melainkan dengan kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dan itu sesuai dengan Al-Qur’an, “Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun da mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” [QS. Nuh: 72]
Berdasarkan ayat ini ada tiga hal penting. Pertama, bahwa rezeki itu datang dari langit berupa hujan. Kedua dan ketiga, rezeki dari Allah SWT yang berupa melimpahnya harta dan anak-anak kita. Ketiga rezeki ini disebabkan kita selalu meminta ampunan kepada Allah SWT, kembali kepada-Nya, serta menambah ketaatan kita kepada Allah SWT.
Dengan demikian prinsip dalam Al-Qur’an dan ajaran agama Islam yang mana kita semua wajib beriman, percaya bahwa siapapun orangnya yang menghendaki rezeki maka kita wajib mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dan ini seiring dengan firman Allah SWT, “Famsyuu fi manakibiha wa kuluu min rizqihi” artinya “maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” [QS. Al-Mulk: 15] Kalau kita perhatikan ayat tersebut, mengapa Allah SWT tidak berkata, “wa kuluu min rizqiha?” sebab kata ganti (dhamir) “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT, seandainya Allah SWT itu berkata, “min rizqiha” maka tentulah rezeki itu datang dalam kehidupan sehari-hari lantaran usaha manusia itu sendiri, akan tetapi rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Dengan demikian maka kata ganti (dhamir), “min rizqihi” itu kembali kepada Allah SWT. Berfikirlah!
Adapun permasalahan lain, rezeki termasuk sesuatu yang diciptakan Allah SWT tanpa adanya aturan. Kita wajib mengetahui bahwa Allah SWT telah menjelaskan empat hal yang mana tiada aturan pasti di dalamnya (hanya Allah yang tahu).
Pertama, kematian. Kedua, tertawa. Ketiga, menangis. Keempat, rezeki. Empat hal ini Allah SWT menciptakan tanpa adanya aturan. Setiap sesuatu pasti ada aturan yang mengikatnya, seperti saat kita merasa lapar maka kita harus segera makan, saat kita merasa harus maka kita segera minum, akan tetapi kematian itu tidak ada aturan yang mengikat.
Terkadang manusia itu dalam keadaan sehat wal afiat akan tetapi Allah SWT mungkin saja mencabut nyawanya, begitu juga tertawa dan menangis.
Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang, tertawa dan menangis dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” {QS. An-Najm: 43-44] kenapa empat hal ini disendirikan oleh Allah SWT? Sebab empat hal itu tidak ada aturan yang mengikat.
Kematian itu kapan saja bisa mendatangi kita semua, baik orang dewasa, anak kecil, orang sehat, orang yang sedang sakit dan sebagainya.
Prinsipnya rezeki itu hanya satu, yakni hubungan kepatuhan, kedekatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu janganlah kita merasa cemas, khawatir dengan permasalahan rezeki.
Bahwa Allah SWT mengetahui setiap manusia diciptakan sesuai dengan rezekinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”. [QS. Nuh: 6]
Adapun penduduk langit mereka sudah merasa tenang dengan rezeki dari Allah SWT. Kita sebagai penduduk bumi yang beriman kepada Allah SWT juga harus meyakini jaminan rezeki dari Allah SWT.
Namun perlu dikletahui bahwa rezeki seorang mukmin berkaitan erat dengan ketaatannya kepada Allah SWT.
WALLAHU A'LAM BISH SHAWAB