Wednesday, July 5, 2023

Taubat Berkat Jenang

Syaikh Bisyr Al Hafi adalah seorang wali besar. Disebut Ali Hafi yang maknanya seorang yang tidak memakai alas kaki, karena beliau mengejar gurunya yang bernama Sufyan Ats-Tsauri dengan bertelanjang kaki. Syaikh Bisyr pada akhirnya sadar dan turun futuhnya di bawah bimbingan gurunya itu.

Suatu hari Syaikh Bisyr Al Hafi menyentuh jenang yang dijual di sebuah toko.

“Ini berapa harganya?”


Penjual yang tahu beliau adalah ulama besar berkata, “Tidak usah, dibawa saja.”

“Saya hanya tanya, ini harganya berapa?”

“Ini harganya seribu, tetapi untuk Anda saya tidak memberi harga.”

“Aku hanya bertanya saja.”


Jenang itu kemudian diletakkan kembali. Kemudian Syaikh Bisyr berjalan pergi meninggalkan toko itu. Toko tersebut segera dikerumuni banyak orang untuk berebut membeli jenang yang telah disentuh oleh tangah Syaikh Bisyr.


Di tempat lain ada 12 perampok yang pada malamnya sukses menjalankan aksi akan mengadakan syukuran. Mereka menugaskan satu orang untuk membeli minuman keras.

“Ini uang 100 ribu. Carilah minuman paling istimewa. Kalau bisa nggak perlu diminum, untuk berkumur saja sudah memabukkan.” Kata salah seorang dari mereka.


Berangkatlah salah seorang dari kawanan perampok itu. Kebetulan toko-toko yang lain tutup, menyisakan satu toko yang dikerumuni banyak orang.


Orang-orang tersebut satu per satu saling menyahut menyebutkan harga.

“Lima ribu.”

“Sepuluh ribu.”

“Dua puluh ribu.”


Perampok yang ditugaskan membeli minuman penasaran melihat kejadian itu. Dia bertanya kepada orang yang berada di sampingnya,

“Kok saling menaikkan harga. Ini rebutan apa?”

“Memperebutkan sebuah jenang yang ada di pojok itu.”

“Jenang apa?”

“Jenang itu tadi disentuh seorang wali Allah.”

“Wali itu apa?”

“Rojulun atha’allahu waroulahu wa akramahu. Orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, kemudian dia dimuliakan oleh Allah.”


Perampok itu menganggukkan kepala berkali-kali. Terdengar lagi sahut-sahutan orang menawar harga jenang di toko itu.

“45 ribu.”

“50 ribu.”


Perampok gregeten, akhirnya dengan lantang mengatakan, “Seratus ribu.”


Setelah perampok menawar dengan harga itu, tidak ada yang berani menawar di atasnya. Orang-orang yang hadir mengucapkan selamat sambil menepuk pundaknya.

“Wah, beruntungnya Anda.”

“MasyaAllah.” Kata orang yang lain.


Tapi di dalam hatinya, perampok membatin, teman-teman saya itu meminta minuman keras. Kok malah saya belikan jenang. Apa ada orang makan jenang teller?


Akhjrnya, meski sedikit ada keraguan tapi sudah terbangun suatu keyakinan, bahwa orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya pasti memiliki berkah. Termasuk sesuatu yang disentuhnya. Kalau tidak ada berkahnya, kenapa orang-orang sampai berebut. Hingga sampai dilelang oleh penjualnya.


Sampai di hadapan teman-temannya, dia diberondong pertanyaan.

“Mana botolnya? Kita akan segera mengadakan pesta.”

“Seluruh uangnya saya belikan jenang ini.”

“Ahh. Kamu itu perampok tergoblok di dunia. Ini jenang harganya seribu, kok kamu beli seratus ribu,” ejek temannya sesama perampok.

“Tapi ini bukan sembarang jenang. Ini jenang yang pernah disentuh wali Allah.”

“Apa itu wali Allah itu?”

“Rojulun atho’allaha warosulahu wa akromahu.”


Berkahnya seorang wali, seorang perampok bisa mendalil memakai bahasa Arab. Teman-temannya heran.

“Bisa ndalil kamu sekarang, apa maknanya? Jelaskan!”

“Orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, lalu dia dimuliakan oleh Allah,” jelas perampok yang membawa jenang.


Bos perampok yang sedari tadi mendengarkan, terlihat memandang serius ke anak buahnya yang satu itu,

“Kamu itu perampok, kok bisa ndalil? Kalau begitu nyata keistimewaannya. Jenang yang hanya seharga seribu kamu beli seratus ribu, kamu perampok bisa ndalil dan hatiku tersentuh mendengar penuturanmu.” Kata si bos.

“Sudah, di mana rumah wali Allah itu? Akan saya datangi. Aku akan bertaubat. Aku akan menjadi muridnya. Kalian kan anak buahku, aku bebaskan. Tetap jadi perampok silakan, mau ikut taubat juga silakan,” tegas bos perampok kepada anak buahnya.

“Bos, jangan begitu. Kita merampok berjama’ah. Sekarang kita taubat juga berjama’ah,” kata anak buahnya.


Dikisahkan, akhirnya sekawanan perampok itu bertaubat di bawah bimbingan Syaikh Bisyr Al Hafi. Bahkan mereka menjadi para wali Allah.

(…)

Sekelam apapun masa lalumu, masa depanmu masih suci kesempatan untuk menjadi baik masih terbentang luas.

Contact

Talk to us

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis)

Alamat:

Jl. Tuntang, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133

Jam Kerja:

Setiap Hari 24 Jam

Telpon:

-